Bakteri penyebab bawaan air terbanyak adalah Salmonella thypi, shigella, dan vibrio cholera, sedangkan penyakit bersumber virus seperti Rotavirus, virus Hepatitis A,
Poliomylitis, dan virus trachoma. Essecheria coli adalah salah satu bakteri pathogen yang tergolong coliform
dan hidup secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan sehingga Esceria coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal dari kotoran
hewan berdarah panas Fardiaz, 1992. Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk
menentukan aman atau tidaknya air yang dikonsumsi. Bila Coliform dalam air ditemukan dalam jumlah yang tinggi maka kemungkinan adanya bakteri patogenik
seperti Giardia dan Cryptosporidium di dalamnya Soemirat,2001.
2.6. Hubungan antara Pencemaran Air dengan Keluhan Kesehatan
Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia.
Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam
kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat Chandra, 2006, yaitu:
1. Waterborne mechanism Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia ditularkan melalui mulut atau sistem percernaan. Contoh
Universitas Sumatera Utara
penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.
2. Waterwashed mechanism Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan
perorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu: a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakhoma. c. Penularan melalui binatang pengerat seperti penyakit leptospirosis.
3. Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagian intermediate
host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis.
4. Water-related insect vector mechanism
Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh: filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.
2.7. Fasilitas Sanitasi Dasar dan Upaya Sanitasi Rumah
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia Azwar, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas sanitasi, yaitu: sarana air bersih, jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah, pembuangan sampah, dan fasilitas
dapur. Sedangkan upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan
kotoran manusia, pengelolaan sampah, dan pengelolaaan air limbah Notoadmodjo,
2008 .
2.7.1. Sarana Air Bersih
Sarana air bersih adalah semua sarana sebagai sarana air bersih bagi pemenuhan rumah yang dipakai sehari-hari. Sarana air bersih yang memenuhi syarat
apabila: 1. Jarak antara sumber air bersih dengan sumber pengotoran septic tank, tempat
pembuangan sampah, dan tempat pembuangan air limbah minimal 11 meter. 2. Pada sumur gali dan bor, diberi tembok kedap air dengan kedalaman 3 meter dari
permukaan tanah, dilengkapi tutup dan bibir sumur setinggi ± 70 cm, dan lantai diplester kedap air dalam jarak 1 meter sekeliling atau dari bibir.
3. Sumber air tersebut harus memiliki kualitas fisik, kimia, dan biologi yang memenuhi syarat kesehatan Depkes RI. 1999.
2.7.2. Sarana Jamban keluarga
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan Kusnoputranto, 1997. Sementara itu menurut Soemardi 1999 pengertian jamban
Universitas Sumatera Utara
adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.
Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai
penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik, yaitu tinja atau feces dan air seni atau urine Notoatmodjo,
2003. Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
2.7.2.1. Syarat Jamban yang sehat
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut Depkes RI, 2004 :
1. Tidak mencemari sumber air bersih, letak lubang penampung kotoran berjarak 10- 15 meter dari sumber air bersih.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. 3. Cukup luas dan landaimiring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari
tanah di sekitarnya. 4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. 6. Cukup penerangan.
7. Lantai kedap air. 8. Ventilasi cukup baik.
Universitas Sumatera Utara
9. Tersedia air dan alat pembersih.
2.7.2.2. Transmisi Penyakit dari tinja.
Penyakit menular seperti diare, disentri, polio, kholera, hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh tidak tersedianya sarana jamban
atau sarana jamban yang belum memenuhi syarat kesehatan. Menurut M. Soeparman dan Suparmin 2002, terjadinya proses penularan penyakit .
2.7.3. Sarana pembuangan air limbah SPAL
Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan
lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi Azwar, 1995. Saluran pembuangan air limbah adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang air dari kamar mandi, tempat cuci, dapur, dan lain-lain bukan dari jamban. Depkes RI, 1999.
2.7.3.1. Syarat Sarana Pembuangan Limbah SPAL
Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan kesehatan,yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air
yang menjadi sarang serangganyamuk, tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan, bentuk saluran pembuangan tertutup, dan
lancar Depkes RI, 1993.
2.7.4. Sarana Pembuangan Sampah
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
Universitas Sumatera Utara
dengan sendirinya Notoatmodjo, 2003. Sampah erat kaitanya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme
penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai pemindahpenyebar penyakit vektor. Oleh karena itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin,
tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat Notoadmodjo, 2007.
2.7.4.1. Syarat-syarat Tempat Sampah yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Syarat-syarat tempat sampah antara lain : 1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya
sampah. 2. Mempunyai tutup,mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
2.8. Diare
Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi buang air besar lebih dari 3 tiga kali atau lebih dari 1 satu hari Pusat Informasi Penyakit Infeksi 2007.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya 3 kali sehari disertai dengan perubahan konsistensi
tinja menjadi cair atau lembek, dengan tanpa darah dan atau lendir Suraatmaja,
Universitas Sumatera Utara
2010. Pada feses dapat dijumpai darah, lender atau pus. Gejala ikutan dapat berupa mual, muntah, mulas, nyeri abdominal, demam dan tanda-tanda dehidrasi Zein,
2011.
2.8.1. Klasifikasi Diare
Menurut Suraatmaja 2010, penyakit diare dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu diare akut dan diare kronik
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Biasanya diare ini berlangsung selama kurang dari 14 hari .
b. Diare Kronik
Diare kronik adalah diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih 14 hari , dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare
tersebut. Diare kronik kemudian dibagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain
1. Diare persisten , yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi. 2. Protracted diare, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu 14
hari dengan tinja cair dan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari. 3. Diare intraktabel, merupakan diare yang dalam waktu singkat misalnya 1-3
bulan dapat timbul berulang kali. 4. Prolonged diare, adalah diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.
Universitas Sumatera Utara
5. Chronic non Spesific diarrhea, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada tanda-
tanda infeksi maupun malabsorpsi. Secara etiologi diare dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi, alergi, reaksi
obat-obatan dan juga faktor psikis. Pendekatan klinis yang sederhana dan mudah adalah pembagian diare berdasarkan proses patofisiologis enteric infection, yaitu
membagi diare atas mekanisme inflammatory, non inflammatory dan penetrating Zein, 2011.
1. Inflamatory diarrhea akibat invasi dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah sering disebut
juga Bloody diarrhea. Biasanya gejala klinis yang menyertai adalah keluhan abdominal seperti mual sampai nyeri, mual, muntah, demam, serta gejala dan
tanda dehidrasi. Mikroorganisme penyebab diare ini seperti, E.histolytica, Shigella, Entero Invasive E.coli EIEC, C.difficile, dan C.jejuni.
2. Non Inlamatory diarrhea adalah kelainan yang ditemukan di usus halus bagian proksimal, proses diare addalah akibat adanya enterotoksin yang
mengakibatkan diare dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah, yang disebut watery diarrhea. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada
sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi ceppat timbul, terutama pada kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti. Mikroorganisme
penyebab adalah V.cholerae, Enterotoxigenic.coli, salmonella.
Universitas Sumatera Utara
3. Penetrating diarrhea, lokasi pada bagian usus distal usus halus. Penyakit ini desebut juga Enteric fever, Chronic septicemia, dengan gejala klinis diare
disertai demam. Mikroorganisme penyebab adalah S.thypi, S.parathypi A,B, S.enteriditis dan C.fetus.
Dari sudut pandang klinis praktis, diare dapat dibedakan menjadi 6 gejala klinik, yaitu :
1. Diare ringan diatasi dengan pemberian larutan rehidrasi oral yang terdiri dari air, glukosa dan elektrolit, sedangkan etiologi spesifik tidak terlalu penting dalam
penatalaksanaan 2. Diare berdarah disentri disebabkan oleh mikroorganisme seperti shigella,
E.coli dan beberapa mikroorganisme tertentu. 3. Diare persisten, berlangsung paling sedikit selama 14 hari
4. Diare berat, seperti pada cholera 5. Diare ringan tanpa dehidrasi karena muntah, disebabkan oleh virus
gastroenterides, diare karena toksin, seperti yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, atau Cl.perferingens, dan
6. Colitis hemoragika, dengan diare cair mengandung banyak darah tetapi tanpa demam atau fekal lekositosis
2.8.2. Gejala dan Tanda Diare
Menurut Zein 2011, penyakit diare dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi.
a. Diare akibat infeksi
Diare infeksi dapat disebabkan oleh :
Universitas Sumatera Utara
1. Virus Virus merupakan penyebab diare terbanyak pada anak 70 – 80 .
Beberapa virus penyebab diare adalah a Rotavirus serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia. Serotype 3 dan 4 terdapat
pada hewan dan manusia. Dan serotype 5, 6 dan 7 hanya didapati pada hewan.
b Norwalk virus ; dapat terdapat pada semua usia, umumnya akibat foodborne atau waterborne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan dari
orang ke orang. c Astrovirus, dapat dijumpai pada anak-anak dan dewasa
d Adenovirus tipe 40, 41 e Small bowel structured virus
f Cytomegalovirus 2. Bakteri
Beberapa bakteri penyebab diare adalah : a
Enterotoxigenic E.coli ETEC Bakteri ini mempunyai dua virulensi yang penting, yaitu faktor
kolonisasai yang menyebabkan bakteri ini melekat pada eritrosit pada usus halus, dan enterotoksin heat labile HL dan heat stabile ST yang
menyebabkan sekresi cairan dan eletrolit yang menghailkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan pada brush border atau
menginvasi mukosa.
Universitas Sumatera Utara
b Enterophatogenic E.coli EPEC
Mekanisme terjadinya diare yang disebabkan bakteri ini belum jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan
kerusakan dari membran mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbs dan aktifitas disakaridase.
c Enteroaggregative E.coli EAggEC
Sifat bakteri ini adalah melekat pada usus halus dan dapat menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Begaimana terjadinya diare oleh bakteri
ini belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan. d
Enteroinvasisve E.coli EIEC Bakteri ini secara serologi dan biokimia mirip dengan shigella. Seperti
shigella, bakteri EIEC dapat melakukan penetrasi dan multifikasi di dalam sel epitel kolon.
e Enterohemorrhagic E.coli EHEC
EHEC mampu memroduksi verocytoxin VT 1 dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang dapat menimbulkan edema dan pendarahan diffuse
di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolyticuremic syndrome. f
Shigella spp. Bakteri Shigella dapat menginvasi dan melakukan multifikasi di dalam sel
epitel kolon, sehingga menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Kuman Shigella jarang masuk kedalam aliran darah. Faktor
virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide sel wall antigen yang mempunyai aktivitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin
Universitas Sumatera Utara
Shiga toxin dan Shiga-like toxin yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea.
g Campylobacter jajuni helicobacter jejuni
Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan unggas, anjing, kucing, domba dan babi atau dengan feses hewan melalui kontak
makanan yang terkontaminasi seperi daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person.
C.jejuni mungkin dapat menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksin yang dihasilkannya, yiatu
cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.
h Vibrio cholera 01 dan V.cholerae 0139
Apabila air atau makanan terkontaminasi oleh bakteri ini akan dapat menularkan kolera. Penularan melalui orang ke orang jarang terjadi. V.
cholera melekat dan berkembangbiak pada mukosa usus halus dan menghasilkan enteroktoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini
sangat mirip dengan heat-labile toxin LT dari ETEC. Terkahir ditemukan bahwa adanya enterotoksin yang lain yang memunyai
karakterik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin ACE dan zonular occludens toxin ZOT. Kedua toksin ini menyebabkan sekresi
cairan kedalam lumen usus.
Universitas Sumatera Utara
i Salmonella non thypoi
Bakteri salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotksin yang dihasilkan dapat menyebabkan diare bila terjadi kerusakan pada mukosa
yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea. 3. Protozoa
Ada beberapa jenis protozoa yang dapat menyebabkan diare, yaitu : a
Gradia lamblia Parasit ini dapat menginfeksi usus halus. Mekanisme patogenasisnya
belum jelas, tapi dipercayai memengaruhi absorbs dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host- parasit
dipengaruhi oleh umur, status nutrisi, endemisitas dan status imun. Di daerah dengan endemisitas yang tinggi, gradiasis dapat berupa
asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas yang rendah dapat terjadi wabah dalam 5-8 hari
setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mula, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan
fatty stools, nyeri perut dan gembung. b
Entamoeba histolytica Prevalensi disentri amoeba ini bervariasi, namun penyebarannya dapat
terjadi di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur ,dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90 infeksi
asimtomatik yang disebabkan E.histolytica non patogenik E.dispar.
Universitas Sumatera Utara
Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten samapai disentri yang fulminant.
c Cryptosporidium
Di negara yang berkembang, cryptosporidiosis terjadi 5-15 dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi dan pada
anakyang lebih besar serta dewasa gejalanya bersifat asimtomatik. Gejala klinis berupa diare akut dengantipe watery diarrhea ringan dan biasanya
self-llimited. Pada penderita dengan gangguan system kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis disease merupakan
reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotic.
d Microsporidium spp
e Isospora belli
f Cyclospora cayatanensis
Universitas Sumatera Utara
2.9.Kerangka Konsep
Kondisi Sanitasi Dasar Pengguna Air Sungai
:
1. Sarana Air Bersih 2. Jamban keluarga
3. Pembuangan sampah
4.
Saluran Pembuangan air
S A
Keluhan Kesehatan
Diare
Kualitas Air Sungai PP 82 tahun 2001
Fisik a. Suhu
Kimia
a. Se b.
Biologi a. E. Coli
Universitas Sumatera Utara
2.10. Hipotesis