Peran keluarga Dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Spiritualiti Lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai
Peran Keluarga Dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Lansia Di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis
Kabupaten Serdang Bedagai
SKRIPSI
FITRI YUNINGSIH 111121063
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan 2013 \
(2)
(3)
PRAKATA
Segala puji syukur, hormat penulis ucapkan kepada Tuhan atas segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran keluarga Dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Spiritualiti Lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan mencapai gelar sarjana di Fakultas keperawatan Universita Sumatera Utara Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian proposal ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakutas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan
3. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS, sebagai dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal ini 4. Ibu Sri Eka Wahyuni, S,Kep. Ns, M.Kep sebagai penguji I 5. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes, sebagai penguji II
6. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan USU yang lainnya, yang ikut serta
dalam membantu skripsi ini
7. Kepada Kepala Desa Buluh Duri yang telah memberikan izin pada penulis
untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini
8. Teristimewa kepada keluarga saya tercinta, kedua orangtua, abang dan
(4)
seluruh keluarga yang selalu memberikan cinta, do’a, bimbingan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
9. Kepada teman-teman Ekstensi pagi/sore angkatan 2011 terima kasih atas
masukan dan do’anya, teman-teman kos terima kasih buat do’a dan bantuannya.
Semoga Tuhan mencurahkan berkat-Nya pada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan pengetahuan khususnya profesi keperawatan.
Medan, Februari 2013
Penulis Fitri Yuningsih
(5)
Judul : Peran Keluarga Dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Spiritualiti Lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai
Penulis : Fitri Yuningsih
Fakultas : Keperawatan
Tahun : 2012-2013
Abstrak
Peran keluarga dalam perawatan lansia yaitu memotifasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual dengan meningkatkan ketaqwaan lansia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada lansia membuat lansia mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini suatu hikmah dari suatu kejadian, dan menjalin hubungan yang positif melalui keyakinan dan cinta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah Accident sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 76
responden. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah anak kandung lansia yaitu 48 responden (63,2%). Hasil penelitian menunjukkan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dikategorikan baik yaitu 39 responden (51,3%) karena banyak lansia yang tinggal bersama keluarga seperti anak kandungnya. Keluarga dan teman dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional bagi lansia ketika menghadapi suatu masalah. Dari hasil penelitian ini diharapkan keluarga lebih meningkatkan partisipasi dalam merawat lansia sehingga kwalitas hidup lansia semakin tinggi.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Persetujuan Sidang Skripsi ... ii
Prakarta ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Skema ... vii
Daftar Tabel ... viii
Abstrak ... ix
Bab I. Pendahuluan 1. Latar Belakang ... 1
2. Tujuan Penelitian ... 5
3. Pertanyaan penelitian ... 5
4. Manfaat Penelitian ... 6
Bab II. Tinjauan Pustaka 1. Spiritualiti 1.1 Pengertian Spiritual ... 7
1.2 Karakteristik Spiritual... 9
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritual ... 12
1.4 Perkembangan spiritual lansia ... 15
2. Lansia 2.1 Pengertian lansia ... 15
2.2 Batasan-batasan lanjut usia ... 15
2.3 Teori-teori proses penuaan ... 16
2.4 Penyesuaian-penyesuaian pada lansia ... 17
3. Keluarga 3.1 Pengertian keluarga ... 18
3.2 Tipe keluarga ... 19
3.3 Fungsi keluarga ... 21
3.4 Tugas perkembangan keluarga dengan lansia ... 23
3.5 Tugas kesehatan keluarga ... 25
3.6 Peran keluarga ... 27
3.7 Peran keluarga dalam perawatan lansia ... 28
3.8 Peran keluarga dalam spiritualiti lansia ... 29
Bab III. Kerangka Penelitian 1. Kerangka konsep ... 31
2. Defenisi operasional ... 32
Bab 1V. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 34
2. Populasi dan Sampel ... 34
(7)
4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 36
5. Instrumen Penelitian ... 37
6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38
7. Pengumpulan Data ... 39
8. Analisa Data ... 40
Bab V. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 42
1.1 Karakteristik Responden ... 42
1.2 Peran keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritualiti lansia ... 45
2. Pembahasan ... 49
2.1Karakteristik responden ... 49
Bab VI. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 54
2. Saran ... 54
Daftar Pustaka Lampiran
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
2. Jadwal Penelitian 3. Rincian Dana Penelitian 4. Instrumen Penelitian 5. Surat Izin Survei Awal 6. Surat Izin Penelitian 7. Hasil Penelitian
8. Lembar Bukti Bimbingan Skripsi
9. Hasil Pengolahan Data dengan Komputerisasi
(8)
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka konsep penelitian peran keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritual lansia di desa buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai...31
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel.5.1 Distribusi frekuensi & persentasi karakteristik responden ... 43 Tabel.5.2 Distribusi frekuensi & persentasi pernyataan responden
tentang hubungan dengan diri sendiri ... 45 Tabel.5.3 Distribusi frekuensi & persentasi pernyataan responden
tentang hubungan dengan orang lain... 46 Tabel.5.4 Distribusi frekuensi & persentasi pernyataan responden
tentang hubungan dengan alam ... 47 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi & persentasi pernyataan responden
tentang hubungan dengan Tuhan ... 48 Tabel.5.6 Distribusi frekuensi & persentasi kategori responden
tentang peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan
(10)
Judul : Peran Keluarga Dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Spiritualiti Lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai
Penulis : Fitri Yuningsih
Fakultas : Keperawatan
Tahun : 2012-2013
Abstrak
Peran keluarga dalam perawatan lansia yaitu memotifasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual dengan meningkatkan ketaqwaan lansia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada lansia membuat lansia mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini suatu hikmah dari suatu kejadian, dan menjalin hubungan yang positif melalui keyakinan dan cinta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah Accident sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 76
responden. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah anak kandung lansia yaitu 48 responden (63,2%). Hasil penelitian menunjukkan peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dikategorikan baik yaitu 39 responden (51,3%) karena banyak lansia yang tinggal bersama keluarga seperti anak kandungnya. Keluarga dan teman dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional bagi lansia ketika menghadapi suatu masalah. Dari hasil penelitian ini diharapkan keluarga lebih meningkatkan partisipasi dalam merawat lansia sehingga kwalitas hidup lansia semakin tinggi.
(11)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan
untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini berupaya untuk
mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang
untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress
emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000).
Stoll (1995) menguraikan bahwa spiritual sebagai konsep dua dimensi
yaitu dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi
yang menuntun kehidupan seseorang, dan dimensi horizontal adalah hubungan
seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan (Kozier,
Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper (2002) menyatakan bahwa
spiritual dapat menjadi medikasi terapeutik tanpa memandang agama, ras, dan
warna kulit, misalnya dalam meningkatkan koping, dukungan sosial, optimisme
dan harapan, mengurangi depresi dan kecemasan, serta mendukung perasaan
relaksasi.
Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
(12)
tahun ke atas. Sementara itu WHO mengatakan bahwa lanjut usia meliputi usia
pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun (Nugroho, 2008).
Laju perkembangan kesehatan di Indonesia salah satunya dicerminkan dari
peningkatan lanjut usia. Darmojo (2002) mengatakan bahwa pertumbuhan
penduduk lansia di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun
waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan
menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah
penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat keempat
di dunia setelah Cina, India, dan Amerika serikat. Kenaikan pesat itu berkaitan
dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Usia 60 tahun di Indonesia
merupakan indikasi seseorang memasuki masa lanjut usia (lansia). Pada tahun
2015 diperkirakan mencapai 24,4 juta jiwa atau 10% (Kesrepro, 2008).
Peran keluarga dalam perawatan lansia yaitu menjaga dan merawat kondisi
fisik anggota keluarga yang lansia tetap dalam keadaan optimal atau produktif,
mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia, mengantisipasi
adanya perubahan sosial dan ekonomi pada lansia, memotifasi dan memfasilitasi
lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual dengan demikian dapat meningkatkan
ketaqwaan lansia terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Mubarak, 2006).
Dari hasil penelitian Widiastuti (2007) yang dilakukan terhadap lansia di
RW 03 di Desa Wonosari Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang diketahui
90% mengatakan selalu mengerjakan sholat lima waktu, 80% sering berdoa dan
berzikir di mushola atau mesjid, 60% kadang-kadang melakukan ibadah puasa
(13)
konflik dengan orang lain (tetangga), dan sebagian kecilnya masih belum
memahami tujuan hidupnya, mengungkapkan keraguan dalam sistem
keyakinannya. Data ini menunjukkan bahwa lansia sangat mementingkan
kebutuhan spiritualnya dari aspek hubungan dengan ketuhanan, namun dari
karakteristik spiritual lainnya belum diperhatikan. Disinilah peran keluarga
dibutuhkan dengan memperhatikan aspek karakteristik spiritual lainnya yaitu
aspek hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain dan hubungan
dengan alam.
Aspek spiritual pada masa lansia selayaknya telah menjadi bagian dari
dimensi manusia yang matang. Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada masa ini
akan membuat lansia mampu merumuskan arti personal yang positif tentang
tujuan keberadaannya di dunia, mengembangkan arti penderitaan dan meyakini
suatu hikmah dari suatu kejadian/penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan
dinamis melalui keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Lansia juga akan mampu
membina integritas personal dan merasa dirinya berharga, merasakan kehidupan
yang terarah terlihat melalui harapan, serta mampu mengembangkan hubungan
antar manusia yang positif (Hamid, 2000).
Demografi menunjukkan bahwa kebanyakan lansia menderita sedikitnya
satu atau lebih penyakit kronis, dan banyak diantaranya menderita lebih dari satu.
Berduka, nyeri, kehilangan kendali mempengaruhi integritas pribadi lansia.
Kondisi ini beresiko terjadinya distres spiritual padda lansia (Stanley, 2007).
Distres ini terjadi ketika lansia mengalami atau beresiko mengalami gangguan
(14)
hidup. Distres spiritual yang berkelanjutan akan mempengaruhi kesehatan lansia
secara menyeluruh dimana terjadi gejala-gejala fisik berupa penurunan nafsu
makan, gangguan tidur, serta peningkatan tekanan darah (Hidayat, 2006).
Uraian diatas menunjukkan pemahaman dimensi spiritual dan pemenuhan
terhadap kebutuhan spiritual yang masih terbatas. Cara mengaplikasikan
pemenuhan kebutuhan spiritual tersebut perlu dipahami oleh semua masyarakat,
keluarga, dan termasuk lansia, karena tidak jarang berpandangan tentang dimensi
spiritual hanya sebatas pada kegiatan ritual ibadah, atau dalam kaitan hubungan
vertikal antara manusia dengan Tuhannya. Peran keluarga dalam perawatan lansia
dipengaruhi upayanya untuk memenuhi kebutuhan spiritual lansia tersebut.
Banyak anggota keluarga yang kadang tidak memperhatikan lansia dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya, keluarga hanya memandang lansia dalam hal
ritual ibadah tanpa memperhatikan aspek lain yaitu hubungan lansia dengan
dirinya sendiri, orang lain maupun dengan alam.
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang bagaimana peran keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritual
lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai. Di
Desa ini banyak dijumpai lansia yang tinggal dengan keluarga, dan seperti yang
diamati peneliti ada sebagian dari lansia yang tinggal dengan keluarga tersebut
mengalami konflik dengan keluarga atau tetangga. Dalam kesehariannya lansia
dibiarkan dan bahkan diacuhkan, dianggap tidak ada, tidak perlu untuk diajak
ngobrol ataupun memperhatikan kondisi kesehatan dan yang lebih ironis lagi
(15)
ibadahnya dengan Tuhan sebagai aktualisasi diri lansia di masa tuanya. Lansia
yang seharusnya dianggap sesepuh yang harus dihargai, dihormati dan diminta
nasehat atau do’a restu tidak ditemukan. Selain itu tidak ada dijumpai penelitian
tentang peran keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa
Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai yang dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi peran keluarga dalam
upaya memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan
Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “bagaimana peran keluarga dalam
upaya memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan
Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai”.
4. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian mengenai peran keluarga dalam upaya memenuhi
kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten
Serdang Bedagai antara lain:
a. Pendidikan keperawatan
Sebagai informasi dan meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa dan
(16)
kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten
Serdang Bedagai.
b. Praktek keperawatan
Hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran keperawatan
komunitas, khususnya keperawatan gerontik tentang pemenuhan kebutuhan
spiritual pada lansia, sehingga fakta ini dapat dikembangkan dalam praktek belajar
lapangan keperawatan komunitas.
c. Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi lahan
penelitian tentang berbagai kebutuhan spiritual pada lansia sehingga para perawat
dalam memberikan intervensinya tidak mengenyampingkan kebutuhan spiritual
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Spiritual
1.1. Defenisi Spiritual
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang
manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan
dasar tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta
kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan
spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, suka
cita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahan hati serta memiliki tujuan
hidup yang jelas (Prijosaksono, 2003).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta (Hamid, 2000). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang
dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat
diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang
lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang.
Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya do’a, mengenal dan mengakui Tuhan
(Nelson, 2002).
Menurut Mickley et al (1992) menguraikan spiritual sebagai suatu yang
multidimensi yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial
(18)
pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai
konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang
Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal
adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang lain dan lingkungan. Terdapat
hubungan terus-menerus antara dua dimensi tersebut (Kozier, Erb, Blais &
Wilkinson, 1995).
Beberapa istilah yang membantu dalam pemahaman tentang spiritual
adalah kesehatan spiritual adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri
dengan orang lain, alam, dan lingkungan yang tertinggi. Ketidakseimbangan
spiritual (Spirituality Disequilibrium) adalah sebuah kekacauan jiwa yang terjadi ketika kepercayaan yang dipegang teguh tergoncang hebat. Kekacauan ini
seringkali muncul ketika penyakit yang mengancam hidup berhasil didiagnosis
(Taylor, 2002).
Pada tahun 1973, National Conference On Classification Of Nursing
Diagnosis Of The North American Nursing Diagnosis Asosiation (NANDA) mengatakan area spiritual adalah dukungan spiritual, yang dicirikan dengan
kekuatan spiritual. Faktor yang turut berperan dan batasan karakteristik berasal
dari perspektif kesehatan spiritual. Beberapa faktor penunjang mencakup identitas
spiritual yang tegas, pemeliharaan, sistem keyakinan walau dalam kesengsaraan,
empati terhadap nilai-nilai dan keyakinan orang lain, rasa pemenuhan spiritual,
kemampuan menghadapi tantangan untuk melakukan ritual keagamaan, sistem
keyakinan yang dapat disesuaikan dan makna hidup, penderitaan dan kematian
(19)
1.2. Karakteristik Spiritual
Terdapat beberapa karakteristik spiritual yang meliputi :
a. Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan
diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang
menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa
depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri. Kekuatan yang
timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya,
diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif,
kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin
jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan keen (1985) kepercayaan
bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran
yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. Kepercayaan dapat
memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan
atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap
sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan
wawasan yang lebih luas.
Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam
hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan
(20)
penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang
menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit.
Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live). Perasaan mengetahui
makna hidup, yang kadang diidentikkan dengan perasaan dekat dengan Tuhan,
merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan
tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang
masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004).
b. Hubungan dengan orang lain
Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan
dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan
dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orangtua dan orang
yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak
harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan
ketidakharmonisan dan friksi, serta keterbatasan asosiasi (Kozier, Erb, Blais &
Wilkinson, 1995).
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan
kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan
kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya. Dengan
demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres,
maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial (Carm & Carm,
(21)
Maaf dan pengampunan (forgiveness). Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah,
mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang
menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari
suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang individu dapat
meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional,
penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai (Puchalski,
2004).
Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support). Keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif
melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat
memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit.
Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang
kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu
dari penyakit jantung.
c. Hubungan dengan alam
Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang
meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan
berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut (Kozier, Erb, Blais &
Wilkinson, 1995).
Rekreasi (Joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih.
(22)
Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani
sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal
yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik,
olahraga dan lain-lain (Puchalski, 2004).
Kedamaian (Peace). Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan
kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat
meningkatkan status kesehatan (Hamid, 2000).
d. Hubungan dengan Tuhan
Meliputi agama maupun tidak agamis. Keadaan ini menyangkut
sembahyang dan berdo’a, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah, perlengkapan
keagamaan, serta bersatu dengan alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritual apabila
mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di
dunia/kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari
satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis,
membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang
terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia
yang positif (Hamid, 2000).
1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritual
Menurut Hamid (2000), faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritual
(23)
a. Tahap perkembangan
Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus
memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual
dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti
bahwa spiritual tidak memiliki makna bagi seseorang.
b. Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual individu.
Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama,
tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku
keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia
pertama dimana individu mempunyai pandangan, pengalaman terhadap dunia
yang diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya (Taylor, Lillis & LeMone,
1997).
c. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial
budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual
keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai
moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan
keagamaan.
d. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi
spiritual seseorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang
(24)
Peristiwa dalam kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang
diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji keimanannya.
e. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalam spiritual seseorang.
Krisis sering dialami ketika seseorang menghadi penyakit, penderitaan, proses
penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien dengan
penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan
dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat
fiskal dan emosional.
f. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu
merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.
Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri
acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan
(Hamid, 2000).
g. Isu moral terkait dengan terapi
Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara
Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang
(25)
1.4. Perkembangan Spiritual pada Lansia
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu
untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk
mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan
karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (pasangan,
saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan
filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orangtua untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta
lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau
dihindarkan (Hamid, 2000).
2. Lanjut Usia
2.1. Pengertian Lanjut Usia
Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas. Sementara itu WHO mengatakan bahwa lanjut usia meliputi usia
pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun (Nugroho, 2008) dan
mengidentikasikan lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang mudah
terserang kemunduran fisik dan mental (Watson, 2003).
2.2. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara
memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
(26)
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun 2. Lanjut usia (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) adalah usia diatas 90 tahun.
b. Departemen kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut :
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
2. Kelompok lanjut usia (55-64 tahun) sebagai masa peresenium
3. Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) sebagai masa senium
Jika dilihat dari pembagian umur dari tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang-orang yang telah berumur 65 tahun
keatas. Saat ini berlaku UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas” (Nugroho, 2008).
2.4. Teori-Teori Proses Menua
a. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Setiap spesies-spesies di dalam inti sel nya mempunyai suatu jam genetik
(27)
b. Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe).
Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
faktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor-faktor lingkungan yang
menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa
radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari radiasi
dan zat kimia yang bersifat toksik dapat memperpanjang umur (Nugroho, 2008).
c. Teori menua akibat metabolisme
Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut, antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme
(Darmodjo, 2002).
2.5. Penyesuaian- Penyesuaian pada Lanjut Usia
Beberapa penyesuaian yang dihadapi para lanjut usia yang sangat
mempengaruhi kesehatan jiwanya diantaranya :
a. Penyesuaian terhadap masalah kesehatan
Setelah orang memasuki lanjut usia umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, kulit
makin keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan lain-lain (Kuntjoro,
2002). Adapun perubahan fisik yang dialami meliputi seluruh sistem tubuh yakni
sistem pendengaran, penglihatan, persarafan, dan sistem tubuh lainya (Nugroho,
(28)
b. Penyesuaian pekerjan dan masa pensiun
Sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama usia lanjut
karena sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang mereka lakukan tetapi juga
sikapnya terhadap masa pensiun yang akan datang (Hurlock, 1999).
c. Penyesuaian terhadap berbagai perubahan dalam keluarga
Penyesuaian yang dihadapi lanjut usia diantaranya hubungan dengan
pasangan, perubahan perilaku, seksual dan sikap sosialnya, dan status ekonomi.
Khususnya aspek sosial pada lanjut usia yang pada umumnya mengalami
penurunan fungsi tubuh sering menimbulkan keterasingan (Hurlock, 1999).
d. Penyesuaian terhadap hilangnya pasangan dan orang yang dicintai
Penyesuaian utama yang harus dilakukan oleh lanjut usia adalah
penyesuaian yang dilakukan karena kehilangan pasangan hidup. Kehilangan
tersebut dapat disebabkan oleh kematian atau penceraian (Hurlock, 1999). Kondisi
ini mengakibatkan gangguan emosional dimana lanjut usia akan merasa sedih
akibat kehilangan orang yang dicintainya (Hidayat, 2004).
3. Keluarga
3.1. Pengertian keluarga
Menurut Ferry Effendi (2009) yang dikutip dari Duval dan Logan.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap
(29)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
Menurut Ferry Effendi (2009) yang dikutip dari Salvicion G Bailon dan
Aracelis Maglaya. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
perannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.
3.2. Tipe keluarga
Menurut konteks keilmuan dan pengelompokan orang, terdiri dari :
1. Traditional nuclear. Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu
atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2. Reconstituted nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu dari perkawinan lama maupun hasil
perkawinan yang baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3. Middle age atau aging couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah, atau keduanya bekerja di luar rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sudah sekolah, perkawinan, atau meniti karir.
4. Dyadic nuclear. Pasangan suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
(30)
5. Single parent. Keluarga dengan satu orangtua sebagai akibat perceraian atau akibat kematian pasangannya, anak-anaknya dapat tinggal di dalam rumah
atau di luar rumah.
6. Commuter married. Pasangan suami istri atau keduanya sama-sama bekerja dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada
waktu-waktu tertentu.
7. Single adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
8. Three generation. Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.
9. Institusional. Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.
10.Communal. Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan sama-sama berbagi fasilitas.
11.Group marriage. Satu rumah terdiri dari orangtua dan satu kesatuan keluarga. 12.Unmarried parent and child. Ibu dan anak pernikahannya tidak dikehendaki
dan kemudian anaknya diadopsi.
13.Cohabitating couple. Dua orangtua atau satu pasangan yang bersama tanpa menikah.
14.Extended family. Nuclear family dan anggota keluaraga yang lain tinggal dalam satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga (Effendi, 2009).
3.3. Fungsi Keluarga
(31)
1. Fungsi Afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi apektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi apektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Setiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif, perasaan memiliki, perasaan yang berarti,
dan merupakan sumber kasih sayang. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan
melalui interaksi dan berhubungan dalam keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan
kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Keluarga
merupakan tempat individu untuk bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan anggota keluarga
yang ditujukan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar tentang disiplin,
norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam
keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi
ini sedikit terkontrol. Disisi lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau di
(32)
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan
memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah, dan lain-lain.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap
memiliki produktifitas yang tinggi, kemampuan keluarga dalam memberikan
perawatan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan keluarga. Untuk
menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian,
tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, dan keluarga mampu memberikan
asuhan keperawatan yang mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu.
Pengetahuan keluarga juga tentang sehat-sakit juga mempengaruhi perilaku
keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Fungsi religius tugas
keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga
untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan yang lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini (Effendi, 2009).
3.4. Tugas Kesehatan Keluarga
(33)
1. Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana kesehatan habis.
Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang
dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orangtua.
Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya,
perubahan yang akan terjadi, dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana
keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, faktor penyebab dan yang mempengaruhi, serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, keluarga
merasakan adanya masalah kesehatan, dan membawa anggota keluarga yang
sakit ke rumah sakit terdekat atau pos pelayanan kesehatan terdekat.
3. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal antara lain keadaaan penyakit (sifat,
penyebaran, komplikasi dan perawatannya), sifat dan perkembangan perawatan
yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan,
(34)
jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap
keluarga terhadap penyakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, keluarga harus memperhatikan hal-hal antara lain sumber-sumber keluarga
yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya
hygiene dan sanitasi, upaya pencegahan penyakit, sikap dan pandangan keluarga
terhadap hygiene dan sanitasi, dan kekompakan antar anggota keluarga.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal yang terkait antara lain keberadaan fasilitas keluarga,
keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat
kepercayaan petugas dan fasilitas kesehatan, pengalaman yang kurang baik
terhadap petugas kesehatan, dan fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
anggota keluarga (Effendi, 2009).
3.5. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia
Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus
dicapai oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangannya. Keluarga diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan biologis, imperatif (saling menguatkan), budaya dan
aspirasi, serta nilai-nilai keluarga. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988), tugas
(35)
1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting
dalam mendukung kesejahteraan lansia. Perpindahan tempat tinggal bagi lansia
merupakan suatu pengalaman traumatis, karena pindah tempat tinggal berarti akan
mengubah kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh lansia di
lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, dengan pindah tempat tinggal berarti
lansia akan kehilangan teman dan tetangga yang selama ini berinteraksi serta telah
memberikan rasa aman pada lansia.
2. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
Ketika lansia memasuki pensiun, maka terjadi penurunan pendapatan
secara tajam dan semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat,
sementara tabungan/pendapatan berkurang. Dengan sering munculnya masalah
kesehatan, pengeluaran untuk biaya kesehatan merupakan masalah fungsional
yang utama. Adanya harapan hidup yang meningkat memungkinkan lansia untuk
dapat hidup lebih lama dengan masalah kesehatan yang ada.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi lebih penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga.
Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang
berlangsung dari pasangan lansia. Salah satu mitos tentang lansia adalah dorongan
seks dan aktivitas sosialnya yang tidak ada lagi. Mitos ini tidak benar, karena
menurut hasil penelitian memperlihatkan keadaan yang sebaliknya. Salah satu
(36)
4. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan
Tugas perkembangan ini secara umum merupakan tugas perkembangan
yang paling traumatis. Lansia biasanya telah menyadari bahwa kematian adalah
bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa
pasangan yang ditinggalkan akan menemukan penyesuaian kematian dengan
mudah. Hilangnya pasangan menuntut reorganisasi fungsi keluarga secara total,
karena kehilangan pasangan akan mengurangi sumber-sumber emosional dan
ekonomi serta diperlukan penyesuaian untuk menghadapi perubahan tersebut
(Maryam, 2008).
3.6. Peran keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Kozier, Barbara,
1995). Peranan keluarga menggambarkan seperangkat hubungan interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan kondisi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku
dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Peran keluarga terhadap lansia adalah:
1. Sistem keluarga besar yaitu:
a. Lansia adalah sesepuh yang harus dihargai, dihormati dan diminta nasehat
atau do’a restu
b. Usaha menyediakan fasilitas-fasilitas kebutuhan harian
2. Sikap Keluarga dan Masyarakat Terhadap Lansia yaitu:
(37)
b. Diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan
peristiwa alamiah dimana tiap-tiap individu akan mengalaminya
3. Membangun kebutuhan untuk dicintai, aktualisasi dari lanjut usia
4. Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis
(saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia) (Mubarak, 2006).
3.7. Peran keluarga dalam perawatan lansia
Keluarga merupakan supportsystem utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara
lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status
mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan
memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam, 2008).
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga
memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh anggota keluarga dalam melaksanakan peranannya terhadap lansia, yaitu :
1. Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang lanjut usia, tetap
dalam keadaan optimal dan produktif
2. Mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia
3. Mengantisipasi adanya perubahan sosial dan ekonomi pada lansia
4. Memotifasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual,
dengan demikian dapat meningkatkan ketakwaan lansia kepada Tuhan Yang
Maha Esa (Mubarak, 2006).
(38)
1. Peran keluarga dalam hubungan dengan diri lansia sendiri
Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada masa ini akan membuat lansia
mampu merumuskan arti personal yang positip tentang tujuan keberadaannya di
dunia mengembangkan arti penderitaan dan meyakini suatu hikmah dari suatu
kejadian/penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis melalui
keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Peran keluarga membantu mengenal
masalah kesehatan lansia. Mendukung lansia untuk selalu optimis dalam
menghadapi masa depan (Hamid, 2000).
2. Peran keluarga dalam hubungan lansia dengan orang lain
Lansia juga akan mampu membina integritas personal dan merasa dirinya
berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan, serta
mampu mengembangkan hubungan antar manusia yang positif. Peran keluarga
dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada
lansia dan merawat anggota keluarga yaitu lansia.
3. Peran keluarga dalam hubungan lansia dengan alam
Peran keluarga memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga
lansia dapat beradaptasi terhadap proses penuaan. Menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan, rekreasi dan sosial sesuai dengan kebutuhan lansia.
4. Peran keluarga dalam hubungan lansia dengan Tuhan Yang maha Esa
Meliputi agama maupun tidak agamis. Memotifasi lansia untuk melakukan
(39)
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran
keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri
Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Peran Keluarga dalam Memenuhi
Kebutuhan spiritual Lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan
Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.
Kerangka konsep penelitian ini dibuat untuk melihat peran keluarga dalam
mememenuhi kebutuhan spiritual lansia. Bagi para lansia perkembangan filosofis
agama yang lebih matang dapat membantu mereka untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima Pemenuhan kebutuhan
spiritual lansia :
• Hubungan dengan
diri sendiri
• Hubungan dengan
orang lain
• Hubungan dengan
alam
• Hubungan dengan
(40)
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid,
2000).
2. Defenisi Operasional
Ada beberapa karakteristik spiritual yang perlu diketahui. Hal ini dapat
mempengaruhi lansia dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya, untuk itu dalam
memenuhi kebutuhan ini lansia membutuhkan peran dari keluarga .
Adapun karakteristik spiritual meliputi :
1. Hubungan dengan diri sendiri
Peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia dalam
hubungan dengan diri sendiri yaitu keluarga membantu lansia memahami
kekurangan dirinya, membantu lansia memahami kesulitannya, membantu lansia
menyelesaikan masalahnya, membantu lansia menciptakan harapan baru dalam
hidupnya, membantu lansia menghadapi perubahan pada dirinya.
2. Hubungan dengan orang lain
Peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia dalam
hubungan dengan orang lain yaitu keluarga membantu lansia dalam berhubungan
dengan lansia lain, membantu lansia berhubungan dengan anak dan cucunya,
membantu lansia berhubungan dengan tetangga, membantu lansia berhubungan
dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, membantu lansia berhubungan
(41)
3. Hubungan dengan alam
Peran keluarga dalam memenuhi hubungan spiritual lansia dalam
hubungan dengan alam yaitu keluarga memfasilitasi lansia dalam memelihara
kebersihan lingkungan misalnya membuang sampah, memfasilitasi lansia dalam
memelihara kesejukan lingkungan misalnya menanam pohon, dan memfasilitasi
lansia dalam menghadapi perubahan musim.
4. Hubungan dengan Tuhan
Peran keluaraga dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia dalam
hubungan dengan Tuhan yaitu keluarga memfasilitasi lansia menjalankan ibadah,
memfasilitasi lansia mengikuti kegiatan agama, memfasilitasi lansia dalam
berdo’a dan beramal, memfasilitasi lansia dalam menjalankan ibadah berjamaah,
dan memfasilitasi lansia menjalankan ibadah di tempat-tempat ibadah misalnya
(42)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi dalam mengidentifikasi
permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2003).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang
bertujuan mengidentifikasi peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual
lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah
keluarga yang memiliki lansia dan bermukim di Desa Buluh Duri Kecamatan
Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang diperoleh dari Desa Buluh Duri
Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2011 jumlah
keluarga yang memiliki lansia adalah 313 orang.
2.2 Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang diambil untuk diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sibagariang,dkk, 2010).
(43)
� = N 1 + N (d)2
� = 313
1 + 313 (0,1)2
� = 313 1 + 3,13 � = 313
4,13 � = 75, 8 = 76
Jadi, jumlah sampel sebanyak 76 orang. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah convenience/accident sampling. Sampling ini dipilih apabila kurangnya pendekatan dan tidak memungkinkan untuk mengontrol bias
(Nursalam, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah bersedia menjadi
responden, dapat berbahasa Indonesia dengan baik, dapat membaca dan menulis,
keluarga yang tinggal dengan lansia, keluarga yang merawat lansia.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis
Kabupaten Serdang Bedagai. Lokasi ini dipilih karena memiliki jumlah lansia
yang banyak, dan hampir sebagian lansia tinggal bersama keluarganya. Penelitian
akan dilakukan setelah mendapatkan surat izin penelitian dari institusi. Sehingga
dapat mengidentifikasi peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan spiritualiti
lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama sebulan, mulai November 2012 –
(44)
4. Pertimbangan Etik
Pada penelitian ini juga dilakukan pertimbangan etik, yaitu peneliti
meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani
informed consent. Informed consent adalah lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak
bersedia maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut (Hidayat, 2007).
Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik
resiko fisik maupun psikologis, kerahasiaan catatan mengenai data responden
dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada lembar pengumpulan
data, hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi responden dijamin
oleh peneliti dan hanya data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian (Nursalam, 2003).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
kuisioner oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
terdiri dari dua bagian yaitu lembar pertama mengenai data demografi, lembar
kedua mengenai peran keluarga. Cara pengisian lembar kuesioner adalah dengan
menggunakan checklist (√) pada tempat yang tersedia.
Kuesioner mengenai data demografi meliputi: nama dengan inisial, usia,
(45)
lansia, penyakit lansia, dan lama penyakit lansia. Bagian kedua yaitu kuesioner
dalam bentuk tertutup yang berisi tentang pernyataan-pernyataan yang
mengidentifikasi bagaimana peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan
spiritualiti lansia. Kuesioner ini terdiri dari 18 pernyataan dengan pilihan jawaban
selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah yang dikembangkan peneliti dari
karakteristik spirituliti. Setiap item yang dijawab akan diberi nilai yaitu Selalu (SL) diberi nilai 4, Sering (SR) diberi nilai 3, Kadang-kadang (KK) diberi nilai 2,
tidak pernah (TP) diberi nilai 1.
P = ������� �����������
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi
dikurang nilai terendah. Rentang kelas sebesar 54 dan banyak kelas 3 yaitu baik,
cukup dan kurang sehingga diperoleh P=18. Berdasarkan nilai tersebut, jumlah
skor tertinggi yang akan didapat adalah 72 dan skor terendah adalah 18. Maka
peran keluarga keluarga dikategorikan baik jika mampu menjawab pernyataan
dengan skor 55-72, cukup 37-54, dan kurang 18-36.
Kuesioner ini terdiri dari lima pernyataan tentang peran keluarga dalam
memenuhi kebutuhan spiritualiti lansia dengan dirinya sendiri (1-5), lima
pernyataan tentang peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritualiti lansia
dengan orang lain (6-10), tiga pernyataan tentang peran keluarga dalam memenuhi
kebutuhan spiritualiti lansia dengan alam (11-13), lima pernyataan tentang peran
(46)
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen
untuk mengukur apa yang ingin diukur (Notoatmodjo, 2010). Sebuah instrumen
dikatakan valid, bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti. Instrumen dalam penelitian ini
berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan
pustaka, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas. Kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini divalidasi oleh salah satu dosen di Departemen Komunitas
yaitu ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS.
Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui kepercayaan
(reliabilitas) instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya
dalam ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable akan dapat
menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga
walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama (Arikunto,
2006). Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data, kepada responden
yang memperoleh kriteria seperti responden yang sebenarnya sebanyak 20 orang
(Arikunto, 2006). Uji reliabilitas kuesioner penelitian ini akan menggunakan
rumus Cronbach Alpha. Suatu instrumen dikatakan realibel bila nilai
realibilitasnya > 0,7 (Polite Hungler, 1999). Uji reliable dilakukan di Desa
Marjanji dengan responden sebanyak 20. Hasil uji reliabel pada penelitian ini
(47)
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis
Kabupaten Serdang Bedagai. Metode pengumpulan data yang digunakan terhadap
responden dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah
peneliti memperoleh surat izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Keperawatan
USU dan Kepala Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis. Setelah memperoleh izin
tersebut, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian dengan terlebih dahulu
meminta kesediaan responden yang memenuhi kriteria untuk mengikuti
penelitian. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti dibantu olah satu orang
asisten. Jumlah responden telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti berdasarkan
kriteria sampel yang akan diambil. Pada saat pengumpulan data peneliti
menjelaskan waktu, tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada
calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani
lembar persetujuan (informed consent). Responden yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pernyataan yang tidak
dipahami. Responden yang tidak mampu mengisi sendiri dibantu oleh peneliti
dengan cara membacakan kuesioner kemudian setelah selesai pengisian, peneliti
mengambil lembar kuesioner kemudian memeriksa kelengkapan data dan
jawaban. Apabila ada data yang kurang lengkap dapat langsung dilengkapi dan
data yang telah terkumpul dianalisa.
8. Analisa Data
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan peran keluarga dalam
(48)
Kabupaten Serdang Bedagai. Setelah semua data terkumpul maka akan dilakukan
analisa data melalui beberapa tahap, pertama editing yaitu memeriksa
kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua jawaban telah
diisi sesuai petunjuk.
Tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar kuesioner untuk mempermudah mengadakan tabulasi dan analisa data (bertujuan
untuk mengelompokkan data berdasarkan kriteria sampelnya masing-masing).
Tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari lembar kuesioner ke dalam program komputer, tahap keempat cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak, tahap kelima
tabulating yaitu menganalisa data secara deskriptif.
Tabulasi dilakukan dengan tiga tahapan yaitu memberi skor pada item-item
pernyataan yang perlu diberi skor, memberi kode terhadap item-item yang tidak perlu diberi skor dan mentabulasi data untuk memperoleh hasil dalam bentuk
angka. Penyusunan data meliputi kegiatan pengorganisasian data ke dalam master table (tabel induk) supaya mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisa. Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk distribusi
(49)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian peran keluarga dalam upaya
memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis
Kabupaten Serdang Bedagai yang telah dilaksanakan pada bulan November 2012
di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.
1. Hasil penelitian
1.1 Karakteristik responden
Responden pada penelitian ini adalah keluarga yang memiliki
lansia dan merawat lansia dan bermukim di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis
kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah responden 76 orang. Adapun
karakteristik responden yang meliputi hubungan dengan lansia, umur, pendidikan,
agama, suku, pekerjaan, penghasilan, usia lansia, penyakit lansia, dan lama
penyakit lansia.
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan, tentang karakteristik
responden yaitu status dalam keluarga adalah anak kandung lansia (63,2%).
Mayoritas berusia 30-34 tahun (27,6%). Rata-rata pendidikan terakhir responden
adalah SMA (50,0%). Adapun agama yang dianut mayoritas adalah islam
(75,0%), dan kebanyakan bersuku jawa (39,5%). Usia lansia yang dirawat
(50)
lansia adalah reumatik (28,9%), dan lama penyakit yang diderita 1-5 tahun
(36,8%). Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden keluarga dengan
anggota keluarga lansia (n=76)
Karakteristik responden Frekuensi Persentase %
Status dalam keluarga :
- Anak kandung
- Anak menantu
- Cucu
- Lainnya
Usia responden :
- 25-29 tahun
- 30-34 tahun
- 35-39 tahun
- 40-44 tahun
- 45-49 tahun
- 50-55 tahun
Pendidikan terakhir :
- Tidak sekolah
- SD
- SMP
- SMA
- Perguruan Tinggi
Agama : - Islam - Protestan - Katolik Suku : - Jawa - Batak - Melayu - Lainnya Pekerjaan :
- Tidak Bekerja
- PNS
- Pegawai swasta
- Wiraswasta 48 12 10 6 13 21 16 11 10 5 4 8 13 38 13 57 12 7 30 20 12 14 8 40 18 10 63,2 15,8 13,2 7,9 17,1 27,6 21,1 14,5 13,2 6,6 5,3 10,5 17,1 50,0 17,1 75,0 15,8 9,2 39,5 26,3 15,8 18,4 10,5 52,6 23,7 13,2
(51)
Penghasilan : - < 1juta
- 1-2 juta
- >2juta
Usia lansia :
- 60-74 tahun
- 75-90 tahun
- >90 tahun
Penyakit Lansia :
- Tidak ada
- Reumatik - Hipertensi - Mata - DM - Magh - Sesak - Jantung
Lama penyakit :
- Tidak ada
- < 1 tahun
- 1-5 tahun
- 10-20 tahun
- >20 tahun
18 42 16 33 34 9 6 22 18 9 7 7 3 4 6 18 28 18 6 27,3 55,3 21,1 43,3 44,7 11,8 7,9 28,9 23,7 11,8 9,2 9,2 3,9 5,3 7,9 23,7 36,8 23,7 7,9
1.2 Peran Keluarga Dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Spiritual Lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai
Dari hasil penelitian diperoleh data peran keluarga dalam memenuhi
kebutuhan spiritual lansia dalam hubungan dengan diri sendiri. Mayoritas
responden yaitu sebanyak 39 orang (51,3%) menyatakan selalu membantu lansia
memahami kekurangan dirinya, 42 orang (55,3%) menyatakan selalu membantu
lansia memahami kesulitannya, 40 responden (52,6%) menyatakan selalu
(52)
sering membantu lansia menciptakan harapan baru dan 43 responden (56,5%)
menyatakan sering mengahadapi perubahan dalam hidupnya.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi pernyataan dari responden
tentang peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia berkaitan hubungan dengan diri sendiri (n=76)
N O
Pernyataan TP KK SR SL
f % f % f % f %
1 Membantu lansia memahami
kekurangan dirinya
3 3,9 13 17,1 21 26,7 39 51,3
2 Membantu lansia memahami
kesulitannya
4 5,3 10 13,2 20 26,2 42 55,3
3 Membantu lansia
menyelesaikan masalahnya
1 1,3 1 1,3 34 44,7 40 52,6
4 Membantu lansia menciptakan
harapan baru
3 3,9 21 27,6 34 44,7 18 23,7
5 Membantu lansia menghadapi
perubahan dalam hidupnya
0 0 19 25,0 43 56,6 14 18,4
Dari hasil penelitian di peroleh data peran keluarga dalam memenuhi
kebutuhan spiritual lansia berkaitan dengan hubungan dengan orang lain.
Mayoritas responden yaitu sebanyak 63 responden (82,9%) menyatakan selalu
membantu lansia dalam berhubungan dengan lansia lain, 56 responden (73,7%)
menyatakan selalu membantu lansia dalam berhubungan dengan anak dan
cucunya, 46 responden (60,5%) menyatakan selalu membantu lansia berhubungan
dengan tetangga, 33 responden (43,3%) menyatakan sering membantu lansia
berhubungan dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama, dan 30 responden
(39,5%) menyatakan sering membantu lansia dalam berhubungan dengan
(53)
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi pernyataan dari responden tentang peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia berkaitan dengan hubungan dengan orang lain (n=76)
N O
Pernyataan TP KK SR SL
f % f % f % f %
1 Membantu lansia dalam
berhubungan dengan lansia lain
1 1,3 4 5,3 8 10,5 63 82,9
2 Membantu lansia dalam
berhubungan dengan anak dan cucunya
1 1,3 3 3,9 16 21,1 56 73,7
3 Membantu lansia berhubungan
dengan tetangga
2 2,6 3 3,9 25 32,9 46 60,5
4 Membantu lansia berhubungan
dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat
3 3,9 14 18,4 33 43,4 26 34,2
5 Membantu lansia berhubungan
dengan pelayanan kesehatan
2 2,6 26 34,2 30 39,5 18 23,7
Dari hasil penelitian diperoleh data peran keluarga dalam upaya memenuhi
kebutuhan spiritual lansia berkaitan hubungan dengan alam. Mayoritas responden
yaitu sebanyak 26 responden (34,2%) menyatakan kadang-kadang memfasilitasi
lansia dalam membersihkan lingkungan, 37 responden (48,7%) menyatakan
kadang-kadang memfasilitasi lansia dalam memelihara kesejukan lingkungan, dan
40 responden (52,6%) menyatakan kadang-kadang memfasilitasi lansia dalam
(54)
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentasi pernyataan tentang peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia berkaitan hubungan dengan alam (n=76)
N O
Pernyataan TP KK SR SL
f % f % f % f %
1 Memfasilitasi lansia dalam membersihkan lingkungan
7 9,2 26 34,2 22 28,9 21 27,6
2 Memfasilitasi lansia dalam memelihara kesejukan lingkungan
12 15,8 37 48,7 11 14,5 16 21,1
3 Memfasilitasi lansia dalam menghadapi perubahan musim
20 26,3 40 52,6 11 14,5 5 6,6
Dari hasil penelitian diperoleh data peran keluarga dalam upaya memenuhi
kebutuhan spiritual lansia tentang hubungan dengan Tuhan. Mayoritas 38
responden (50,0%) menyatakan selalu memfasilitasi lansia menjalankan ibadah,
41 responden (53,9%) menyatakan sering memfasilitasi lansia mengikuti kegiatan
ibadah, 35 responden (46,1%) menyatakan sering dan 35 responden menyatakan
selalu (46,1%) memfasilitasi lansia dalam berdoa dan beramal, 39 responden
(51,3%) menyatakan kadang-kadang memfasilitasi lansia dalam menjalankan
ibadah berjamaah, dan 31 responden (40,8%) menyatakan sering memfasilitasi
(55)
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase pernyataan dari responden tentang peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia tentang hubungan dengan Tuhan (n=76)
N O
Pernyataan TP KK SR SL
f % f % f % f %
1 Memfasilitasi lansia menjalankan ibadah
4 5,3 2 2,6 32 42,1 38 50,0
2 Memfasilitasi lansia mengikuti kegiatan ibadah
3 3,9 28 36,8 41 53,9 4 5,3
3 Memfasilitasi lansia dalam berdoa dan beramal
3 3,9 3 3,9 35 46,1 35 46,1
4 Memfasilitasi lansia dalam menjalankan ibadah berjamaah
9 11,8 39 51,3 14 18,4 14 18,4
5 Memfasilitasi lansia dalam menjalankan ibadah di tempat ibadah
6 7,9 30 39,5 31 40,8 9 11,8
Berdasarkan hasil penelitian pengelompokkan nilai peran keluarga dalam
memenuhi kebutuhan spiritual lansia, terlihat bahwa mayoritas dalam kategori
peran baik 39 responden (51,3%) dengan skor kuesioner 55-72, kategori peran
cukup 34 responden (44,7%) dengan skor kuesioner 37-54, dan hanya 3 responden
(3,9%) termasuk kategori peran kurang dengan skor kuesioner 18-36.
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase peran keluarga dalam
memenuhi kebutuhan spiritual lansia (n=76)
Kategori peran Rentang Skor Frekuensi Persentasi %
Baik 55-72 39 51,3
Cukup 37-54 34 44,7
(56)
2. Pembahasan
Hasil penelitian Peran keluarga Dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual
Lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai,
terlihat bahwa peran keluarga dalam peran baik 39 responden (51,3%). Peneliti
berasumsi mayoritas responden berada dalam kategori peran baik, karena
mayoritas lansia tinggal bersama anak kandungnya (63,2%) dalam hal ini lansia
lebih banyak tinggal bersama keluarga sendiri karena merasa aman. Pengaturan
hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam mendukung
kesejahteraan lansia. Perpindahan tempat tinggal bagi lansia merupakan suatu
pengalaman traumatis, karena pindah tempat tinggal berarti akan merubah
kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan lansia di lingkungan tempat
tinggalnya (Maryam, 2008). Serta keluarga dan teman dekat dapat memberikan
bantuan dan dukungan emosional bagi lansia untuk melawan penyakit (Puchalski,
2004).
Pada lansia akan timbul penurunan fungsi tubuh sehingga akan timbul
masalah-masalah fisik pada lansia. Penyakit yang diderita lansia di Desa Buluh
Duri kebanyakan adalah reumatik (28,9%). Dan lama menderita penyakit 1-5
tahun (36,8%). Dari tugas keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1998)
disebutkan keluarga bertugas mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan
tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan kepada anggota keluarga yang
sakit, memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, dan
(57)
lansia karena mengetahui penyakit yang diderita lansia dan lama penyakit yang
telah diderita.
Secara umum ada beberapa penyesuaian-penyesuaian yang dihadapi para
lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwanya. Penelitian yang diperoleh
dari kebutuhan spiritual tentang hubungan dengan diri sendiri pada lansia
berdasarkan pernyataan keluarga selalu membantu lansia memahami kekurangan
dirinya (51,3%) dan keluaraga selalu membantu lansia memahami kesulitannya
(55,3%). Terlihat peran keluarga terhadap lansia baik karena keluarga menyadari
perannya dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia dalam hubungan dengan diri
sendiri. Keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana
individu mempunyai pandangan, pengalaman terhadap dunia yang diwarnai oleh
pengalaman dengan keluarganya (Taylor, Lilis & LeMone, 1997). Ketika
seseorang memasuki masa lansia, banyak penyesuaian-penyesuaian yang harus
dihadapi sebagai masalah dalam diri lansia itu sendiri seperti masalah kesehatan,
ekonomi, perubahan dalam keluarga dan kehilanagn pasangan. Sesuai dengan
fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman (1998) berdasarkan fungsi afektif
keluarga yaitu keberhasilan fungsi afektif ini tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Setiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif, perasaan memiliki, perasaan yang berarti dan
merupakan sumber kasih sayang. Yang dapat dilihat pada pernyataan keluarga
sering membantu lansia menciptakan harapan-harapan baru dalam hidupnya
(58)
Pada hasil penelitian peran keluarga dalam memenuhi kebututhan spiritual
lansia tentang hubungan dengan orang lain yaitu berdasarkan pernyataan keluarga
selalu membantu lansia dalam berhubungan dengan lansia lain (82,8%) dan
pernyataan keluarga selalu membantu lansia dalam berhubungan dengan anak dan
cucunya (73,7%). Dalam hal ini lansia akan merasa nyaman bila berada dengan
teman sebaya. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan
dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit (Puchalski, 2004). Keluarga
memperhatikan kebutuhan spiritual lansia dengan baik. Terlihat dari pernyataan
keluarga yang selalu membantu lansia dalam berhubungan dengan tetangga
(60,5%), dikarenakan lansia yang mengalami penurunan fungsi tubuh sering
mengalami keterasingan dilingkungan sekitar tempat tinggalnya (Hurlock, 1999).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya tentang kebutuhan sosial lansia dalam
berhubungan dengan masyarakat sekitar, oleh sativa (2010) menunjukkan bahwa
lansia masih sangat membutuhkan hubungan interpersonal dengan tetangga
disekitar rumah sebagai upaya menjaga suasana hati lansia terkait rasa kesepian.
Serta pernyataan keluarga sering membantu lansia dalam berhubungan dengan
pelayanan kesehatan, sesuai dengan tugas kesehatan keluarga menurut Bailon dan
Maglaya (1998) yaitu merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan
masyarakat.
Peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual tentang hubungan
dengan alam pada lansia yang berdasarkan pernyataan keluarga kadang-kadang
memfasilitasi lansia membersihkan lingkungan (34,2%) dan keluarga
(59)
Sesuai dengan pernyataan tugas kesehatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya
(1998) tentang tugas kesehatan keluarga memodifikasi lingkungan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat. Lingkungan rumah yang nyaman akan
meningkatkan status kesehatan penghuninya. Keluarga memperhatikan kebutuhan
spiritual lansia dengan baik, terlihat dari penrnyataan keluarga kadang-kadang
memfasilitasi lansia dalam menghadapi perubahan musim dimana kondisi tubuh
lansia yang menurun mengakibatkan lansia rentan dalam menghadapi perubahan
musim.
Peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan spiritual tentang hubungan
dengan Tuhan pada lansia yang berdasarkan pernyataan keluarga kadang-kadang
memfasilitasi lansia dalam menjalankan ibdah berjamaah (51,3%) dan pernyataan
keluarga sering memfasilitasi lansia mengikuti kegiatan ibadah (53,9%) sebab
kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan nilai-nilai agama yang
diyakini oleh generasi muda (Hamid, 2000). Hal ini menyatakan keluarga
berperan baik dalam memenuhi kebutuhan spiritual tentang hubungan dengan
Tuhan. Dalam peran keluarga menurut Mubarak (2006), yaitu memotifasi dan
memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual lansia dengan demikian
dapat meningkatkan ketaqwaan lansia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari
pernyataan keluarga selalu memfasilitasi lansia dalam berdo’a dan beramal
(46,1%). Hal ini menunjukkan keluarga membantu lansia untuk melewati hari-hari
tuanya dan membantu lansia mendekatkan diri dengan tuhan agar dapat menerima
(60)
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat hubungan interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan kondisi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari harapan dan pola prilaku dari
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Dan berdasarkan hasil penelitian didapatkan
keluarga berperan baik (51,3%) dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia.
Didukung oleh data demografi bahwa lansia sebagian besar tinggal bersama anak
kandungnya (63,2%) sebab keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia
pertama dimana seseorang mempunyai pandangan, pengalaman terhadap dunia
dan diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya (Tailor, Lilis & LeMone,
(61)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilaksanakan pada bulan
November 2012 di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang
Bedagai dan setelah membahas secara teoritis serta dilakukan pengujian hasil riset
tentang Peran Keluarga Dalam Upaya Memenuhi Kebutuhan Spiritual Lansia di
desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil
penelitian ini memperlihatkan bahwa mayoritas keluarga memiliki peran yang
baik yaitu sebanyak 39 responden 51,3%, selebihnya peran cukup 34 responden
(44,7%) dan yang memiliki peran kurang 3 responden (3,9%). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki peran yang baik dalam
memenuhi kebutuhan spiritual lansia. Meskipun ada beberapa responden yang
perannya masih kurang. Adapun sebagian keluarga yang masih belum mengerti
tentang kebutuhan spiritual lansia mungkin dikarenakan lansia tidak tinggal
dengan keluarga dan keluarga tidak mengetahui penyakit dan lama penyakit yang
diderita lansia yang dirawatnya.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan
beberapa saran guna perbaikan dan pemanfaatan penelitian mengenai peran
(62)
2.1 Pendidikan Keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan diharapkan untuk menggali lebih dalam lagi
pengetahuan tentang keperawatan komunitas mengenai peran keluarga dalam
memenuhi kebutuhan spiritual lansia. Sehingga perawat-perawat dapat
menjelaskan pentingnya merawat lansia di lingkungan keluarga.
2.2 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini sebaiknya dapat digunakan sebagai acuan bagi perawat
komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai peran keluarga
dalam merawat lansia yang baik. Sehingga dapat meningkatkan kwalitas hidup
lansia.
2.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan dasar bagi penelitian
selanjutnya terkait dengan peran keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan
spiritual lansia. Penelitian lanjutan juga perlu dilakukan tentang peran keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan spiritual lansia dalam hubungan dengan alam.
Penelitian lanjutan terkait dengan peran keluarga dalam upaya memenuhi
kebutuhan spiritual lansia sebaiknya dilakukan dengan lansia sebagai responden
agar hasil peran keluarga benar tanpa ada yang direkayasa dan jumlah sampel
yang lebih representatif dan lokasi yang berbeda.
2.4 Keluarga
Keluarga di desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang
(63)
sehingga kwalitas hidup lansia semakin tinggi, dan demi terciptanya masyarakat
(64)
DAFTAR PUSTAKA
Arya, U. (2009). Psikologi Pada Lansia. Diambil pada tanggal 16 mei 2012 dari : http://ilmupsikologi.wordpress.com
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Edisi Revisi IV. Cetakan 3. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: Rineka Cipta.
Astaria, S. (2009). Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Lanjut Usia di
Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan Medan Helvetia. Medan: USU e-Repository
Bensing, K. (2000). Spiritulity in Nursing. Diambil pada tanggal 16 mei 2012 dari : http://www.clininfo.health.nsw.gov.au
Berger, J.K. & Williams, M.B (1992). Fundamentals of nursing collaborating for optimal Health. Connecticut: Appleton & Lange.
Carm, H.B. & Carm, J.H. (2000). Spiritual Persaudaraan. Diambil pada tanggal 11 maret 2012 dari : http://www.brothers-fic.org
Darmodjo, (2002). Pertambahan Jumlah Lansia Indonesia Terpesat di Dunia. Diambil pada tanggal 12 april 2012 dari : http://www2.kompas.com
Depsos. (2007). Konsekuensi peningkatan populasi lansia dari tahun ke tahun.
Diambil pada tanggal 5 mei 2012 dari: http://www.depsos.go.id
Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Fowler & Keen. (1985). Kepercayaan yang bersifat Universal. Diakses pada
tanggal 8 mei 2012 dari; http://www.natn.org.uk
Hamid, A. Y. (2000). Buku Ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan. Jakarta: Hart,J.A. (2002).Spirituality and Palliative Care. Diakses pada tanggal 16 april 2012 dari:
Hidayat. T. (2004). Kesehatan Jiwa Lanjut Usia. Diakses pada tanggal 8 mei 2012 dari: http://pikiran-rakyat.com
Hurlock, E. B (1999). Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
(1)
PERTANYAAN 2
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 4 5.3 5.3 5.3
2 10 13.2 13.2 18.4
3 20 26.3 26.3 44.7
4 42 55.3 55.3 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 3
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 1 1.3 1.3 1.3
2 1 1.3 1.3 2.6
3 34 44.7 44.7 47.4
4 40 52.6 52.6 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 4
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 3 3.9 3.9 3.9
2 21 27.6 27.6 31.6
3 34 44.7 44.7 76.3
4 18 23.7 23.7 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 5
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid 2 19 25.0 25.0 25.0
3 43 56.6 56.6 81.6
4 14 18.4 18.4 100.0
(2)
PERTANYAAN 6
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 1 1.3 1.3 1.3
2 4 5.3 5.3 6.6
3 8 10.5 10.5 17.1
4 63 82.9 82.9 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 7
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 1 1.3 1.3 1.3
2 3 3.9 3.9 5.3
3 16 21.1 21.1 26.3
4 56 73.7 73.7 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 8
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 2 2.6 2.6 2.6
2 3 3.9 3.9 6.6
3 25 32.9 32.9 39.5
4 46 60.5 60.5 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 9
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 3 3.9 3.9 3.9
2 14 18.4 18.4 22.4
3 33 43.4 43.4 65.8
4 26 34.2 34.2 100.0
(3)
PERTANYAAN 10
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 2 2.6 2.6 2.6
2 26 34.2 34.2 36.8
3 30 39.5 39.5 76.3
4 18 23.7 23.7 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 11
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 7 9.2 9.2 9.2
2 26 34.2 34.2 43.4
3 22 28.9 28.9 72.4
4 21 27.6 27.6 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 12
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid 1 12 15.8 15.8 15.8
2 37 48.7 48.7 64.5
3 11 14.5 14.5 78.9
4 16 21.1 21.1 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 13
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid 1 20 26.3 26.3 26.3
2 40 52.6 52.6 78.9
3 11 14.5 14.5 93.4
4 5 6.6 6.6 100.0
(4)
PERTANYAAN 14
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 4 5.3 5.3 5.3
2 2 2.6 2.6 7.9
3 32 42.1 42.1 50.0
4 38 50.0 50.0 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 15
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 3 3.9 3.9 3.9
2 28 36.8 36.8 40.8
3 41 53.9 53.9 94.7
4 4 5.3 5.3 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 16
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 3 3.9 3.9 3.9
2 3 3.9 3.9 7.9
3 35 46.1 46.1 53.9
4 35 46.1 46.1 100.0
Total 76 100.0 100.0 PERTANYAAN 17
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent Valid 1 9 11.8 11.8 11.8
2 39 51.3 51.3 63.2
3 14 18.4 18.4 81.6
4 14 18.4 18.4 100.0
(5)
PERTANYAAN 18
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 6 7.9 7.9 7.9
2 30 39.5 39.5 47.4
3 31 40.8 40.8 88.2
4 9 11.8 11.8 100.0
(6)
Lampiran 10
Daftar Riwayat Hidup I. Identitas
Nama : Fitri Yuningsih Nim : 111121063
Tempat/Tgl Lahir : Gunung Pamela, 08 Mei 1990 Agama : Islam
Alamat : Jl. Jamin Ginting Gang Cipta No. 19 Padang Bulan Medan
II. Nama Orang Tua
Ayah : Sahar Ibu : Siti Rohani
III. Riwayat Pendidikan
SDN 105449 Gunung Pamela (1996 – 2002) SMPN I Tebing Tinggi (2002 – 2005) SMAN I Tebing Tinggi (2005 – 2008) D-III Keperawatan USU Medan (2008 – 2011) Ekstensi Keperawatan USU Medan (2011 – sekarang)