103
Dari tabel 12 dan grafik 3 dapat dilihat bahwa pada subjek penelitian dari kelompok siswa SMK maupun siswa SMA tidak ada yang memiliki self directed
learning yang rendah 0. Lalu siswa SMK yang memiliki self directed learning yang sedang sebanyak 43 orang 61.4 , dan siswa SMK yang memiliki self
directed learning yang tinggi sebanyak 27 orang 38.6 . Sedangkan siswa SMA yang memiliki self directed learning yang sedang sebanyak 32 orang 45.7
dang siswa SMA yang memiliki self directed learning yang tinggi yaitu sebanyak 38 orang 54.3 .
b. Hasil Tambahan Penelitian
Penelitian ini juga memperoleh beberapa hasil tambahan yang dapat memperkaya hasil penelitian, yaitu gambaran self directed learning siswa SMA
dan siswa SMK berdasarkan aspek-aspek self directed learning dan berdasarkan jenis kelamin.
i. Gambaran Aspek-aspek Self Directed Learning Pada Subjek
Penelitian
Gambaran self directed learning juga dapat dilihat melalui bentuk-bentuk perilakunya, di mana hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek self directed learning
yaitu mengontrol banyaknya pengalaman belajar yang terjadi, perkembangan keahlian, mengubah diri pada kinerja yang paling baik, manajemen diri siswa,
serta motivasi dan penilaian diri siswa. Dari 140 subjek yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan diperoleh skor minimum, skor maksimum, mean
104
hipotetik, dan standar deviasi pada tiap aspek-aspek self directed learning yang dapat dilihat pada tabel 13 berikut :
Tabel 13 Kategori Self Directed Learning Berdasarkan Aspek-aspek Self Directed
Learning No.
Aspek-aspek Mean
SD Min
Max
1. Mengontrol
banyaknya pengalaman
belajar yang terjadi
20 4
8 32
2. Perkembangan
keahlian 15
3 6
24
3. Mengubah diri
pada kinerja yang paling baik
30 6
12 48
4. Manajemen diri
siswa 27,5
5,5 11
44
5. Motivasi dan
penilaian diri 17,5
3,5 7
28
Berdasarkan rata-rata hipotetik dan standar deviasi yang diperoleh pada setiap aspek-aspek self directed learning, maka dapat dibuat kategorisasi self
directed learning dalam tiga kelompok yaitu kelompok yang memiliki self directed learning rendah, sedang dan tinggi pada setiap aspek self directed
learning. Untuk mengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok, dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan norma pada tabel 12 yang selanjutnya
menghasilkan pengkategorian skor self directed learning pada setiap aspek untuk dua jenis pendidikan yang berbeda seperti pada tabel 14 dan 15.
105
Tabel 14 Kategorisasi Aspek-aspek Self Directed Learning Pada Siswa SMK
Aspek Rentang
Nilai Kategorisasi
Jumlah Persentase
Mengontrol banyaknya
pengalaman belajar yang
terjadi X 16
Rendah 2 orang
2,9 16
≤ X 24 Sedang
39 orang 55,7
24 ≤ X
Tinggi 29 orang
41,4
Jumlah 70 orang
100
Perkembangan keahlian
X 12 Rendah
1 orang 1,4
12 ≤ X 18
Sedang 34 orang
48,6 18
≤ X Tinggi
35 orang 50
Jumlah 70 orang
100
Mengubah diri pada kinerja yang
paling baik X 24
Rendah 1 orang
1,4 24
≤ X 36 Sedang
41 orang 58,6
36 ≤ X
Tinggi 28 orang
40
Jumlah 70 orang
100
Manajemen diri siswa
X 22 Rendah
- -
22 ≤ X 33
Sedang 44 orang
62,9 33
≤ X Tinggi
26 orang 37,1
Jumlah 70 orang
100
Motivasi dan penilaian diri
X 14 Rendah
1 orang 1,4
14 ≤ X 21
Sedang 42 orang
60 21
≤ X Tinggi
27 orang 38,6
Jumlah 70 orang
100
106
Berdasarkan pada tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah siswa SMK yang paling banyak berada pada kategori sedang pada setiap aspek self directed
learning dan jumlah siswa SMK yang paling sedikit berada pada kategori rendah. Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa pada aspek mengontrol banyaknya
pengalaman belajar yang terjadi, siswa yang memiliki self directed learning pada kategori rendah adalah sebanyak 2 orang 2,9 , kategori sedang sebanyak 39
orang 55,7, dan kategori tinggi sebanyak 29 orang 41,4. Pada aspek perkembangan keahlian, siswa yang memiliki self directed learning kategori
rendah sebanyak 1 orang 1,4, kategori sedang sebanyak 34 orang 48,6, dan kategori tinggi sebanyak 35 orang 50. Pada aspek mengubah diri pada kinerja
yang paling baik, siswa yang memiliki self directed learning pada kategori rendah adalah sebanyak 1 orang 1,4, kategori sedang sebanyak 41 orang 58,6, dan
kategori tinggi sebanyak 28 orang 40. Pada aspek manajemen diri siswa, tidak ada siswa siswa yang memiliki self directed learning pada kategori rendah,
kategori sedang sebanyak 44 orang 62,9, dan kategori tinggi sebanyak 26 orang 37,1. Pada aspek motivasi dan penilaian diri, siswa yang memiliki self
directed learning pada kategori rendah sebanyak 1 orang 1,4, kategori sedang sebanyak 42 orang 60, dan kategori tinggi sebanyak 27 orang 38,6.
Tabel 15 Kategorisasi Aspek-aspek Self Directed Learning Pada Siswa SMA
Aspek Rentang
Nilai Kategorisasi
Jumlah Persentase
Mengontrol banyaknya
pengalaman X 16
Rendah -
- 16
≤ X 24 Sedang
33 orang 47,1
107
belajar yang terjadi
24 ≤ X
Tinggi 37 orang
52,9
Jumlah 70 orang
100
Perkembangan keahlian
X 12 Rendah
1 orang 1,4
12 ≤ X 18
Sedang 33 orang
47,2 18
≤ X Tinggi
36 orang 51,4
Jumlah 70 orang
100
Mengubah diri pada kinerja yang
paling baik X 24
Rendah -
- 24
≤ X 36 Sedang
25 orang 35,7
36 ≤ X
Tinggi 45 orang
64,3
Jumlah 70 orang
100
Manajemen diri siswa
X 22 Rendah
- -
22 ≤ X 33
Sedang 32 orang
45,7 33
≤ X Tinggi
38 orang 54,3
Jumlah 70 orang
100
Motivasi dan penilaian diri
X 14 Rendah
- -
14 ≤ X 21
Sedang 24 orang
34,3 21
≤ X Tinggi
46 orang 65,7
Jumlah 70 orang
100
Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah siswa SMA yang paling banyak berada pada kategori tinggi pada setiap aspek self directed learning dan
jumlah siswa SMA yang paling sedikit berada pada kategori rendah. Data pada tabel 16 juga menunjukkan bahwa pada aspek mengontrol banyaknya pengalaman
belajar yang terjadi, tidak ada siswa yang memiliki self directed learning pada
108
kategori rendah, kategori sedang sebanyak 33 orang 47,1, dan kategori tinggi sebanyak 37 orang 52,9. Pada aspek perkembangan keahlian, siswa yang
memiliki self directed learning kategori rendah sebanyak 1 orang 1,4, kategori sedang sebanyak 33 orang 47,1, dan kategori tinggi sebanyak 36 orang
51,4. Pada aspek mengubah diri pada kinerja yang paling baik, tidak ada siswa yang memiliki self directed learning pada kategori rendah, kategori sedang
sebanyak 25 orang 35,7, dan kategori tinggi sebanyak 45 orang 64,3. Pada aspek manajemen diri siswa, tidak ada siswa siswa yang memiliki self directed
learning pada kategori rendah, kategori sedang sebanyak 32 orang 45,7, dan kategori tinggi sebanyak 38 orang 54,3. Pada aspek motivasi dan penilaian
diri, tidak ada siswa yang memiliki self directed learning pada kategori rendah, kategori sedang sebanyak 24 orang 34,3, dan kategori tinggi sebanyak 46
orang 65,7.
ii. Gambaran Self Directed Learning Berdasarkan Jenis Kelamin
Subjek Penelitian
Hasil penelitian tambahan ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan self directed learning pada siswa ditinjau berdasarkan jenis kelamin.
Metode analisis data yang digunakan adalah independent sample t-test dengan bantuan SPSS 16.00 for windows. Hasil perhitungan statistik dapat dilihat dari
tabel 16 berikut ini : Tabel 16
Gambaran Self Directed Learning Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
N Mean
109
Laki-laki
Perempuan
77 63
127.30 132.29
Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa perempuan memiliki nilai rata-rata skor self directed learning 132.29 yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
rata-rata skor self directed learning laki-laki 127.30. Hal ini berarti perempuan memiliki self directed learning yang lebih tinggi daripada laki-laki.
Tabel 17 Hasil Uji Independent Sample t-test SDL berdasarkan jenis kelamin
Levene’s Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
Sig. 2 tailed
Subjek 0.135
0.714 0.036
Dari tabel 17 dapat dilihat bahwa hasil analisis uji-t menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,036 p0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada
perbedaan self directed learning pada subjek penelitian ditinjau dari jenis kelamin.
B. PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan self directed learning antara siswa SMA dan Siswa SMK di Yayasan Dharma Bakti
Medan. Dengan nilai p=0.004 p0.05, hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang diberikan bahwa adanya perbedaan self directed learning
pada siswa SMA dan Siswa SMK. Menurut Gibbons 2002 perlu adanya kesesuaian lingkungan belajar dengan aktivitas self directed learning yang terjadi.
Salah satu lingkungan belajar adalah lingkungan pendidikan formal yaitu sekolah.