Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara
6 Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2000 Tentang Pembentukan Tim
Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
7 Keputusan Presiden No. 44
Tahun 2000 Tentang Pembentukan Komisi
Ombudsman Nasional
8 Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
9 Undang-Undang No. 30 Tahun
2002 Tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi KPK
Tabel 2.1 Peraturan Perundang-undangan Korupsi Setelah Era Reformasi
D. Kedudukan KPK Berdasarkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002
1. Sejarah Singkat Berdirinya KPK
Sejak awal pemerintah orde baru, Presiden Soeharto sudah membentuk beberapa komisi anti korupsi dalam usaha pemberantasan
korupsi, diantaranya pada tahun 1967 di bentuk Tim Pemberantasan Korupsi yang berada di bawah Kejaksaan Agung dan pada tahun 1970,
pemerintah juga pernah membentuk komisi empat di mana komisi ini bertugas untuk menemukan penyimpangan di Pertamina, Bulog, dan
Universitas Sumatera Utara
Penebangan Hutan.
51
Pada masa pemerintahan Ahdurahman Wahid sebagai presiden juga pernah di bentuk Tim Gabungan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi TGPTPK, di mana lembaga ini dibentuk sebagai lembaga sementara sampai terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi.
Namun keberadaan lembaga-lembaga tersebut sepertinya belum juga dapat memuaskan masyarakat dilihat dari kinerja dan hasil yang diberikan oleh
lembaga-lembaga tersebut. Sesuai pernyataan pada bagian sebelumnya, dengan adanya
kenyataan sosiologis bahwa korupsi sebagai extraordinary crime sudah sangat merajalela dan semakin rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap penyelenggaraan kekuasaan kehakiman di Indonesia maka upaya luar biasa extraordinary efforts yang dipilih Indonesia pada era reformasi
untuk berperang melawan fenomena korupsi adalah membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ide awal pembentukan KPK
dimaksudkan untuk menjawab kelemahan-kelemahan pengadilan konvensional dalam berbagai aspek, misalnya kelemahan kualitas dan
integritas sebagian hakim, ketiadaan akuntabilitas pengadilan yang menyebabkan maraknya praktek mafia peradilan dengan melibatkan aparat
51
Teten Masduki dan Danang Widyoko, “ Menunggu Gebrakan KPK” Jentera edisi 8 Tahun III Maret 2005 , hal 42.
Universitas Sumatera Utara
penegak hukum yang bersifat korup dalam setiap proses penanganan perkara tindak pidana korupsi.
52
Menurut kesimpulan hasil survey yang diadakan oleh Transparency Internasional Indonesia TIII, inisiatifpemicu terjadinya penyimpangan
dalam suatu proses peradilan justru berasal dari pihak pengadilan itu sendiri. Kondisi ini semakin memperburuk tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap kinerja lembaga peradilan sehingga lembaga peradilan dalam setiap tingkatannya selaku penyelenggara kekuasaan
yudikatif dianggap belum dapat berperan maksimal sebagai wadah integrasi dan penyeimbang
kepentingan negara, hukum, maupun masyarakat. Pembentukan KPK merupakan pelaksanaan dari Pasa 43 Undang-
Undang No, 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah di ubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Undang – Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi , di mana dinyatakan perlu dibentuk
Komisi Pemberantasan Tindak fidana Korupsi yang independen dengan tugas dan wewenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, meskipun
terjadi keterlambatan waktu pemhentukannya.
53
Selain itu dibentuknya KPK juga dilatarbelakangi alasan karena lembaga pemerintah yang menangani
perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efisien dan efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi.
52
Mengadili eksistensi pengadilan tipikor” www.legalitas.org?q=node44, diakses pada Kamis, 9 September 2010, pukul 15:20:34 WIB
53
Undang- undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 43 ayat 1 menyatakan : ’’Dalam waktu paling lambat 2 dua tahun sejak undang –undang
ini mulai berlaku, dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.”
Universitas Sumatera Utara
Jaksa dan kepolisian dianggap tidak efektif dalam menyelesaikan berbagai perkara tindak pidana korupsi, demikian juga dengan lembaga-lembaga
yang pernah dibentuk sebelumnya. Banyaknya kasus korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap aparat
penegak hukum menjadi rendah. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya anggapan bagaimana mungkin memberantas korupsi bila aparat penegak hukum
yang seharusnya memberantas korupsi justru terlibat korupsi pula bagaimana kita dapat membersihkan lantai yang kotor dengan sapu yang
,
kotor. Karena itulah KPK, sebagai lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnva bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, memiliki kewenangan yang luar biasa, berdasarkan pada klasifikasi tindak
pidana korupsi sebagai kejahatan luar biasa. Kewenangan-kewenangan yang di miliki oleh KPK akan di bahas lebih lanjut pada bagian berikutnya dalam skripsi
ini.
2. Tugas Dan Wewenang KPK