Peranan Sejarah Perfilman Indonesia

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Peranan

Peranan adalah dari kata dasar ”peran” yang ditambahkan akhiran ”an”. Peran memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. 9 Dalam kamus besar Indonesia, peranan ialah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. 10 Sedangkan dalam kamus ilmiah populer peranan memiliki makna sebagai fungsi; kedudukan atau bagian kedudukan. 11 Menurut Grass Masson, sebagaimana yang pernah dikutip oleh David Berry peranan ialah seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu, dan harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma yang dalam masyarakat norma tersebut dapat 9 Departemen Pendidikan dan Kebudyaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996 , Edisi Ke-2, h. 751. 10 Ibid h. 667. 11 M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola, 1994 ,h. 585. diartikan sebagai kewajiban seseorang untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya. 12 Dalam perspektif ilmu psikologi sosial, peranan didefinisikan dengan suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang memiliki suatu status di dalam kelompok tertentu. 13 Peranan merupakan fungsi yang bisa terwujud jika seseorang berada di dalam satu kelompok sosial tertentu. Peranan merupakan sebuah perilaku yang memiliki suatu status dan bisa terjadi dengan atau tanpa adanya batasan-batasan job description bagi para pelakunya. 14

B. Film

Film secara sederhana, sebetulnya hanyalah susunan gambar yang ada dalam selluoid, kemudian diputar dengan mempergunakan teknologi proyektor yang sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi, bisa ditafsirkan dalam berbagai makna. Ia menawarkan berbagai pesan, bisa dimanfaatkan dalam kegunaan. 15 Kalau surat kabar bersifat visual, dan radio besifat audio, maka film merupakan penggabungan dari keduanya yaitu serentak visual dan audio dan dengan demikian masuk pada golongan media yang bernama The Audiovisual Media. 12 N Grass, w, s Masson and A.W. MC Eachern, Explorations Rote Analysis dalam David Berry, pokok-pokok pikiran dalam sosiologi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995 , h. 99-100. 13 Dr. W. A Gerungan Dipl. PSYCH, Psikologi social, Bandung : PT. Eresso, 1998, h. 135 14 Ibid, h. 135. 15 Gatot prakoso, film pinggiran - Antologi film pendek, eksperimental Dokumenter. Film adalah alat komunikasi massa yang mengoperkan lambang-lambang komunikasinya dalam bentuk bayangan-bayangan hidup di atas layar putih. Ini dilakukan atas bantuan proyektor, sedangkan filmnya sendiri tidak dari rentetan foto di atas seluloid. Jadi lambang-lambang komunikasi yang bersifat audiovisual itu yang kelihatan hidup, pada hakikatnya tidak lain dari pada rentetan beribu-ribu foto yang setiap foto menunjukkan satu fase dalam proses tertentu yang hanya mempunyai perbedaan kecil dengan foto sebelumnya dan sesudahnya. Dengan bantuan proyektor rentetan foto itu dapat membedakan tiap foto di atas layar putih, karena semuanya telah melebur menjadi satu gerakan tertentu, yang mengakibatkan kelihatan hidup. 16 Menurut Onong Uchjana Effendi 2000, film merupakan medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Alex Shobur 2003, bahwa film merupakan bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan selalu ada kecendrungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan. 17 Efek dari film adalah peniruan yang diakibatkan oleh anggapan bahwa apa yang dilihatnya wajar dan pantas untuk dilakukan setiap orang. Bila dilihat lebih mendalam, film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film memiliki realitas kelompok masyarakat pendukungnya FFTV – IKJ dengan YLP, Fatma Press: 1997 , h. 22 16 Drs Anwar Arifin, Strategi komunikasi sebuah pengantar ringkas Bandung : CVAmico 1984, h. 28. 17 Aep Kusnawan et. al.,komunikasi penyiaran Islam – mengembangkan Tabligh melalui Media mimbar, Media cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital, Benang merah press: Bandung itu, baik realitas dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukkan pada kita jejak-jejak yang tinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang. Sehingga dalam perkembangannya, film bukan lagi sekedar usaha menampilkan “Citra Bergerak” moving images. Namun, juga telah diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia, atau gaya hidup. 18 Dalam perkembangannya, film telah mengukuhkan diri sebagai anak kandung teknologi modern. Diawali ketika film diartikan sebagai medium komunikasi massa, yakni penyampai berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Kemudian berlanjut di mana film dimanfaatkan sebagai medium ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film untuk mengutarakan gagasan, ide, lewat suatu wawasan keindahan. 19 Dalam bentuknya sebagai sebuah kesenian, film adalah sama dengan media artistik lainnya, karena ia memiliki sifat-sifat dasar dan media lain yang terjalin dalam susunannya yang beragam. Seperti halnya seni lukis, pahat, drama, musik, puisi, pantonisme, seperti novel, dan sebagainya. Selain sebagai kesenian, film juga merupakan salah satu media komunikasi massa, di samping surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Sebagai media komunikasi massa, film dibuat dengan 2004 .h. 95 18 . Victor C. Mambor, satu Abad “ Gambar idoep” di Indonesia, Http:Kunci.co.id TeksVictor I. diakses 14 Maret 2008 . 19 Marselli Soemarno, Apresiasi film: suatu pengantar Jakarta: pustaka Yayasan Citra tanpa tahun terbit , h. 8 tujuan tertentu kemudian hasilnya tersebut ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat dengan peralatan teknis. 20 Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1992 tentang perfilman, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, elektronik, atau lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya. Sedangkan perfilman itu sendiri adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan, jasa, teknik, pengeksporan, pengimporan, pengedaran, pertunjukkan, dan atau penanyangan film. 21

1. Jenis Film

Dalam perkembangannya, ada begitu banyak jenis film. Masing-masing jenis dibuat dengan maksud-maksud tertentu dan untuk melayani keperluan publik terbatas maupun publik yang lebih luas. Namun pada dasarnya, film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar, yaitu film teatrikal dan non teatrikal. Pendapat lain suka menggolongkannya menjadi film fiksi dan film non fiksi. Film teatrikal adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktoraktris. Film teatrikal umumnya bersifat 20 Pranajaya, film dan masyrakat, h.9-10 komersial, yaitu dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar dalam acara televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film teatrikal mempunyai sejumlah kategori genre; film horor, film komedi, film action, film musikal, film koboi, dan sebagainya. 22 Sedangkan film non teatrikal adalah jenis film yang mengambil kenyataan sebagai objeknya. Film non-teatrikal juga memiliki sejumlah kategori, meski kebanyakan bukan tujuan komersial. 23 Film teatrikal dengan non-teatrikal memiliki banyak perbedaan termasuk di dalamnya ragam dari masing-masing film yang bisa dijabarkan sebagai berikut: a Film Cerita, film yang mengandung cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan layar lebar. Film cerita disebut juga dengan istilah ”story film’’ cerita di sini dapat berupa cerita drama, misteri, komedi, romantik. b Film Berita Newsreel, film mengenai fakta dan peristiwa yang sungguh- sungguh terjadi, disajikan kepada masyarakat melalui media televisi dengan dipandu gambar film dan berita, maka pesan penerangan akan lebih merasuk di hati pemirsa. c Film Dokumenter, film fakta terhadap suatu peristiwa yang pernah terjadi, yang disimpan untuk keperluan kenang-kenangan atau keperluan sejarah. Film dokumenter dapat mengungap peristiwa lama dan bermanfaat bagi generasi mendatang untuk melihat segala sesuatu yang diperbuat oleh generasi sebelumnya. Film dokumenter sebagai dokumentasi yang bernilai sejarah yang sangat berharga. 21 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32 d Film Kartun Cartoon, film yang dibuat dari lukisan gambar yang dirangkai menjadi bentuk cerita yang dapat bergerak seperti yang dikehendaki oleh pembuatnya. Sekarang pembuatan film kartun menggunakan teknik tinggi, sehingga hasilnya dapat dipakai sebagai tontonan yang menggembirakan. e Film Laga, film yang banyak berisi tentang aksi, perkelahian, atau keributan. Ada kalanya film silat masuk dalam kategori ini, lebih spesifik lagi film silat mengisahkan tentang Cerita Cina Mandarin dengan banyak menampilkan adegan perkelahian dengan adu ketangkasan bermain silat. 24 f Film Iklan, yang berisi kegiatan menyampaikan berita, di mana berita itu disampaikan atas pesanan pihak yang ingin agar produk atau jasa yang dimaksud disukai, dipilih, dan dibeli oleh khalayak ramai. 25 g Film Sejarah, melukiskan kehidupan di masa lalu, sebagian mengartikan film kehidupan seorang tokoh tersohor dan peristiwanya; biasa disebut film biografi. h Film Perang, menggambarkan peperangan atau situasi di dalamnya atau sesudahnya. i Film Futuristik, menggambarkan masa depan secara khayali. j Film Anak, mengupas kehidupan anak-anak. 22 Soemarno, Apresiasi film, h.3-4. 23 Ibid, h. 4-5. 24 YS Gunadi Ed , Himpunan Istilah Komunikasi Jakarta : PT Grasindo, 1998 , h. 44- 45. 25 B.H. Hoed, “ dampak Komunikasi Periklanan: sebuah ancangan dari segi semiotic”, dalam semiotik”, dalam semiotic : mengkaji tanda dalam artefak . EKM Masinambow dan Rahayu S Hidayat ED Jakarta : Balai Pustaka, 2001 , h.186. k Film Adventure, film petualangan. Sebagian mengartikannya film pertarungan yang tergolong dalam film klasik. l Film Crime Story, film yang umumnya mengandung sifat-sifat heroik. m Film Seks, menampilkan erotisme. 26 n Film Misteri Horor, mengisahkan cerita yang menyeramkan.

2. Unsur Film

Terdapat beberapa yang menjadi unsur sebuah film. Unsur film tersebut adalah : a. Title judul b. Crident title, meliputi : produser, karyawan, artis, dll c. Tema film d. Intrik, yaitu usaha pemeranan film untuk mencapai suatu tujuan. e. Klimaks, yaitu benturan antar kepentingan f. Plot alur cerita g. Suspen atau keterangan, masalah yang terkatung-katung. h. Million setting, latar belakang terjadinya peristiwa, masa waktu, bagian kota, perlengkapan aksesoris, dan fesyen yang disesuaikan. i. Sinopsis, yaitu untuk memberi ringkasan atau gambaran dengan cepat kepada orang yang berkepentingan. j. Trailer, yaitu bagian film yang menarik. k. Character, yaitu karakteristik pelaku-pelakunya. 26 Kusnawan, dkk, Komunikasi Penyiaran Islam, h. 100-101. Adapun struktur-struktur sebuah film adalah sebagai berikut : 1 Pembagian cerita scene 2 Pembagian adegan squence 3 Jenis pengambilan gambar shoot 4 Pemilihan adegan pembuka opening 5 Alur cerita dan community 6 Intrique meliputi jealousy, pengkhiatan, rahasia bocor, tipu muslihat, dll. 7 Anti klimaks, penyelesaian masalah. 8 Ending, pemilihan adegan penutup. 27 Untuk membuat sebuah film cerita, dibutuhkan suatu kerja kolektif untuk pembuatan film yang baik dibutuhkan saling mendukung antar unsur-unsur pokok itu adalah : penulis skenario, sutradara, bintang film, juru kamera, juru tata suara, dan produser. Penulis skenario scenarioman bertugas menyusun alur cerita plot, dan garis besarnya sampai bagian yang sekecil-kecilnya. Ia juga menyusun dialog yang selaras dengan derak dan setting yang digambarkan dalam penulisan skenarionya, sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah skenario film yang baik adalah film dalam bentuk tertulis literatur. Pada awalnya penulis skenario menghasilkan skenario kasar atau draft screenpalay , yang setelah dikaji kembali berubah menjadi catatan cerita yang dapat dijalankan dalam film. Hal-hal yang dituntut dari seorang skenario film adalah ketelitian, daya imajinasi, dan kreativitas disamping pengetahuan 27 Ibid, h. 100-101. mengenai teknik pengungkapan film. Skenario dapat dikatakan dasar pembuatan film. Sutradara berperanan sebagai pemegang pimpinan dalam pembuatan film, bidang kerjanya tidak hanya pada satu segi saja, melainkan pada seluruh pembuatan film. Sutradara memimpin pembuatan-pembuatan skenario, permainan para bintang film yang mendukung film bersangkutan, pengambilan gambar- gambar oleh juru kamera, perekaman suara oleh juru rekam, penyusunan gambar oleh penyusun film sampai seluruh film selesai. Karena itu, seorang sutradara dituntut mempunyai pengetahuan bidang perfilman, mempunyai kepribadian menarik dapat berorganisasi dan memiliki kreativitas serta daya artisitik yang memadai. Bintang film adalah pemegang peran pemain dalam film seorang bintang film dituntut mempunyai kemampuan akting sesuai dengan apa yang dituliskan dalam skenario serta sejalan dengan apa yang diinginkan sutradara. Namun tidak mustahil seorang bintang film diperbolehkan mengembangkan kemampuan aktingnya dalam sebuah adegan, diluar apa yang ditulis skenario sejauh masih dalam jalur cerita. Juru kamera cameraman cinematographer bertugas mengambil gambar untuk disusun menjadi sebuah film. Ia bertanggung jawab sepenuhnya atas segala fotografis film yang dibuat. Untuk membuat gambar-gambar film seorang juru kamera dibantu oleh director of fotography, yaitu orang yang ahli dalam pemakaian peralatan foto dan orang yang ahli menjalankan kamera camera operator, juga oleh focus fuller atau camera assistant. Kerja juru kamera masih dibantu oleh tenaga teknik yang mempersiapkan segala peralatan yang digunakan. Juru tata suara bertugas mengatur berbagai suara alam film. Suara dalam sebuah film dapat berupa suara alam, musik dan berbagai bunyi lainnya. Seorang juru tata suara harus mempunyai kepekaan bunyi dan karakter suara yang tinggi. Dalam pekerjaannya penata suara sound engineer, sound man dibantu oleh beberapa tenaga ahli seperti ahli mikrofon boomman. Juru dubbing sound mixer, orang yang bertugas menggumpulkan suara yang telah direkam oleh juru rekam pada pita-pita yang terpisah ke dalam satu pita induk master sound track . Setelah unsur bunyi tersusun dan direkam dalam pita, pita suara itu diletakkan pada pita film. Dengan begitu ketika film diputar suara akan muncul secara bersamaan dengan gambar. Produser bertanggung jawab atas modal yang dipakai dalam pembuatan sebuah film. Produser memiliki wewenangnya mencari sutradara yang sesuai, bersama sutradara mencari bintang film, juru kamera, dan juru tata suara. Tugasnya antara lain menggurus perijinan pembuatan film sampai soal distribusi dan peredarannya. Bagi produser film selain benda seni juga merupakan barang dagangan. 28

C. Komunikasi massa

Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner 1980:10 : “ Mass communication is messages communicated through a 28 “ Film”, h.308. mass medium to a large number of people ” komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan memperinci karakteristik komunikasi massa. Gerbner menulis 1967 menulis, “” komunikasi massa adalah produksi dan distribusi mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of the massages in industrial societies berlandaskan technology dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. 29

1. Dampak Media Massa

Sesuai dengan tujuannya, komunikasi massa mempunyai fungsi untuk memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sudah dapat dipastikan bahwa komunikasi akan memberikan dampak atau pengaruh terhadap pembaca, pendengar dan penontonnya. Apabila pengaruhnya tidak ada, maka tujuan komunikasi itu sendiri tidak berjalan. Dampak komunikasi massa, selain positif juga mempunyai dampak negatif. Pengelola komunikasi massa dapat dipastikan tidak berniat untuk menyebarkan dampak negatif terhadap khalayaknya, yang diinginkan adalah pengaruh positif. Apabila ada dampak negatif bisa dikatakan sebagai efek samping. Namun efek samping itu cukup membahayakan sendi-sendi kehidupan masyarakat banyak. 29 . Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya. Bandung. Komunikasi massa harus mempunyai efek menambah pengetahuan, mengubah sikap, dan menggerakkan perilaku kita. Efek yang terjadi pada komunikasi tersebut terdapat pada tiga aspek. Ketiganya adalah efek kognitif, afektif, dan behavioral.

a. Efek Kognitif

Pembaca surat kabar atau majalah, pendengar radio, dan penonton televisi merasa mendapatkan pengetahuan setelah membaca, mendengar, dan menonton. Banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh dari komunikasi tersebut, sehingga komunikasi atau media massa dijadikan sebagai kebutuhan utama setiap hari. Apabila media massa tersebut telah berhasil menambah wawasan atau pengetahuan, maka sudah dapat dilihat bahwa komunikasi massa telah mempunyai pengaruh secara kognitif.

b. Efek Afektif

Komunikasi massa juga akan memberikan dampak atau efek afektif kepada khalayaknya. Efek afektif lebih berkonotasi kepada perubahan sikap dan perasaan. Dalam membaca berita sedih dalam majalah atau surat kabar, seseorang juga terseret perasaan sedih. Demikian juga sebaliknya, orang akan merasa gembira ketika menonton peristiwa lucu di televisi. Tidak ada orang yang merasa gembira, ketika mendengar dari radio berita jatuhnya pesawat terbang yang mengakibatkan ratusan penumpang meninggal seketika. Cet. Ke-21.h. 188.

c. Efek Behavioral

Setelah mendapatkan ilmu atau pengetahuan lalu merasakan sesuatu, maka efek yang terakhir dari komunikasi adalah berubahnya perilaku dari pembaca, pendengar dan penonton. Bila televisi menyebabkan anda lebih mengerti bahasa Indonesia, maka televisi menimbulkan efek proposial kognitif. Bila anda membaca penderitaan orang miskin, lalu tergerak untuk membantunya, maka itu dinamakan efek proposial afektif. Tetapi anda telah mengirimkan wesel kepada penderita tersebut, maka itu disebut efek proposial behaviaoral. Lapangan dampak atau efek komunikasi massa berada pada ketiga sektor tersebut, yakni pada pengetahuan kognitif, perasaan afektif dan pada sikap perilaku behavioral Jalaluddin Rakhmat, psikologi komunikasi : 230 . 30

2. Dampak Kehadiran Film

Dampak dari teknologi film diantaranya dampak positif dan negatif. Dampak negatif jika sering ditampilkannya adegan kekerasan. Salah satunya bisa mendorong kemunculan perilaku kriminal di masyarakat. Lebih rawan lagi jika adegan kekerasan dalam film ditonton oleh anak di bawah umur. Mereka anak- anak belum mengerti betul tentang acara tersebut. Anak-anak tidak dapat mencerna adegan tersebut dan tidak mengetahui bahwa adegan-adegan yang ditayangkan adalah adegan berbahaya dan tidak untuk ditirukan. Anak-anak pada usia 6-9 tahun memiliki keingintahuan yang besar hingga mereka melihat dan mempraktikkan adegan kekerasan tersebut tanpa menyaringnya terlebih dulu. Akibatnya, tak sedikit kalangan yang mengecam perfilman, sekaligus menghimbau agar mengurangi adegan-adegan tersebut dalam film. Selain dampak tersebut, dampak negatif film digambarkan pada film ”Buruan Cium Gue”. Film yang diperankan oleh bintang-bintang muda seperti Masayu Anastasia dan Hengky Kurniawan ini telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Kontroversi film “Buruan Cium Gue” sesungguhnya menjadi bagian dari sejarah film Indonesia dan dunia sejagat. Tetapi film “Buruan Cium Gue” patut mendapat sorotan khusus, mengingat para pemainnya adalah kaum remaja yang diperankan untuk mengumbar nafsu birahi secara vulgar. Dan konyolnya, syuting maupun setting film ”Buruan Cium Gue” sendiri diambil di sebuah sekolah, padahal lembaga pendidikan merupakan simbol yang menjunjung nilai etika dan moral pada posisi tertinggi. Reaksi penolakan masyarakat atas pemutaran film ini sudah benar. Peristiwa dalam film memotivasi dan merangsang masyarakat untuk meniru atau memperaktikkan yang dilihatnya dalam tayangan film tersebut, akibatnya perilaku masyarakat semakin jauh dari norma yang ada. Film berdampak positif pada saat adegan-adegan yang ditayangkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru bagi orang yang menonton. Film berfungsi seperti media massa lainnya yaitu memberi wawasan dan pengetahuan kepada penonton, dan juga sebagai sarana hiburan. Untuk menghasilkan film yang bermutu, 30 Drs. H. Anwar Mafri, M.Ag, Etika Komunikasi Massa : Dalam Pandangan Islam Jakarta : Logos, 1999, Cet.II,h. 30-32. diperlukan kesadaran dan tanggungjawab terhadap film yang dihasilkan, agar memiliki dampak positif bagi masyarakat. 31

D. Sejarah Perfilman Indonesia

Perfilman Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan sempat menjadi raja di negara sendiri pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop- bioskop lokal. Film-film yang terkenal pada saat itu antara lain, Catatan si Boy, Blok M dan masih banyak film lain. Bintang-bintang muda yang terkenal pada saat itu antara lain Onky Alexander, Meriam Bellina, Nike Ardilla, Paramitha Rusady. Pada tahun-tahun itu acara Festival Film Indonesia masih diadakan tiap tahun untuk memberikan penghargaan kepada insan film Indonesia pada saat itu. Tetapi karena satu dan lain hal perfilman Indonesia semakin jeblok pada tahun 90- an yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema yang khusus orang dewasa. Pada saat itu film Indonesia sudah tidak menjadi tuan rumah lagi di negara sendiri. Film-film dari Hollywood dan Hong Kong telah merebut posisi tersebut. Hal tersebut berlangsung sampai pada awal abad baru, muncul film Petualangan Sherina yang diperankan oleh Sherina Munaf, penyanyi cilik penuh bakat Indonesia. Film ini sebenarnya adalah film musikal yang diperuntukkan kepada anak-anak. Riri Riza dan Mira Lesmana yang berada di belakang layar berhasil membuat film ini menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilman 31 http:letuce.blogs.friendster.comadianindya200706dampakfilm.html Indonesia. Antrian panjang di bioskop selama sebulan lebih menandakan kesuksesan film secara komersil. Setelah itu muncul film-film lain yang lain dengan segmen yang berbeda- beda yang juga sukses secara komersil, misalnya film Jelangkung yang merupakan tonggak tren film horor remaja yang juga bertengger di bioskop di Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Selain itu masih ada film Ada Apa dengan Cinta? yang mengorbitkan sosok Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra ke kancah perfilman yang merupakan film romance remaja. Sejak saat itu berbagai film dengan tema serupa yang dengan film Sherina film oleh Joshua, Tina Toon, yang mirip dengan Jelangkung Di Sini Ada Setan, Tusuk Jelangkung , dan juga romance remaja seperti Biarkan Bintang Menari, Eiffel Im in Love . Ada juga beberapa film dengan tema yang agak berbeda seperti Arisan oleh Nia Dinata. Selain film-film komersil itu juga ada banyak film film nonkomersil yang berhasil memenangkan penghargaan di mana-mana yang berjudul Pasir Berbisik yang menampilkan Dian Sastrowardoyo dengan Christine Hakim dan Didi Petet. Selain dari itu ada juga film yang dimainkan oleh Christine Hakim seperti Daun di Atas Bantal yang menceritakan tentang kehidupan anak jalanan. Tersebut juga film-film Garin Nugroho yang lainnya, seperti Aku Ingin Menciummu Sekali Saja, juga ada film Marsinah yang penuh kontroversi karena diangkat dari kisah nyata. Selain itu juga ada film film seperti Beth, Novel tanpa huruf R, Kwaliteit 2 yang turut serta meramaikan kembali kebangkitan film Indonesia. Festival Film Indonesia juga kembali diadakan pada tahun 2004 setelah vakum selama 12 tahun. Saat ini dapat dikatakan dunia perfilman Indonesia tengah menggeliat bangun. Masyarakat Indonesia mulai mengganggap film Indonesia sebagai sebuah pilihan di samping film-film Hollywood. Walaupun variasi genre filmnya masih sangat terbatas, tetapi arah menuju ke sana telah terlihat. Film pertama yang dibuat pertama kalinya di Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Film ini dibuat dengan aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung setelah itu, lebih dari 2.200 film diproduksi. Sudah sejak lama ada beberapa pihak baik itu institusi, media ataupun perorangan yang berusaha menggolongkan film-film Indonesia sepanjang masa yang layak menjadi film yang terbaik berdasarkan kategori-kategori tertentu. Salah satunya adalah tabloid Bintang Indonesia yang pada akhir tahun 2007 berusaha memilah film-film apa saja yang dapat dikategorikan sebagai film Indonesia terbaik. Dari 160 film yang masuk dipilihlah 25 film yang dapat dikategorikan sebagai film-film Indonesia terbaik sepanjang masa. Film-film tersebut dipilih oleh 20 pengamat dan wartawan film yakni: Yan Widjaya wartawan film senior, Ilham Bintang wartawan film senior, Ipik Tanojo Bali Post, Eric Sasono pengamat film, Arya Gunawan pengamat film, Noorca M. Massardi wartawan film senior, Yudhistira Massardi Gatra, Leila S. Chudori Tempo, Frans Sartono Kompas, Yusuf Assidiq Republika, Aa Sudirman Suara Pembaruan, Taufiqurrahman The Jakarta Post, Eri Anugerah Media Indonesia, Sandra Kartika Wakil Pemimpin Redaksi Tabloid Teen, Telni Rusmitantri Cek n Ricek, Ekky Imanjaya situs Layarperak.com, Wenang Prakasa Movie Monthly, Orlando Jafet Cinemags, Poernomo Gontha Ridho Koran Tempo, dan Ekal Prasetya Seputar Indonesia. Ke-25 Film tersebut adalah: 1. Tjoet Nja’ Dhien 1986 2. Naga Bonar 1986 3. Ada Apa dengan Cinta? 2001 4. Kejarlah Daku Kau Kutangkap 1985 5. Badai Pasti Berlalu 1977 6. Arisan 2003 7. November 1828 1978 8. Gie 2005 9. Taksi 1990 10. Ibunda 1986 11. Tiga Dara 1956 12. Si Doel Anak Betawi 1973 13. Cintaku di Kampus Biru 1976 14. Doea Tanda Mata 1984 15. Si Doel Anak Modern 1976 16. Petualangan Sherina 1999 17. Daun di Atas Bantal 1997 18. Pacar Ketinggalan Kereta 1988 19. Cinta Pertama 1973 20. Si Mamad 1973 21. Pengantin Remaja 1971 22. Cintaku di Rumah Susun 1987 23. Gita Cinta dari SMA 1979 24. Eliana, Eliana 2002 25. Inem Pelayan Sexy 1977 . 32

E. Pengertian Sensor Film