Sedangkan pengertian dari media dakwah itu sendiri adalah ” alat objektif yang menjadi saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang
vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah”.
47
Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada jaman
modern umpamanya : televisi, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar dan yang seperti tersebut di atas, termasuk melalui berbagai macam upaya mencari
nafkah dalam berbagai sektor kehidupan.
48
4. Metode Dakwah
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, metoda diartikan sebagai cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang dikendaki.
49
Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da`i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan
untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber metode dakwah yang terdapat dalam al-Qur`an menunjukkan
ragam yang banyak, seperti “hikmah, nasihat, yang benar dan mujadalah atau diskusi atau berbantah dengan cara yang paling baik” QS. Al-nahl : 125, dengan
kekuatan anggota tubuh tangan, dengan mulut lidah dan bila tidak mampu,
46
. Ibid,. h. 220.
47
. Hamzah Ya`kub, “ Publisistik Islam Teknik dan Dakwah Leadership” Bandung : CV Diponogoro, 1992, cet ke-4, h. 46.
48
. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Logos, 1997. h. 35.
49
. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka 2002 cet. Ke- 3.h.415
maka dengan hati hadits riwayat muslim. Dari sumber metode itu tumbuh metoda-metoda yang merupakan opersionalisasinya yaitu dakwah dengan lisan,
tulisan, seni, dan bil-hal. Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, symposium, diskusi, khutbah, saresehan, brain stroming dan lain-lain. Dakwah
dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamphlet, lukisan- lukisan dan lain-lain. Dakwah bil-hal berupa perilaku yang sopan sesuai dengan
ajaran al-Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, dan menolong sesama manusia.
Pada setiap metoda itu memungkinkan terdapat masalah, misalnya : apakah metoda tersebut cocok untuk menyampaikan sesuatu materi, apakah cocok
untuk objek tertentu, bagaimana hasil yang dicapai dengan menggunakan metoda tersebut.
50
50
. Wardi Bachtiar Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah. h. 34.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA SENSOR FILM
A. Sejarah Singkat Berdirinya Lembaga Sensor Film
Lembaga Sensor Film merupakan salah satu lembaga yang mempunyai wewenang untuk meluluskan suatu film atau tidaknya untuk ditayangkan atau
dipertunjukkan, selain itu lembaga sensor film berfungsi untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif perfilman dan menjadi Garda budaya bangsa di
Indonesia dalam menghadapi era globalisasi dengan tetap menghargai nilai-nilai, moral dan kultur bangsa.
Pada 9 September 1925 Eksistensi Sensor film di Indonesia bermula
dengan terbitnya ordonasi film yang dimuat dalam Lembaran Negara No. 477 merupakan peraturan perundangan perfilman yang pertama di Indonesia Hindia
Belanda. 5 Januari 1926 Pembaharuan ordonasi film menyangkut penyensoran
dimuat dalam Lembaran negara No. 7.
Tanggal 29 Desember 1930 Pembaharuan ordonasi film, dimuat dalam
Lembaran Negara No. 447. 25 Oktober 1940 Penyempurnaan ordonasi film, dimuat dalam Lembaran Negara No. 507, Lembaga yang menyensor film dengan
Nomenklatur de Film Commissie. Film Commisie berada dibawah Departemen dalam negeri Van Binnenlandse Zaken bertanggung jawab kepada Gubernur
Jenderal Hindia Belanda. Ketua komisi diangkat diberhentikan oleh Gubernur Jenderal sedangkan anggota diangkat diberhentikan oleh Direktur Pemerintahan