Perlindungan Hukum terhadap Lisensi Paten

dibatalkan. Kewajiban membayar royalti berikutnya berpindah kepada pemegang paten yang tidak dibatalkan”. Mengenai mulai berlakunya putusan pembatalan paten tersebut, Pasal 96 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 menentukan sebagai berikut : “Kecuali jika ditentukan lain dalam putusan Pengadilan Niaga, Paten batal untuk seluruh atau sebagian sejak tanggal putusan pembatalan tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap”. Dimana ketentuan pasal 96 ini berlaku untuk pembatalan paten atas permohonan pemegang paten dan pembatalan paten karena gugatan. Pembatalan paten demi hukum berlaku ketentuan Pasal 89 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yaitu sejak tanggal pemberitahuan pembatalan paten kepada pemegang paten atau pemegang lisensi oleh Dirjen HKI. Jadi, sejak tanggal berlakunya putusan pembatalan tersebut pemegang paten tidak lagi mempunyai hak atau kewajiban-kewajiban tertentu berkaitan dengan paten dibatalkan tersebut.

C. Perlindungan Hukum terhadap Lisensi Paten

Pemikiran perlunya perlindungan terhadap sesuatu hal yang berasal dari kreativitas manusia, yang diperoleh melalui ide-ide manusia sebenarnya telah mulai ada sejak lahirnya Revolusi Industri di Prancis. Perlindungan mengenai hak atas kebendaan yang diatur dalam Hukum Perdata yang berlaku saat itu dianggap tidak memadai, terlebih lagi dengan mulai maraknya kegiatan perdagangan Internasional. Hal itulah yang kemudian melahirkan konsep perlunya suatu Universitas Sumatera Utara ketentuan yang bersifat Internasional yang dapat melindungi kreativitas manusia tersebut. 36 Paten adalah Hak Kekayaan Intelektual yang dilindungi oleh undang- undang. Setiap orang wajib menghormati Hak Kekayaan Intelektual orang lain, terutama hak paten. HaKI tidak boleh digunakan oleh orang lain tanpa seijin pemiliknya atau pemegang lisensi, kecuali apabila ditentukan lain oleh undang- undang. Pencatatan lisensi adalah bagian dari perlindungan HaKI yang sudah Pertama kali yakni pada tanggal 20 Maret 1883 di Paris, Prancis. Negara- negara di sunia berhasil menyepakati perlindungan terhadap HaKI yang bersifat Internasional yakni dengan disahkannya Paris Convention of the Protection of Industrial Property dinamakan pula dengan The Paris Union atau Paris Convention yang sampai dengan Januari 1993 telah diratifikasi oleh 108 negara. Pada prinsipnya Paris Convention ini mengatur perlindungan hak milik perindustrian yang meliputi hak penemuan atau paten invention atau patents. Untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hak milik perindustrian dan hak cipta, oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dibentuklah kelembagaan Internasional yang diberi nama World Intellectual Property Organization WIPO. Selain mengurusi kerjasama administrasi pembentukan perjanjian atau traktatInternasional dalam rangka perlindungan HaKI, WIPO juga bertugas mengembangkan dan melindungi hak kekayaan intelektual di seluruh dunia, melakukan kerjasama diantara negara-negara di dunia, dan kalau perlu mengadakan kerjasama dengan organisasi Internasional lainnya. 36 Gunawan Widjaja. 2001. Seri Hukum Bisnis Lisensi. Jakarta : Raja Grafindo Persada, hal 17 Universitas Sumatera Utara didaftar dan sudah dibuktikan dengan sertifikat. Perlindungan tersebut berlaku sesuai dengan masa perlindungan pendaftaran atas patennya, namun jangka waktu lisensi paten sesuai dengan kesepakatannya. Apabila orang ingin menikmati manfaat ekonomi dari HaKI orang lain, dia wajib memperoleh ijin dari orang yang berhak. Penggunaan HaKI orang lain tanpa seijin tertulis dari pemiliknya, atau pemalsuanmenyerupai HaKI orang lain adalah merupakan suatu pelanggaran hukum. Perlindungan hukum merupakan upaya yang diatur oleh undang-undang guna mencegah terjadinya pelanggaran, maka pelanggaran tersebut harus diproses secara hukum. Dan apabila terbukti melakukan pelanggaran, akan dijatuhi hukuman sesuai dengan ketentuan hukum bidang HaKI. Undang-undang bidang HaKI mengatur jenis perbuatan pelanggaran serta ancaman hukumannya, baik secara perdata maupun secara pidana. Untuk memahami apakah perbuatan tersebut merupakan pelanggaran HaKI, perlu dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut : 1. Larangan undang-undang perbuatan yang dilakukan oleh seorang pengguna HaKI dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang- undang; 2. Ijin lisensi, penggunaan HaKI dilakukan tanpa persetujuan lisensi dari pemilik atau pemegang hak terdaftar; 3. Pembatasan undang-undang, penggunaan HaKI melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh undang-undang; Universitas Sumatera Utara 4. Jangka waktu, penggunaan HaKI dilakukan dalam jangka waktu perlindungan yang telah ditetapkan oleh undang-undang atau perjanjian tertulis atau lisensi. Perlindungan hukum paten merupakan sistem hukum yang terdiri dari sistem berikut ini : 1. Subjek perlindungan Subjek yang dimaksud adalah pihak pemilik atau pemegang hak, aparat penegak hukum, pejabat pendaftaran dan pelanggar hukum; 2. Objek perlindungan Objek yang dimaksud adalah pihak pemilik paten yang diatur dalam undang-undang; 3. Pendaftaran perlindungan HaKI Yang dilindungi hanyalah yang sudah terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran, kecuali apabila undang-undang mengatur lain; 4. Jangka waktu perlindungan Jangka waktu yang dimaksud adalah lamanya HaKI itu dilindungi oleh undang-undang yaitu 20 tahun; 5. Tindakan hukum perlindungan Apabila terbukti telah terjadi pelanggaran HaKI, maka pelanggar harus dihukum, baik secara pidana maupun perdata. Sistem perlindungan paten dalam hukum nasional merupakan dasar dukungan terhadap sistem perlindungan yang disepakati dalan Konvensi Internasional. Dukungan tersebut merupakan penyesuaian hukum nasional dengan Universitas Sumatera Utara Konvensi Internasional. Dengan demikian akan terjadi perlindungan hukum yang sama diantara negara penandatangan Konvensi Internasional mengenai HaKI. Menurut ketentuan undang-undang, setiap HaKI wajib didaftarkan. Pendaftaran yang memenuhi persyaratan undang-undang merupakan pengakuan dan pembenaran atas HaKI seseorang yang dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran, sehingga memperoleh perlindungan hukum. Perlindungan hukum HaKI karena adanya kehaarusan pendaftaran disebut dengan sistem konstitutif first to file system. Menurut sistem konstitutif, HaKI seseorang hanya dapat diakui dan dilindungi oleh undang-undang apabila didaftarkan. Tidak didaftarkan berarti tidak ada perlindungan dan tidak ada pengakuan. Sistem konstitutif antara lain dianut oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Suatu hak milik dapat berakhir atau hapus dengan cara-cara di bawah ini : 1. Orang lain memperoleh hak milik itu dengan salah satu cara untuk memperoleh hak milik; 2. Binasanya benda; 3. Eigenaar melepaskan benda tersebut, dengan ketentuan bahwa pemilik melepaskan benda tersebut dengan maksud untuk melepaskan hak milik. Jadi, bukan karena kehilangan atau terpaksa melemparkan benda tersebut ke laut karena keadaan darurat dan lain-lain. Dalam hal-hal demikian hak miliknya tetap ada pada pemilik semula. 37 37 Sri Soedewi Mascjchoen Sofwan. 1981. Hukum Perdata Hukum Benda. Yogyakarta : Liberty, hal 82 Universitas Sumatera Utara Demikian pula dengan Invensi yang telah dilindungi paten, dapat berakhir atau hapus, karena alasan atau cara di bawah ini : 1. Berakhirnya jangka waktu perlindungan paten Pasal 8; 2. Penarikan oleh Inventor atau kuasanya terhadap Invensi yang dimohonkan patennya Pasal-pasal 33, 39, 49 ayat 2, 53; 3. Pembatalan paten oleh Direktorat Jenderal HaKI Pasal 88 sampai dengan Pasal 98; 4. Pelaksanaan paten oleh pemerintah sendiri Pasal 99 sampai dengan Pasal 103; 5. Pengalihan hak paten kepada orang lain atau badan hukum Pasal 66 sampai dengan 68. Sesuai dengan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, jangka waktu perlindungan paten diberikan selama 20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pemberian paten dan tidak dapat diperpanjang. Jangka waktu perlindungan paten tersebut tidak lebih lama dari yang diatur dalam Pasal 33 Persetujuan TRIP’s. Selama 20 tahun, Invensi yang dilindungi paten menjadi milik Inventor atau pemegang paten yang memiliki hak eksklusif. Setelah berakhirnya jangka waktu perlindungan paten, Invensi yang bersangkutan berubah menjadi milik umum publik. Artinya, siapa saja dapat membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten atau menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat dan tindakan lainnya sebagaimana tersebut di atas tanpa harus meminta persetujuan dan memberikan Universitas Sumatera Utara royalti kepada pemilik Invensi atau pemegang paten yang bersangkutan. Dengan berakhirnya jangka waktu 20 tahun tadi, berakhir pula perlindungan hukum terhadap Invensi yang bersangkutan. Invensi yang dilindungi paten juga akan berakhir dengan adanya penarikan intrekking kembali yang dilakukan oleh Inventor atau kuasanya terhadap Invensi yang dimohonkan patennya. Penarikan kembali permohonan paten oleh pemohon atau kuasanya tersebut dapat dilakukan dengan tegas maupun diam-diam. Bila penarikan kembali permohonan paten dilakukan dengan tegas, harus didahului dengan pengajuan permohonan penarikan kembali permohonan paten secara tertulis oleh pemohon atau kuasanya kepada Direktorat Jenderal HaKI. Sedangkan penarikan permohonan paten dengan diam-diam terjadi karena tidak dipenuhi atau dilengkapinya persyaratan permohonan pemberian paten dalam jangka waktu yang telah ditentukan undang-undang oleh pemohon atau kuasanya. Pasal 95 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 menentukan “Pembatalan Paten menghapuskan segala akibat hukum yang berkaitan dengan Paten dan hal-hal yang berasal dari Paten tersebut”. Namun demikian suatu paten yang telah diikat dengan perjanjian lisensi tidak dengan sendirinya menjadikan perjanjian lisensi itu menjadi batal. Dimana dalam Pasal 97 menyebutkan : 1 Penerima Lisensi dari Paten yang dibatalkan karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat 1 huruf b tetap berhak melaksanakan Lisensi yang dimilikinya sampai dengan berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian Lisensi. 2 Penerima Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak wajib meneruskan pembayaran royalti yang seharusnya masih wajib dilakukan kepada Pemegang Paten yang Patennya dibatalkan, tetapi Universitas Sumatera Utara mengalihkan pembayaran royalti untuk sisa jangka waktu Lisensi yang dimilikinya kepada Pemegang Paten yang berhak. 3 Dalam hal Pemegang Paten sudah menerima sekaligus royalti dari penerima Lisensi, Pemegang Paten tersebut wajib mengembalikan jumlah royalti yang sesuai dengan sisa jangka waktu penggunaan Lisensi kepada Pemegang Paten yang berhak. Dari ketentuan pasal ini dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 memberikan perlindungan hukum kepada pemegangpenerima lisensi agar tidak selalu menjadi pihak yang dikalahkan. Ketentuan Pasal 97 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 ini menimbulkan kesulitan, dalam hal perjanjian lisensi itu ditentukan oleh pihak pemegang lisensi bahwa yang membayar biaya tahunan adalah penemu. Tetapi kemudian pihak Inventor tidak melaksanakan kewajibannya, yang menurut Ketentuan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, paten tersebut dinyatakan batal demi hukum. Dalam klausul yang lain, perjanjian lisensi itu ditetapkan pula untuk diberikan selamanya, sampai jangka waktu itu berakhir, yang menurut Pasal 97 ayat 1 pemegang lisensi tetap berhak untuk melaksanakan lisensinya sampai jangka waktu perjanjian itu berakhir. Bentuk perlindungan lain yang diberikan undang-undang kepada pemegang lisensi adalah Pemegang Penerima lisensi tidak wajib meneruskan pembayaran royalti yang seharusnya masih wajib dilakukan kepada pemegang Paten yang patennya dibatalkan, tetapi mengalihkan pembayaran royalti untuk sisa jangka waktu lisensi yang dimilikinya kepada Pemegang Paten yang berhak. Universitas Sumatera Utara Dalam hal pemegang paten sudah menerima sekaligus royalti dari Pemegang Penerima Lisensi. Pemegang paten tersebut wajib megembalikan jumlah royalti yang sesuai dengan sisa jangka waktu penggunaan lisensi kepada Pemegang paten yang berhak. Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan kontrak Hak Kekayaan Intelektual, maka hukum yang digunakan dalam menyelesaikan sengketa dapat berupa hukum pilihan para pihak sendiri. Apabila para pihak tidak menentukan, akan berlaku hukum pilihan hakim. Apabila hukum pilihan para pihak sendiri yang diberlakukan, baik oleh lembaga peradilan maupun lembaga arbitrase sebagai the proper law of contract, pilihan itu dianggap mengikat dan berlaku sebagai hukum terhadap para pihak. Di Indonesia ketentuan ini diatur berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata. Namun penerapan pilihan hukum choice of law oleh para pihak tetap dibatasi oleh apa yang dikenal dengan public policy. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, penyelesaian sengketa paten dapat dilakukan melalui proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan, di samping proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Proses pengadilan dalam menyelesaikan suatu sengketa pada umumnya akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar. Mengingat sengketa paten berkaitan dengan masalah perekonomian dan perdagangan yang harus tetap berjalan, penyelesaian sengketa paten dapat dilakukan melalui Arbitrase atau Penyelesaian Sengketa Alternatif. Selain relatif lebih cepat, biayanya pun lebih ringan. Demikian pula dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 ini, penyelesaian perdata di bidang paten tidak dilakukan di Pengadilan Niaga. Universitas Sumatera Utara Khusus mengenai sengketa Hak Paten, penyelesaian perselisihan sengketa tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa cara yaitu : a. Arbitrase Arbitrase merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa paten yang dianggap jauh lebih baik daripada penyelesaian sengketa melalui pengadilan biasa. Hal ini dikarenakan arbitrase mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan pengadilan biasa, yaitu : 1. Arbitrase sifatnya agak “private” memberi jaminan dihindarinya publisitas, sehingga masyarakat kurang mengetahui persengketaan paten yang terjadi. Orang takut berperkara dipengadilan karena adanya unsur ini; 2. Penyelesaian sengketa paten melalui arbitrase relative lebih cepat dan dengan biaya ringan. b. Minitrial Disini para pihak yang tersangkut dalam sengketa menghadirkan ahli- ahli hukum mengajukan argument-argumen hukum pada suatu panel yang khusus dibentuk dalam rangka minitrial ini, selain itu keanggotaannya ditambah dengan eksekutif-eksekutif dari setiap pihak yang bersengketa, dan diketuai oleh seorang yang netral. Minitrial ini disebut juga pengadilan kecil. c. Penyelesaian melalui organisasi Penyelesaian sengketa paten melalui “private organization” bisa dilakukan apabila pihak yang bersengketa tersebut menjadi anggota suatu perkumpulan tertentu misalnya organisasi gabungan konsultan Universitas Sumatera Utara paten, organisasi pengusaha, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan kewibawaan organisasi tersebut untuk melaksanakan keputusannya. Organisasi dapat memberikan sanksi apabila ada pihak yang kalah tidak mau menaati keputusannya, misalnya memecat keanggotaan pihak yang tidak taat tersebut atau mencabut rekomendasi untuk mendapat ijin usaha dari pemerintah, sehingga yang dipecat tersebut mati usahanya. d. Mediasi Dalam bentuk ini seorang mediator penengah dalam menyelesaikan suatu sengketa menemui para pihak atau wakilnya, dengan maksud untuk mengadakan pengaturan suatu penyelesaian sengketa yang nantinya dapat diterima para pihak. Dalam perannya ini, seorang mediator tidak mempunyai wewenang untuk membuat keputusan yang mengikat terhadap para pihak. Perannya adalah membantu menganalisa masalah-masalah yang ada dan mencari suatu formula kompromi bagi penyelesaian suatu sengketa. Jika pemegang paten atau penerima lisensi mendapati Invensi yang dimilikinya diberikan atau digunakan orang lain yang tidak berhak, dapat menggugat hal tersebut ke Pengadilan Niaga sebagaimana diatur dalam Pasal 117 sampai dengan 124 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Pengadilan Niaga memiliki kewenangan untuk memeriksa dan mengadili beberapa gugatan berikut ini : Universitas Sumatera Utara a. Pihak yang berhak atas suatu paten berdasarkan ketentuan Pasal 10, 11, dan 12 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Dasar gugatan adalah paten tersebut diberikan kepada pihak lain yang tidak berhak Pasal 117; b. Pemegang paten atau penerima lisensi. Dasar gugatan adalah pihak lain telah melakukan atau melaksanakan hak eksklusif yang dimiliki oleh pemegang atau penerima paten seperti diatur di dalam Pasal 16 tanpa ijin baik dengan sengaja maupun tidak sengaja Pasal 118. Pasal 117 menyatakan : 1 Jika suatu Paten diberikan kepada pihak lain selain dari yang berhak berdasarkan Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12, pihak yang berhak atas Paten tersebut dapat menggugat kepada Pengadilan Niaga. 2 Hak menggugat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku surut sejak Tanggal Penerimaan. 3 Pemberitahuan isi putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan kepada para pihak oleh Pengadilan Niaga paling lama 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal putusan diucapkan. 4 Isi putusan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dicatat dan diumumkan oleh Direktorat Jenderal. Dalam hak paten, selain melekat hak moral juga melekat hak ekonomis. Karen Pasal 118 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 menentukan bahwa pemegang paten atau penerima lisensi berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga setempat terhadap siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten, atau menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya. Gugatan ganti rugi tersebut hanya dapat diterima apabila produk atau proses itu terbukti dibuat Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan Invensi yang telah diberi paten. Isi putusan Pengadilan Niaga tentang gugatan tersebut disampaikan kepada Direktorat Jenderal HaKI paling lama 14 empat belas hari sejak tanggal putusan diucapkan untuk dicatat dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Berita Resmi Paten. Terhadap putusan Pengadilan Niaga hanya dapat diajukan kasasi. Permohonan kasasi diajukan paling lama 14 empat belas hari sejak tanggal putusan diucapkan atau diterima dengan mendaftarkan ke Pengadilan Niaga yang memutus gugatan tersebut. Panitera mendaftarkan permohonan kasasi pada tanggal permohonan diajukan dan kepada pemohon kasasi diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh Panitera pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pendaftaran. Pemohon kasasi wajib menyampaikan memori kasasi kepada Panitera dalam waktu 7 tujuh hari sejak tanggal permohonan kasasi didaftarkan. Panitera wajib memberitahukan permohonan kasasi dan memori kasasi kepada pihak termohon kasasi paling lama 2 dua hari setelah memori kasasi diterima oleh Panitera. Mengingat proses persingan Pengadilan Niaga terbuka untuk umum, hakim juga wajib mempertimbangkan kepentingan tergugat untuk memperoleh perlindungan terhadap rahasia proses yang telah diuraikannya dalam rangka pembuktian di persidangan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 119 ayat 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Perlindungan terhadap kerahasian paten proses sangat penting, mengingat sifat suatu proses yang pada umumnya sangat mudah dimanipulasi atau disempurnakan oleh orang yang memiliki pengetahuan yang umum di bidang teknik atau teknologi tertentu. Dengan demikian, Universitas Sumatera Utara berdasarkan ketentuan ini, atas permintaan para pihak, hakim dapat mempertimbangkan agar persidangan dinyatakan tertutup untuk umum. Universitas Sumatera Utara Analisa Kasus Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No.65HKI- PATEN2004PN.Niaga.Jkt.Pst, antara PT. TRIPRIMA INTIBAJA INDONESIA yang selanjutnya disebut sebagai Penggugat melawan PT. ENOMOTO SRIKANDI INDUSTRIES yang selanjutnya disebut sebagai Tergugat. Para pihak : Penggugat : PT. TRIPRIMA INTIBAJA INDONESIA, suatu perseroan menurut hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta, Jalan Pangeran Jayakarta No. 135 Blok C-3, Jakarta Pusat 10730, dalam hal ini memberi kuasa kepada : Gunawan Suryomurcito, SH., Yanto Jaya, SH., dan Winuriska, SH., para Advokat dan Konsultan Paten pada Kantor Advokat dan Konsultan Paten terdaftar Suryomurcito Co, beralamat di Suite 601 Wisma Pondok Indah Jalan Sultan Iskandar Muda Kav. V-TA Pondok Indah, Jakarta 12310, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 11 November 2004; Tergugat : PT. ENOMOTO SRIKANDI INDUSTRIES, berkedudukan di Kawasan Industri MM-2100, Blok B-4-1, Cibitung Bekasi 17520, dalam hal ini memberi kuasa kepada : Soerjanto Angkah, SH., dan Fadhly Masril, SH., para Advokat dan Pengacara pada Kantor Advokat dari Pengacara Soerjanto Angkah, SH., beralamat di Jalan Raya Boulevard LB 119 Kelapa Gading Permai Jakarta Utara, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 23 Maret 2005; Kasus Posisi Ringkasan Kasus Universitas Sumatera Utara Dalam perkara ini, Penggugat yang merupakan produsen barang-barang berupa segel penutup drum yang sejenis dengan segel penutup drum yang diproduksi oleh Tergugat mendapatkan surat Somasi tertanggal 28 Oktober 2004 dari kuasa Tergugat yang menyatakan bahwa segel penutup untuk tutup drum yang dibuat oleh Penggugat untuk dipasok kepada Pertamina telah melanggar Paten Sederhana No. ID 0 000 528 S, dan meminta Penggugat untuk berhenti mengunakan tutup drum tersebut karena dianggap melanggar hak Tergugat atas Paten Sederhana tersebut. Penggugat berpendapat bahwa tidak seharusnya Paten Sederhana tersebut diberikan kepada Tergugat karena sebelum permintaan Paten Sederhana atas nama Tergugat tersebut diajukan ke Direktorat Jenderal HaKI, Tergugat telah menggunakan Paten Sederhana tersebut secara komersial di Indonesia setidak-tidaknya tanggal 9 Februari 1999, padahal permintaan atas Paten Sederhana tersebut baru dilakukan pada tanggal 15 April 1999. Penggunaan Paten Sederhana sebelum terjadinya permintaan Paten Sederhana dilakukan dengan memasok produk tersebut kepada PT Pertamina Persero. Menurut Penggugat, karena penggunaan terhadap Paten Sederhana yang dilakukan sebelum adanya permintaan Paten Sederhana, maka penemuan tersebut bukanlah penemuan baru sehingga Paten Sederhana atas penemuan tersebut tidak seharusnya diberikan kepada Tergugat. Dan karena Paten Sederhananya tidak seharusnya diberikan, maka Paten Sederhana dengan No. ID 0 000 528 S dapat dibatalkan oleh Pengadilan berdasarkan gugatan Pihak ketiga. Ditambah lagi, menurut Penggugat penggunaan atau pelaksanaan terhadap Paten Sederhana No. ID 0 000 528 S bertentangan dengan Undang- Universitas Sumatera Utara Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek dikarenakan penemuan yang diberi Paten Sederhana tersebut mengandung merek dagang yang terdaftar milik PT. Pertamina Persero. Oleh karena itu, berdasarkan fakta-fakta yang disampaikan oleh Penggugat, maka penemuan Tergugat sudah tidak baru lagi saat diajukan permintaan ke Direktorat Jenderal HaKI sehingga Paten Sederhana tersebut harus dibatalkan. Posita Gugatan 1. Penggugat merasa keberatan dengan tindakan Tergugat yang telah mengirimkan surat Somasi tertanggal 28 Oktober 2004 yang menyatakan bahwa segel penutup untuk drum yang dibuat oleh Penggugat untuk dipasok kepada PT. Pertamina Persero telah melanggar Paten Sederhana No. ID 0 000 528 S dan meminta Penggugat untuk tidak lagi menggunakan segel penutup drum kkaren dianggap melanggar hak Tergugat atas Paten Sederhana tersebut; 2. Penggugat merasa bahwa Paten Sederhana dengan No. ID 0 000 528 S milik Tergugat seharusnya tidak diberikan kepada Tergugat karena Tergugat telah menggunakan penemuan yang diberi Paten Sederhana tersebut sebelum permintaan Paten Sederhana diajukan; 3. Penggugat merasa bahwa Tergugat telah melanggar Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek karena telah menggunakan atau melaksanakan Paten Sederhana yang bertentangan dengan Peraturan PerUndang- Undangan yang berlaku oleh karena penemuan tersebut mengandung merek dagang milik PT. Pertamina Persero; Universitas Sumatera Utara 4. Penggugat merasa bahwa Paten Sederhana dengan No. ID 0 000 528 S seharusnya tidak diberikan oleh karena itu Paten Sederhana tersebut dapat dibatalkan oleh Pengadilan berdasarkan gugatan pihak ketiga; Petitum Gugatan 1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya; 2. Menyatakan penemuan Terggugat yang diberi Paten Sederhana dengan No. ID 0 000 528 S telah tidak baru saat diajukan permintaan patennya pada tanggal 15 April 1999; 3. Membatalkan paten Sederhana No. ID 0 000 528 S untuk seluruh klaimnya, dengan segala akibat hukumnya; 4. Memerintahkan Panitera Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk segera menyampaikan salinan putusan ini kepada Kantor Paten Direktorat Paten, Ditjen HKI, Departemen Hukum dan HAM RI, guna pelaksanaan putusan ini sesuai dengan ketentuan Pasal 93 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten; 5. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini; Terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat mengajukan Eksepsi dan gugatan Rekonvensi terhadap Penggugat, sebagai berikut: Dalam Eksepsi 1. Bahwa gugatan yang dilakukan oleh Penggugat kurang pihak Exeptio Plurium Litis Consortium; Universitas Sumatera Utara 2. Bahwa Tergugat bukanlah pihak yang menemukan ide tentang proses ataupun hasil produksi dari barang yaitu segel penutup drum tersebut, segala penjelasan yang mencakup bidang teknik dan urain lengkap tentang penemuan beserta fungsi dan kegunaan merupakan hak dari Inventor sebelum pendaftarannya; 3. Bahwa Tergugat mendapatkan hak dan ijin dari penemu awal atas barang yaitu segel penutup drum tersebut yang didaftarkan pada Kantor Paten; 4. Bahwa gugatan pembatalan atas Paten Sederhana tersebut haruslah mengikutsertakan pihak Inventor selaku orang yang pertama kali menemukan Invensi tersebut; 5. Bahwa karena gugatan pembatalan ini kurang pihak, sudah seharusnya gugatan pembatalan ini tidak dapat diterima; Dalam Rekonvensi 1. Bahwa Penggugat mempunyai maksud buruk dalam mengajukan gugatan pembatalan Paten Sederhana yang merupakan hak eksklusif Tergugat tersebut; 2. Bahwa Tergugat selaku orang yang paling dirugikan karena tidak mendapatkan perlindungan hukum memohon kepada Pengadilan Niaga untuk mengeluarkan Penetapan Sementara untuk menghentikan sementara kegiatan yang dapat digolongkan sebagai pelanggaran paten dan pelanggaran hak yang berkaitan dengan paten. Penetapan Sementara tersebut sangat diperlukan dan ditujukan kepada pihak-pihak yang melakukan pelanggaran tidak terbatas pada Penggugat saja; Universitas Sumatera Utara 3. Bahwa Penetapan Sementara tersebut hanya berlaku sampai adanya Putusan Badan Peradilan dalam perkara ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; 4. Bahwa itikad buruk yang dilakukan Penggugat dengan memproduksi barang- barang dari Tergugat yang sudah dilindungi Paten Sederhana, sehingga perbuatan tersebut digolongkan sebagai perbuatan melawan hak eksklusif Tergugat. Oleh karena itu, perbuatan tersebut bukan saja menimbulkan kerugian terhadap Tergugat, tetapi juga merupakan suatu krisis kepercayaan pada setiap invenstor asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia; 5. Bahwa perlu kiranya untuk menghukum Penggugat untuk tidak lagi memproduksi barang-barang yang sejenis dengan barang-barang yang diproduksi Tergugat yang dilindungi Paten Sederhana; Petitum Gugatan Rekonvensi 1. Mengabulkan gugatan Rekonvensi dari TergugatPenggugat Rekonvensi; 2. Menyatakan PenggugatTergugat Rekonvensi beritikad buruk; 3. Menyatakan Penetapan Sementara yang telah dikeluarkan oleh Ppengadilan Niaga ini tetap berlaku sampai adanya Putusan dalam perkara ini yang berkekuatan hukum tetap; 4. Menghukum PenggugatTergugat Rekonvensi untuk menaati serta menghormati hak eksklusif TergugatPenggugat Rekonvensi atas Paten Sederhana No. ID 0 000 528 S, dengan menghentikan setiap produksi barang yang sejenis dengan barang yang diproduksi TergugatPenggugat Rekonvensi yang dilindungi Paten Sederhana tersebut; Universitas Sumatera Utara 5. Menghukum PenggugatTergugat Rekonvensi untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam gugatan ini; Diktum Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat 1. Dalam Konvensi a. Dalam Eksepsi : - Menolak eksepsi dari Tergugat; b. Dalam Pokok Perkara : - Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya; - Menyatakan Paten Sederhana dengan No. ID 0 000 528 S telah tidak baru lagi saat diajukan permintaan patennya tanggal 15 April 1999; - Membatalkan paten Sederhana No. ID 0 000 528 S untuk seluruh klaimnya dengan segala akibat hukumnya; - Memerintahkan Panitera Pengadilan Niaga Jakarta Pusat untuk segera menyampaikan salinan putusan ini kepada Kantor Paten Direktorat Paten, Ditjen HAKI, Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia, guna pelaksanaan putusan ini sesuai dengan ketentuan Pasal 93 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten; 2. Dalam Rekonvensi - Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya; 3. Dalam Konvensi dan Rekonvensi - Menghukum Tergugat KonvensiPenggugat Rekonvensi untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5000.000,- lima juta rupiah; Universitas Sumatera Utara Di dalam upaya hukum lebih lanjut yaitu kasasi kepada Mahkamah Agung RI, dengan pihak sebagai berikut : Pemohon Kasasi : PT. ENOMOTO SRIKANDI INDUSTRIES, berkedudukan di Kawasan Industri MM-2100, Blok B-4-1, Cibitung Bekasi 17520, dalam hal ini memberi kuasa kepada : Soerjanto Angkah, SH., dan Fadhly Masril, SH., para Advokat dan Pengacara pada Kantor Advokat dari Pengacara Soerjanto Angkah, SH., beralamat di Jalan Raya Boulevard LB 119 Kelapa Gading Permai Jakarta Utara, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 23 Maret 2005, dahulu Tergugat; Termohon Kasasi : PT. TRIPRIMA INTIBAJA INDONESIA, suatu perseroan menurut hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta, Jalan Pangeran Jayakarta No. 135 Blok C-3, Jakarta Pusat 10730, dalam hal ini memberi kuasa kepada : Gunawan Suryomurcito, SH., Yanto Jaya, SH., dan Winuriska, SH., para Advokat dan Konsultan Paten pada Kantor Advokat dan Konsultan Paten terdaftar Suryomurcito Co, beralamat di Suite 601 Wisma Pondok Indah Jalan Sultan Iskandar Muda Kav. V-TA Pondok Indah, Jakarta 12310, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 11 November 2004, dahulu Penggugat; Mahkamah Agung berpendapat semua alasan kasasi yang diberikan oleh Pemohon kasasi, dalam hal ini Tergugat, tidak dapat dibenarkan. Dengan itu Universitas Sumatera Utara maka permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi ditolak dan Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi tersebut. Berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Pemohon Kasasi mengajukan keberatan-keberatan dalam memori kasasinya, yang pada pokoknya : 1. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah melampaui batas wewenangnya, yaitu : - Gugatan pembatalan Paten Sederhana dengan No. ID 0 000 528 S yang diajukan oleh Termohon Kasasi hanya mencakup segel penutup drum saja dan tidak termasuk ring pengaman seperti yang tercantum dalam Paten Sederhana tersebut; - Pertimbangan hukum yang dilakukan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang mengabulkan gugatan pembatalan Paten Sederhana untuk seluruhnya telah melampaui wewenangnya sehingga merugikan Pemohon Kasasi; - Ring pengaman cincin pengaman merupakan penemuan yang berbeda dengan segel penutup drum. Hal tersebut secara tidak langsung telah diakui oleh Termohon Kasasi melalui bukti P.8, tentang adanya ring pengaman yang bukan merupakan bagian dari segel penutup drum. Dan hal tersebut telah dibuktikan pula melalui bukti P.6A, yaitu iklan Harian Kompas tertanggal 15 Desenber 2004 halaman 37 tentang perbedaan segel penutup drum dan ring pengaman tersebut; - Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah melampaui batas wewenang dengan mengabulkan seluruh gugatan pembatalan Paten Sederhana yang mencakup 4 empat bagian, padahal yang dipersengketakan hanyalah 1 satu bagian saja yaitu segel penutup drum; Universitas Sumatera Utara 2. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah keliru menerapkan hukum tentang kebaruan, yaitu : - Pengadilan Niaga Jakarta Pusat hanya menilai tentang penggunaan segel penutup drum yang pernah digunakan Pemohon Kasasi tersebut tanpa membedakan segel penutup drum untuk tutup drum yang mana yang pernah digunakan sebelumnya. Karena segel penutup drum yang merupakan penemuan dari Sdr. Agus Sugiarto yang telah diberikan Paten Sederhana sangat berlainan baik bentuk maupun fungsinya dengan segel penutup drum yang pernah digunakan oleh Pemohon Kasasi; - Berdasarkan Pasal 105 ayat 5 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 dengan penjelasan sebagai berikut yang dimaksud dengan kebaruan adalah bukan sekadar berbeda ciri teknisnya, melainkan juga harus memiliki fungsikegunaan yang lebih praktis dari Invensi sebelumnya. Bahwa penggunaan ring pengaman dari penemuan Sdr. Agus Sugiarto lebih berfungsi dari segi pengamannya dari segel penutup drum, yang mungkin pernah digunakan sebelumnya tanpa ada fungsi pengaman tersebut; - Sebagai ilustrasi untuk perbandingan Pemohon Kasasi melampirkan foto copy surat Direktorat Jenderal HaKI Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia, tertanggal 1 Maret 2005 dibawah Nomor : H2- HC.04.06-46 tersebut, yang isinya antara lain : “Menolak Permohonan PT. Pertamina Persero tentang bentuk cincin pengaman tutup drum, karena telah diungkapkan dalam permintaan Paten Sederhana No. S- Universitas Sumatera Utara 990042 tanggal 15 April 1999, surat Paten Sederhana No. ID 0 000 528 S tersebut yang merupakan hak dari Pemohon Kasasi; - Oleh karena itu, sifat kebaruan dari penemuan Sdr. Agus Sugiarto tersebut telah mutlak berlainan dengan yang pernah digunakan oleh PT. Pertamina Persero yang bersifat konvensional; - Bahwa karena itu, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah keliru dalam menerapkan hukum tentang syarat kebaruan dalam perkara ini; 3. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat lalai dalam menerapkan Peraturan Perundangan , yaitu : - Dalam gugatan pembatalan Paten Sederhana ini, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat haruslah lebih cermat dalam memuat ketentuan dalam Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001, yaitu dalam Pasal 92 yang berbunyi :” Jika gugatan pembatalan Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 hanya mengenai satu atau beberapa klaim atau bagian dari klaim, pembatalan dilakukan hanya terhadap klaim yang pembatalannya digugat”; - Gugatan pembatalan Paten Sederhana dalam perkara ini hanya menyangkut segel penutup drum saja dan tidak termasuk ring pengaman, sehingga seharusnya putusan pembatalan perkara ini hanya untuk segel penutup drum saja apabila dikabulkan dan tidak menyangkut penemuan lain yang tidak dipersengketakan; - Karena Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah lalai dalam memenuhi syarat dalam memenuhi kewajiban dalam Peraturan Perundangan, yang Universitas Sumatera Utara mengancam kelalaian tersebut dengan bbatalnya putusan yang bersangkutan; Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung Mengenai keberatan-keberatan yang dikemukakan oleh Pemohon Kasasi, tidak dapat dibenarkan oleh karena Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sudah tepat karena : 1. Ternyata jumlah klaim dari Paten Sederhana dengan No. ID 0 000 528 S adalah 1 satu yaitu satu bodi utama penutup drum, 1 satu ring pengaman pertama dan 1 satu ring pengaman kedua, 1 satu sil plastisol yang dicirikan oleh suatu tinta pengaman yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan judul “Segel Penutup Untuk Penutup Drum”; 2. Pemohon Kasasi telah menggunakan segel penutup drum tersebut sejak tanggal 9 Februari 1999, sehingga penemuan tersebut sudah tidak baru lagi saat dimintakan paten Sederhana pada tanggal 15 April 1999; 3. Ternyata ada cirri khas yang sama dari Paten Sederhana tersebut yaitu Ultra Violet Security Line yang hanya dapat dilihat dengan bantuan sinar ultra violet yang dilengkapi pengaman di bagian luar maupun bagian dalam yang sekaligus mempunyai fungsi yang sama dan tidak mudah untuk ditiru atau dipalsukan; Berdasarkan pertimbangan diatas, Putusan pengadilan Niaga Jakarta Pusat tidak bertentangan dengan hukum danatau Undang-Undang maka permohonan kasasi yang diajukan oleh PT. ENOMOTO SRIKANDI INDUSTRIES harus ditolak; Universitas Sumatera Utara Oleh karena permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi ditolak maka Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini; Diktum Putusan Mahkamah Agung 1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi yaitu PT. ENOMOTO SRIKANDI INDUSTRIES 2. Karena Pemohon Kasasi berada di pihak yang kalah, maka dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 5000.000,- lima juta rupiah. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan