biaya total yang lebih kecil. Sekalipun pendapatan menurun, bank dapat saja meningkatkan laba bila penurunan pendapatan tersebut diimbangi dengan
penurunan biaya yang lebih besar.
2.2.5 Sumber-sumber Dana Bank Umum
Yang dimaksud dengan sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasionalnya. Adapun sumber-sumber dana
bank tersebut adalah : 1.
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Dana ini dikenal dengan sebutan dana pihak pertama. Dana pihak pertama ini
merupakan modal sendiri yaitu modal setoran dari para pemegang sahamnya. Modal setoran dari para pemegang saham berarti modal dari bank umum
tersebut. 2.
Dana yang bersumber dari lembaga lainnya Sumber dana yang bersumber dari lembaga lainnya disebut juga sebagai dana
pihak kedua. Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana. Pencarian sumber dana ini relatif
lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari :
a. Pinjaman antar bank Inter Bank Call Money Market, yang biasanya
diberikan pada bank-bank yang mengalami kalah kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dan bunga relatif tinggi.
b. Surat Berharga Pasar Uang SBPU, dalam hal ini pihak perbankan
menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat.
c. Kredit Likuiditas Bank Indonesia KLBI, merupakan kredit Bank
Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya dan juga pembiayaan pada sektor-sektor tertentu. Penggunaan dana
KLBI sudah mulai dikurangi secara bertahap sejak deregulasi. 3. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Dana yang berasal dari masyarakat ini sering disebut dengan Dana Pihak Ketiga DPK. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi
kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan operasional suatu bank dan juga dana dari masyarakat ini merupakan komposisi dana yang
paling besar dan banyak komposisinya daripada sumber dana lainnya. Adapun sumber dana tersebut dapat dilakukan dalam bentuk :
a. Giro demand deposit
Defenisi giro demand deposit menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yaitu simpanan yang dapat digunakan sebagai
alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan. Rekening giro atau checking account adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk
pemindahbukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Rekening giro ini merupakan
sumber dana jangka pendek. Jasa giro merupakan suatu imbalan yang diberikan oleh bank kepada giran atas sejumlah saldo gironya yang
berada di bank, yang jumlahnya relatif lebih kecil bila dibandingakan dengan simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka.
b. Tabungan saving deposit
Tabungan menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang
disepakati, dan tidak dengan cek atau bilyet giro dan atau alat lain yang dipersamakan dengan itu. Cara penarikan dana pada tabungan yang
paling banyak diguanakan saat ini adalah dengan kartu ATM. Tabungan dapat ditarik dengan cara-cara dan dalam waktu yang relatif lebih
fleksibel dibandingkan dengan deposito berjangka . Besar bunga atas simpanan tabungan berada diantara giro dan deposito berjangka.
Ditinjau dari sisi bank, penghimpunan dana melalui tabungan termasuk lebih murah daripada deposito tapi lebih mahal dibanding giro.
c. Deposito Time Deposit
Pengertian deposito berdasarkan Undang-undang No.10 Tahun 1998 adalah simpanan yang penarikkannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Adapun jenis-jenis deposito antara lain :
Sertifikat Deposito
Merupakan deposito yang diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat diperjualbelikan kepada pihak lain. Pembayaran
bunga dari sertifikat deposito dapat dilakukan dimuka yaitu pada saat nasabah menempatkan dananya dalam bentuk deposito.
Deposito Berjangka
Deposito ini merupakan simpanan atas nama dan bukan atas unjuk karena jenis simpanan ini hanya bisa dicairkan oleh pihak yang
namanya tercantum dalam bilyet deposito. Bunga deposito berjangka ini diterima setelah jatuh tempo jangka waktunya, baik ditarik
tunai maupun non tunai pemindahbukuan dan dikenakan pajak dari jumlah bunga yang diterimanya. Deposito berjangka tidak dapat
diperdagangkan. Pada dasarnya sebelum jatuh tempo simpanan ini tidak dapat ditarik, namun apabila pihak deposan ingin menariknya
sebelum jatuh tempo, maka biasanya bank mengenakan denda atau biaya administrasi yang disebut juga penalty rate atas penarikan
tersebut. Deposito yang bisa diperpanjang secara otomatis melalui fasilitas Automatic Roll-Over ARO yang disediakan oleh pihak
bank. Tingkat bunga deposito ini relatif lebih besar dibandingkan dengan giro maupun tabungan.
Deposito On Call
Merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya
dalam jumlah yang besar. Pembayaran bunga dilakukan pada saat pencairan deposito on call dan merupakan suatu ketentuan bahwa
sebelum dilakukan penarikan terhadap deposito ini terlebih dahulu nasabah sudah memberitahukan kepada pihak bank dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dan nasabah. Besarnya bunga deposito on call ditetapkan lebih rendah
daripada deposito berjangka.
2.2.6 Penggunaan Dana Bank Umum