E. Progam Kerja Lembaga Sensor Film
Lembaga Sensor Film merupakan lembaga bersifat non Struktural yang terdiri dari wakil Pemerintah, wakil Masyarakat, wakil Organisasi dan
Professional, lembaga sensor film terdiri dari 45 orang anggota antara lain 16 orang wakil dari instansi departemen lembaga non departemen, yaitu sebagai
berikut : Departemen Agama, Departemen Dalam negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Negara
Pemuda dan Olahraga, Kejaksaan Agung, POLRI, Mabes TNI, BAIS, BIN. Tujuh orang wakil dari organisasi keagamaan yaitu : Majelis Ulama
Indonesia, Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Konferensi wali Gereja Indonesia KWI, Persatuan Gereja Indonesia PGI, Parisada Hindu Dharma, Wali Umat
Budha Indonesia WALUBI. Kemudian 14 orang wakil dari tenaga ahli: Perfilman enam orang,
Penyiaran dua orang, Pers satu orang, Pendidikan satu orang, Psikologi satu orang, HAKI satu orang, PGRI satu orang, Kowani satu orang. Dan Delapan
orang wakil dari cendikiawan atau budayawan. Kemudian dari 45 orang anggota tersebut terbagi menjadi dua komisi antara lain Komisi A dan Komisi B :
1. Komisi A, yang menangani pemantauan, regulasi dan advokasi bertugas : a.
Melakukan pemantauan perkembangan tata nilai dan tata budaya masyarakat.
b. Menganalisis dan merumuskan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, guna dijadikan bahan penyesuaian kriteria penyensoran. c.
Menelaah masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang LSF yang berkaitan dengan regulasi dan advokasi
d. Mempersiapkan nota kesepakatan perjanjian kerja sama antara LSF
dengan pihak-pihak lain. 2. Komisi B, yang menangani masalah pemantauan, sosialisasi dan evaluasi,
bertugas : a.
Melakukan pemantauan aspirasi dan apresiasi masyarakat terhadap film dan reklame film yang diedarkan, dipertunjukkan danatau ditayangkan.
b. Menganalisis dan merumuskan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, guna dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugas penyensoran berikutnya.
c. Mensosialisasikan pandangan LSF dalam pembuatan film Indonesia
menuju perkembangan yang lebih baik dalam satu koordinasi dengan instansi-instansi terkait, organisasi perfilman, organisasi keagamaan, dan
organisasi kemasyarakatan lainnya. d.
Mengevaluasi hasil kinerja LSF dan mempersiapkan Laporan Tahunan Ketua LSF kepada Presiden untuk dibahas dalam forum Pelaksana
Harian.
55
55
. Peraturan Menteri BUDPAR NO. PM. 31UM.001MKP05
F. MEKANISME PELAYANAN ADMINISTRASI PENYENSORAN FILM DAN REKAMAN VIDEO