ibadahnya dengan Tuhan sebagai aktualisasi diri lansia di masa tuanya. Lansia yang seharusnya dianggap sesepuh yang harus dihargai, dihormati dan diminta
nasehat atau do’a restu tidak ditemukan. Selain itu tidak ada dijumpai penelitian tentang peran keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa
Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi peran keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan
Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “bagaimana peran keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan
Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai”.
4. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian mengenai peran keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten
Serdang Bedagai antara lain: a. Pendidikan keperawatan
Sebagai informasi dan meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa dan jajaran akademis pengajar mengenai peran keluarga dalam upaya memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.
b. Praktek keperawatan Hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran keperawatan
komunitas, khususnya keperawatan gerontik tentang pemenuhan kebutuhan spiritual pada lansia, sehingga fakta ini dapat dikembangkan dalam praktek belajar
lapangan keperawatan komunitas. c. Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi lahan penelitian tentang berbagai kebutuhan spiritual pada lansia sehingga para perawat
dalam memberikan intervensinya tidak mengenyampingkan kebutuhan spiritual ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Spiritual
1.1. Defenisi Spiritual
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan
dasar tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan
spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, suka cita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahan hati serta memiliki tujuan
hidup yang jelas Prijosaksono, 2003. Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta Hamid, 2000. Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat
diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang.
Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya do’a, mengenal dan mengakui Tuhan Nelson, 2002.
Menurut Mickley et al 1992 menguraikan spiritual sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial
berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus
Universitas Sumatera Utara
pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang
Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang lain dan lingkungan. Terdapat
hubungan terus-menerus antara dua dimensi tersebut Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995.
Beberapa istilah yang membantu dalam pemahaman tentang spiritual adalah kesehatan spiritual adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri
dengan orang lain, alam, dan lingkungan yang tertinggi. Ketidakseimbangan spiritual Spirituality Disequilibrium adalah sebuah kekacauan jiwa yang terjadi
ketika kepercayaan yang dipegang teguh tergoncang hebat. Kekacauan ini seringkali muncul ketika penyakit yang mengancam hidup berhasil didiagnosis
Taylor, 2002. Pada tahun 1973, National Conference On Classification Of Nursing
Diagnosis Of The North American Nursing Diagnosis Asosiation NANDA mengatakan area spiritual adalah dukungan spiritual, yang dicirikan dengan
kekuatan spiritual. Faktor yang turut berperan dan batasan karakteristik berasal dari perspektif kesehatan spiritual. Beberapa faktor penunjang mencakup identitas
spiritual yang tegas, pemeliharaan, sistem keyakinan walau dalam kesengsaraan, empati terhadap nilai-nilai dan keyakinan orang lain, rasa pemenuhan spiritual,
kemampuan menghadapi tantangan untuk melakukan ritual keagamaan, sistem keyakinan yang dapat disesuaikan dan makna hidup, penderitaan dan kematian
Stanley, 2006.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Karakteristik Spiritual
Terdapat beberapa karakteristik spiritual yang meliputi : a. Hubungan dengan diri sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang
menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri. Kekuatan yang
timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif,
kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995.
Kepercayaan Faith. Menurut Fowler dan keen 1985 kepercayaan bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran
yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan
atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan
wawasan yang lebih luas. Harapan Hope. Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam
hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat
Universitas Sumatera Utara
penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit.
Makna atau arti dalam hidup Meaning of live. Perasaan mengetahui
makna hidup, yang kadang diidentikkan dengan perasaan dekat dengan Tuhan, merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan
tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain Puchalski, 2004.
b. Hubungan dengan orang lain Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan
dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orangtua dan orang
yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan
ketidakharmonisan dan friksi, serta keterbatasan asosiasi Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995.
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan
kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya. Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres,
maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial Carm Carm, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Maaf dan pengampunan forgiveness. Menyadari kemampuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah, mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang
menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang individu dapat
meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai Puchalski,
2004.
Cinta kasih dan dukungan sosial Love and social support. Keinginan
untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat
memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang
kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung.
c. Hubungan dengan alam Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang
meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut Kozier, Erb, Blais
Wilkinson, 1995.
Rekreasi Joy. Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam
menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih.
Universitas Sumatera Utara
Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal
yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik, olahraga dan lain-lain Puchalski, 2004.
Kedamaian Peace. Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan
kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan Hamid, 2000.
d. Hubungan dengan Tuhan Meliputi agama maupun tidak agamis. Keadaan ini menyangkut
sembahyang dan berdo’a, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah, perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan alam Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995.
Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritual apabila mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di
duniakehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis,
membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia
yang positif Hamid, 2000.
1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritual
Menurut Hamid 2000, faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Tahap perkembangan Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus
memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti
bahwa spiritual tidak memiliki makna bagi seseorang. b. Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual individu.
Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama, tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku
keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimana individu mempunyai pandangan, pengalaman terhadap dunia
yang diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya Taylor, Lillis LeMone, 1997.
c. Latar belakang etnik dan budaya Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial
budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai
moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.
d. Pengalaman hidup sebelumnya Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi
spiritual seseorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut Taylor, Lilis Lemon, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Peristiwa dalam kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji keimanannya.
e. Krisis dan perubahan Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalam spiritual seseorang.
Krisis sering dialami ketika seseorang menghadi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien dengan
penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat
fiskal dan emosional. f. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.
Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan
keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan Hamid, 2000.
g. Isu moral terkait dengan terapi Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara
Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan Hamid, 2000.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Perkembangan Spiritual pada Lansia
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk
mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain pasangan,
saudara, sahabat menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orangtua untuk
menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau
dihindarkan Hamid, 2000.
2. Lanjut Usia 2.1. Pengertian Lanjut Usia
Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas. Sementara itu WHO mengatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun Nugroho, 2008 dan
mengidentikasikan lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental Watson, 2003.
2.2. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur.
Universitas Sumatera Utara
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi : 1. Usia pertengahan middle age adalah kelompok usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia elderly adalah usia antara 60-74 tahun 3. Lanjut usia tua old adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua very old adalah usia diatas 90 tahun. b. Departemen kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut :
1. Kelompok menjelang usia lanjut 45-54 tahun sebagai masa vibrilitas 2. Kelompok lanjut usia 55-64 tahun sebagai masa peresenium
3. Kelompok usia lanjut kurang dari 65 tahun sebagai masa senium Jika dilihat dari pembagian umur dari tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang-orang yang telah berumur 65 tahun keatas. Saat ini berlaku UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas” Nugroho, 2008.
2.4. Teori-Teori Proses Menua
a. Teori Genetic Clock Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti sel nya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu Nugroho, 2008.
Universitas Sumatera Utara
b. Mutasi Somatik Teori Error Catastrophe. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-
faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa
radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari radiasi dan zat kimia yang bersifat toksik dapat memperpanjang umur Nugroho, 2008.
c. Teori menua akibat metabolisme Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut, antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme Darmodjo, 2002.
2.5. Penyesuaian- Penyesuaian pada Lanjut Usia
Beberapa penyesuaian yang dihadapi para lanjut usia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwanya diantaranya :
a. Penyesuaian terhadap masalah kesehatan Setelah orang memasuki lanjut usia umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, kulit makin keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan lain-lain Kuntjoro,
2002. Adapun perubahan fisik yang dialami meliputi seluruh sistem tubuh yakni sistem pendengaran, penglihatan, persarafan, dan sistem tubuh lainya Nugroho,
2008.
Universitas Sumatera Utara
b. Penyesuaian pekerjan dan masa pensiun Sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama usia lanjut
karena sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang mereka lakukan tetapi juga sikapnya terhadap masa pensiun yang akan datang Hurlock, 1999.
c. Penyesuaian terhadap berbagai perubahan dalam keluarga Penyesuaian yang dihadapi lanjut usia diantaranya hubungan dengan
pasangan, perubahan perilaku, seksual dan sikap sosialnya, dan status ekonomi. Khususnya aspek sosial pada lanjut usia yang pada umumnya mengalami
penurunan fungsi tubuh sering menimbulkan keterasingan Hurlock, 1999. d. Penyesuaian terhadap hilangnya pasangan dan orang yang dicintai
Penyesuaian utama yang harus dilakukan oleh lanjut usia adalah penyesuaian yang dilakukan karena kehilangan pasangan hidup. Kehilangan
tersebut dapat disebabkan oleh kematian atau penceraian Hurlock, 1999. Kondisi ini mengakibatkan gangguan emosional dimana lanjut usia akan merasa sedih
akibat kehilangan orang yang dicintainya Hidayat, 2004.
3. Keluarga 3.1. Pengertian keluarga
Menurut Ferry Effendi 2009 yang dikutip dari Duval dan Logan. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap
anggota keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Depkes RI, 1998. Menurut Ferry Effendi 2009 yang dikutip dari Salvicion G Bailon dan
Aracelis Maglaya. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.
3.2. Tipe keluarga
Menurut konteks keilmuan dan pengelompokan orang, terdiri dari : 1. Traditional nuclear. Keluarga inti ayah, ibu, dan anak tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2. Reconstituted nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu dari perkawinan lama maupun hasil perkawinan yang baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3. Middle age atau aging couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah, atau keduanya bekerja di luar rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sudah sekolah, perkawinan, atau meniti karir. 4. Dyadic nuclear. Pasangan suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
Universitas Sumatera Utara
5. Single parent. Keluarga dengan satu orangtua sebagai akibat perceraian atau akibat kematian pasangannya, anak-anaknya dapat tinggal di dalam rumah
atau di luar rumah. 6. Commuter married. Pasangan suami istri atau keduanya sama-sama bekerja
dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu- waktu tertentu.
7. Single adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
8. Three generation. Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah. 9. Institusional. Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.
10. Communal. Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan sama-sama berbagi fasilitas.
11. Group marriage. Satu rumah terdiri dari orangtua dan satu kesatuan keluarga. 12. Unmarried parent and child. Ibu dan anak pernikahannya tidak dikehendaki
dan kemudian anaknya diadopsi. 13. Cohabitating couple. Dua orangtua atau satu pasangan yang bersama tanpa
menikah. 14. Extended family. Nuclear family dan anggota keluaraga yang lain tinggal
dalam satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga Effendi, 2009.
3.3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman 1998 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Fungsi Afektif Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi apektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi apektif tampak pada kebahagiaan
dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Setiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan memiliki, perasaan yang berarti,
dan merupakan sumber kasih sayang. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan berhubungan dalam keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan
kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Keluarga merupakan tempat individu untuk bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan anggota keluarga yang ditujukan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar tentang disiplin,
norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
3. Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol. Disisi lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau di
luar ikatan perkawinan sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orangtua.
Universitas Sumatera Utara
4. Fungsi Ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah, dan lain-lain.
5. Fungsi pemeliharaan kesehatan Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap
memiliki produktifitas yang tinggi, kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan keluarga. Untuk
menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian,
tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, dan keluarga mampu memberikan
asuhan keperawatan yang mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Pengetahuan keluarga juga tentang sehat-sakit juga mempengaruhi perilaku
keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Fungsi religius tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan
anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan yang lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini Effendi, 2009.
3.4. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya 1998 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Mengenal masalah kesehatan Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana kesehatan habis.
Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orangtua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya,
perubahan yang akan terjadi, dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, faktor penyebab dan yang mempengaruhi, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, keluarga
merasakan adanya masalah kesehatan, dan membawa anggota keluarga yang sakit ke rumah sakit terdekat atau pos pelayanan kesehatan terdekat.
3. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal antara lain keadaaan penyakit sifat, penyebaran, komplikasi dan perawatannya, sifat dan perkembangan perawatan
yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga anggota keluarga yang bertanggung
Universitas Sumatera Utara
jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik, psikososial, dan sikap keluarga terhadap penyakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, keluarga harus memperhatikan hal-hal antara lain sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya
hygiene dan sanitasi, upaya pencegahan penyakit, sikap dan pandangan keluarga terhadap hygiene dan sanitasi, dan kekompakan antar anggota keluarga.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal yang terkait antara lain keberadaan fasilitas keluarga, keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat
kepercayaan petugas dan fasilitas kesehatan, pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan, dan fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
anggota keluarga Effendi, 2009.
3.5. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia
Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangannya. Keluarga diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan biologis, imperatif saling menguatkan, budaya dan aspirasi, serta nilai-nilai keluarga. Menurut Carter dan Mc Goldrick 1988, tugas
perkembangan keluarga dengan lansia adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting
dalam mendukung kesejahteraan lansia. Perpindahan tempat tinggal bagi lansia merupakan suatu pengalaman traumatis, karena pindah tempat tinggal berarti akan
mengubah kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh lansia di lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, dengan pindah tempat tinggal berarti
lansia akan kehilangan teman dan tetangga yang selama ini berinteraksi serta telah memberikan rasa aman pada lansia.
2. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun Ketika lansia memasuki pensiun, maka terjadi penurunan pendapatan
secara tajam dan semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara tabunganpendapatan berkurang. Dengan sering munculnya masalah
kesehatan, pengeluaran untuk biaya kesehatan merupakan masalah fungsional yang utama. Adanya harapan hidup yang meningkat memungkinkan lansia untuk
dapat hidup lebih lama dengan masalah kesehatan yang ada. 3. Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi lebih penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang
berlangsung dari pasangan lansia. Salah satu mitos tentang lansia adalah dorongan seks dan aktivitas sosialnya yang tidak ada lagi. Mitos ini tidak benar, karena
menurut hasil penelitian memperlihatkan keadaan yang sebaliknya. Salah satu penyebab yang dapat menurunkan aktivitas seksual adalah masalah psikologis.
Universitas Sumatera Utara
4. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan Tugas perkembangan ini secara umum merupakan tugas perkembangan
yang paling traumatis. Lansia biasanya telah menyadari bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa
pasangan yang ditinggalkan akan menemukan penyesuaian kematian dengan mudah. Hilangnya pasangan menuntut reorganisasi fungsi keluarga secara total,
karena kehilangan pasangan akan mengurangi sumber-sumber emosional dan ekonomi serta diperlukan penyesuaian untuk menghadapi perubahan tersebut
Maryam, 2008.
3.6. Peran keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem Kozier, Barbara,
1995. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat hubungan interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan kondisi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Peran keluarga terhadap lansia adalah:
1. Sistem keluarga besar yaitu: a. Lansia adalah sesepuh yang harus dihargai, dihormati dan diminta nasehat
atau do’a restu b. Usaha menyediakan fasilitas-fasilitas kebutuhan harian
2. Sikap Keluarga dan Masyarakat Terhadap Lansia yaitu: a. Adanya kecenderungan berpersepsi negatif
Universitas Sumatera Utara
b. Diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan peristiwa alamiah dimana tiap-tiap individu akan mengalaminya
3. Membangun kebutuhan untuk dicintai, aktualisasi dari lanjut usia 4. Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis
saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia Mubarak, 2006.
3.7. Peran keluarga dalam perawatan lansia
Keluarga merupakan supportsystem utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status
mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia Maryam, 2008.
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh anggota keluarga dalam melaksanakan peranannya terhadap lansia, yaitu : 1. Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang lanjut usia, tetap
dalam keadaan optimal dan produktif 2. Mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia
3. Mengantisipasi adanya perubahan sosial dan ekonomi pada lansia 4. Memotifasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual,
dengan demikian dapat meningkatkan ketakwaan lansia kepada Tuhan Yang Maha Esa Mubarak, 2006.
3.8. Peran keluarga dalam kebutuhan spiritualiti lansia
Universitas Sumatera Utara
1. Peran keluarga dalam hubungan dengan diri lansia sendiri Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada masa ini akan membuat lansia
mampu merumuskan arti personal yang positip tentang tujuan keberadaannya di dunia mengembangkan arti penderitaan dan meyakini suatu hikmah dari suatu
kejadianpenderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Peran keluarga membantu mengenal
masalah kesehatan lansia. Mendukung lansia untuk selalu optimis dalam menghadapi masa depan Hamid, 2000.
2. Peran keluarga dalam hubungan lansia dengan orang lain Lansia juga akan mampu membina integritas personal dan merasa dirinya
berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan, serta mampu mengembangkan hubungan antar manusia yang positif. Peran keluarga
dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia dan merawat anggota keluarga yaitu lansia.
3. Peran keluarga dalam hubungan lansia dengan alam Peran keluarga memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga
lansia dapat beradaptasi terhadap proses penuaan. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, rekreasi dan sosial sesuai dengan kebutuhan lansia.
4. Peran keluarga dalam hubungan lansia dengan Tuhan Yang maha Esa Meliputi agama maupun tidak agamis. Memotifasi lansia untuk melakukan
ibadah. Memfasilitasi lansia dalm menjalankan ibadah Mubarak, 2006.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam upaya memenuhi kebutuhan spiritual lansia di Desa Buluh Duri
Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Peran Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan spiritual Lansia di Desa Buluh Duri Kecamatan
Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai. Kerangka konsep penelitian ini dibuat untuk melihat peran keluarga dalam
mememenuhi kebutuhan spiritual lansia. Bagi para lansia perkembangan filosofis agama yang lebih matang dapat membantu mereka untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima Pemenuhan kebutuhan
spiritual lansia : • Hubungan dengan
diri sendiri • Hubungan dengan
orang lain • Hubungan dengan
alam • Hubungan dengan
Peran keluarga
Universitas Sumatera Utara
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan Hamid, 2000.
2. Defenisi Operasional