Pokok Permasalahan Keaslian Penelitian Tinjauan Kepustakaan

untuk menegakkan pesan konstitusi yaitu memberantas korupsi. 22 Oleh karena itu, semuanya dikembalikan pada landasan sosiologis, yuridis dan filosofis undang-undang korupsi dan KPK itu sendiri yang berusaha mewujudkan clean government dan tegaknya keadilan bagi mereka yang melakukan perbuatan menyimpang. 23 Dengan adanya Pasal 40 Undang-Undang No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diharapkan dapat memberikan kepastian hukum bagi penegakan hukum di Indonesia sehingga dapat mendukung pemberantasan korupsi di Indonesia. Maka berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas, Penulis bermaksud menulis skripsi dengan judul ”ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN PENYIDIK MENGELUARKAN SURAT PERINTAH PENGHENTIAN PENYIDIKAN SP3 PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI STUDI KASUS JUDICIAL REVIEW PASAL 40 UNDANG-UNDANG NO.30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI”

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka disusun pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu: 22 Hukum Online, “UU KPK Terus Dipermasalahkan ke Mahkamah Konstitusi” http:www.hukumonline.comdetailasp?id=15267cl=Berita, diakses pada Jumat,27 Agustus 2010, pukul 21:45:09 WIB. 23 Ibid. Universitas Sumatera Utara 1. Bagaimana kewenangan Penyidik mengeluarkan SP3 pada perkara tindak pidana korupsi ? 2. Apakah latar belakang penetapan Pasal 40 Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang KPK ? 3. Bagaimana penerapan Pasal 40 Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi KPK terhadap penanganan perkara tindak pidana korupsi ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan yang hendak dicapai di dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui kewenangan penyidik dalam mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan SP3 pada perkara tindak pidana korupsi. 2. Untuk mengetahui apa yang menjadi latar belakang dalam penetapan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. 3. Untuk mengetahui penerapan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK terhadap penanganan perkara tindak pidana korupsi. Universitas Sumatera Utara C.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini terbagi atas dua yaitu secara teoritis dan secara praktis, yaitu :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi, kontribusi pemikiran dan menambah pengetahuan pembaca dalam bidang pengetahuan ilmu hukum pidana pada umumnya dan tentang kewenangan penyidik dalam mengeluarkan SP3 pada tindak pidana korupsi khususnya. Sehingga skripsi ini dapat memperkaya perbendaharaan dan menjadi kajian ilmiah bagi para para mahasiswa hukum maupun praktisi hukum dalam perkembangan hukum di Indonesia.

2. Secara Praktis

a. Sebagai pedoman dan masukan bagi Penyidik dalam kewenangannya mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan SP3 terhadap penanganan perkara tindak pidana korupsi dan dengan adanya Pasal 40 Undang-Undang No.30 Tahun 2002 tentang KPK diharapkan dapat memberikan kepastian hukum bagi penegakan hukum di Indonesia sehingga dapat mendukung pemberantasan korupsi di Indonesia. b. Sebagai informasi bagi masyarakat terhadap akibat dan keberlakuan Pasal 40 Undang-Undang No. 30 tahun 2002 tentang KPK terhadap penanganan perkara tindak pidana korupsi. Universitas Sumatera Utara

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penulusuran studi literature dan bahan-bahan kepustakaan lainnya, belum terdapat judul yang sama dengan skripsi yang diangkat pada judul skripsi ini. Judul – judul yang ada tentang korupsi tidak ada yang menyentuh materi pokok dalam bahasan skripsi yaitu tentang “Analisis Yuridis Terhadap Kewenangan Penyidik Mengeluarkan Surat Penghentian Penyidikan Tinjauan Pasal 40 Undang-Undang No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi” oleh sebab itu judul pada skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan-aturan ilmiah. Bila ternyata terdapat judul dan penambahan yang sama dengan skripsi ini sebelum skripsi ini dibuat, maka Penulis bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Pada penelitian ini dalam membahas permasalahannya akan diberikan batasan-batasan pengertian atau istilah. Pembatasan tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya multi tafsir maupun kerancuan definisi dan diharapkan akan dapat membantu dalam menjawab pokok permasalahan usulan penelitian ini. Beberapa pembatasan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penyelidikan Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai Universitas Sumatera Utara tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang. 24 2. Penyidikan Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 25 3. Penyidik Penyidik adalah pejabat polisi negara republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi kewenangan khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan. 26 Menurut penjelasan Undang-Undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, Kejaksaan berwenang melakukan penyidikan pada tindak pidana tertentu, seperti tindak pidana terhadap Hak Asasi Manusia dan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu berdasarkan pasal 6 Undang-Undang No. 30 tahun 2002 tentang KPK dinyatakan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan penyidik dalam perkara tindak pidana korupsi. Jadi dalam penelitian ini, penyidik adalah POLRI, Kejaksaan, dan KPK. 24 Indonesia, a, Op. cit., pasal 1 angka 5 25 Ibid., pasal 1 angka 2 26 Ibid., pasal 1 angka 1 Universitas Sumatera Utara 4. Tindak Pidana Korupsi. Tindak pidana korupsi adalah tindak pidana korupsi yang sebagaimana dimaksudkan Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan tindak Pidana Korupsi, Bab II tentang Tindak Pidana Korupsi, pasal 2-pasal 20 jo. Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 27 5. Penghentian Penyidikan Meskipun KUHAP tidak merumuskan apa yang dimaksud dengan penghentian penyidikan, namun dapat dirumuskan bahwa penghentian penyidikan merupkan tindakan penyidik menghentikan penyidikan dengan berdasar pada alasan-alasan sebagai berikut : 28 1 Tidak terdapat cukup bukti 2 Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan tindak pidana 3 Penyidikan dihentikan demi hukum 6. Surat Perintah Penghentian Penyidikan SP3 Surat Perintah Penghentian penyidikan adalah surat perintah yang dikeluarkan oleh Penyidik sebagai bukti telah dihentikannya penyidikan suatu tindak pidana. 7. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi KPK 27 Lilik Mulyadi, Op. cit., hal. 79. 28 Indonesia a, Op. cit., pasal 109 ayat 2. Universitas Sumatera Utara KPK adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang No. 30 tahun 2002 tentang KPK yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun sehingga pembentukan komisi itu bertujaun meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. 29 8. Extra Ordinary Crime Istilah extra ordinary crime berarti kejahatan luar biasa yang memerlukan penanganan yang laur biasa pula. Istilah ini muncul untuk menggambarkan kejahatan terhadap hak asasi manusia, seperti genosida. Karena tindak pidana korupsi di Indonesia sudah begitu meluas dalam masyarakat, perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi, kerugian keuangan negara, dan kualitas tindak pidananya, maka tindak pidana korupsi dapat diigolongkan sebagai extra ordinary crime. 30 Bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu 29 Indonesia c, Op. cit., pasal 3. 30 Abdul Rahman Saleh, www.arsip.pontianakpost.comberitaindex.asp?Berita=Pinyuhid=129619, diakses Sabtu, 28 Agustus 2010, pukul 20:19:08 WIB. Universitas Sumatera Utara digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa. 31

F. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Kewenangan Penyidik Mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) Pada Perkara Tindak Pidana Korupsi ( Studi Kasus Judicial Review Pasal 40 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana K

1 41 110

Kebijakan Hukum Pidana Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus Perkara No.77/PID.B/2010/PN.Medan)

3 110 147

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

Analisis Yuridis Terhadap Kewenangan Penyidik Mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) Pada Perkara Tindak Pidana Korupsi ( Studi Kasus Judicial Review Pasal 40 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidan

9 105 110

Analisis Yuridis Straf Minimum Rules (Aturan Hukuman Minimal) Terhadap Tindak Pidana Korupsi Pada Pasal 2 Ayat (1) Dan Pasal 3 Undang–Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 56 84

Kewenangan Polri Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

16 167 135

Kajian Yuridis Ditolaknya Permohonan Uji Materiil Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi oleh Mahkamah Konstitusi (Studi Putusan Nomor 81/Puu-X/2012)

0 6 11

Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Penuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang

0 4 87

Tinjauan Yuridis Kewenangan Kejaksaan dalam Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi

0 8 71

Tinjauan Yuridis Terhadap Upaya Pengembalian Keuangan Negara Atas Tindak Pidana Korupsi Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

0 6 42