Pengaruh Kecepatan Angin Dan Suhu Udara Terhadap Kadar Gas Pencemar Karbon Monoksida (CO) Di Udara Sekitar Kawasan Industri Medan (KIM).

(1)

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN SUHU UDARA TERHADAP KADAR GAS PENCEMAR KARBON MONOKSIDA (CO) DI UDARA

SEKITAR KAWASAN INDUSTRI MEDAN (KIM)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SETIA TAMPUBOLON 050801001

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN SUHU

UDARA TERHADAP KADAR GAS PENCEMAR KARBON MONOKSIDA (CO) DI UDARA SEKITAR KAWASAN INDUSTRI MEDAN (KIM)

Kategori : SKRIPSI

Nama : SETIA TAMPUBOLON

Nomor Induk Mahasiswa : 050801001

Program Studi : SARJANA (SI) FISIKA

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 4 Desember 2010

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing

Ketua,

Dr. Marhaposan Situmorang Drs. Herli Ginting, MS


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN SUHU UDARA TERHADAP KADAR GAS PENCEMAR KARBON MONOKSIDA (CO) DI UDARA

SEKITAR KAWASAN INDUSTRI MEDAN (KIM)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 4 Desember 2010

SETIA TAMPUBOLON 050801001


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih, karunia dan kemurahanNya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, hikmat dan kebijaksanaan hingga skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak mungkin bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya secara khusus kepada Ayahanda tecinta M. Tampubolon, dan Ibunda tercinta P. br Pangaribuan, serta abang, kakak dan adik-adikku tersayang yang selalu mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini baik dukungan dalam segi moril, materi maupun doa dan telah bersusah payah dengan kemampuannya membiayai sejak dari penulis memasuki perkuliahan di USU.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak Drs. Herli Ginting, MS selaku pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan dan masukan kepada saya dan juga kepada para dosen penguji saya ucapkan terimakasih banyak atas saran dan masukan yang telah membantu penulis untuk melengkapi skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kakanda Faisal. M, S.Si selaku staf pegawai di BTKLPPM yang telah memberikan panduan dan arahan kepada saya untuk menyempurnakan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujuka n kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Dr. Marhaposan Situmorang dan Dra. Justinon, M.Si, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, dan semua dosen pada Departemen Fisika FMIPA USU yang dengan tulus memberikan pelajaran mata kuliah di kelas dan banyak memberikan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Fisika semuanya Elyunus Z, Jona B H, Eko H T, Erwin H S, Efdianus S, Sadrah J.T, Vino Balo, Jonathan, Adi C S, Espol S, Kabul, Rianto, Despa, Hiras dll


(5)

yang selalu memberikan dukungan dan membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. Dan terimakasih juga buat teman-teman satu kos yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis dan semua teman-teman dimana pun berada yang tidak dapat disebutkan satu per satu terima kasih banyak, semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Menyadari atas keterbatasan ilmu yang dimiliki penulis dan keterbatasan waktu, penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempuna, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menjaga kesehatan lingkungan serta dalam melindungi atmosfer kita.


(6)

Pengaruh Kecepatan Angin Dan Suhu Udara Terhadap Kadar Gas Pencemar Karbon Monoksida (CO) Di Udara Sekitar Kawasan Industri Medan (KIM)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh kecepatan angin dan suhu udara terhadap kadar gas pencemar karbon monoksida (CO) di udara Sekitar Kawasan Industri Medan (KIM). Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan angin, suhu udara terhadap kadar gas karbon monoksida yang terkandung dalam udara, selanjutnya kadar gas karbon monoksida dengan baku mutu udara ambien. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel udara menggunakan carbon analyzer, alat ini mendeteksi karbon monoksida (CO) dan suhu udara. Saat pengambilan sampel, posisi koordinat titik pengambilan sampel ditentukan menggunakan Global Position System (GPS) dan kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer. Lokasi pengukuran adalah pemukiman penduduk sekitar Kawasan Industri Medan dalam radius 4 km dan di bagi menjadi 8 titik sampling. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kadar CO di pemukiman penduduk sekitar Kawasan Industri Medan belum melewati nilai ambang batas artinya masih berada dalam kondisi yang tidak membahayakan kesehatan. Kadar gas CO tertinggi terdapat di titik pertama dengan kadar 9 ppm dan kadar gas CO terendah terdapat di titik ketujuh dengan kadar gas 3 ppm.


(7)

The Effect Of Wind Speed And Air Temperature On The Concentration Of Pollutant Gases Carbon Monoxide (CO) In The Air Around Medan Industrial

Estate (KIM) ABSTRACT

Has conducted research on the effect of wind speed and air temperature on the concentration of pollutant gases carbon monoxide (CO) in the air around Medan Industrial Estate (KIM). With the aim to investigate the effect wind velocity air temperature on the concentration of carbon monoxide gas contained in the air, the next levels of carbon monoxide gas with ambient air quality standard. Sampling was done by taking air samples using a carbon analyzer, this instrument detects carbon monoxide (CO) and air temperature. When sampling, the position coordinates of sampling point is determined using Global Position System (GPS) and wind speed measured by anemometer. Measurement location is the residential population of around Medan Industrial Area within a radius of 4 km and is divided into eight sampling points. Results obtained in this study showed that CO levels in residential areas around Medan Industrial Area has not exceeded the threshold value that is still in a state that does not endanger health. The highest levels of CO gas contained in the first period with levels of 9 ppm and the lowest levels of CO gas contained in the seventh spot with the gas content of 3 ppm.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Lembar Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

BAB I Pendahuluan

1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 3

1.3Batasan Masalah 4

1.4Tujuan Penelitian 4

1.5Manfaat Penelitian 4

1.6Tempat Penelitian 4

1.7Sistematika Penulisan 5

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Pencemaran Udara 6

2.2 Komponen Pencemaran Udara 8

2.2.1 Gas Karbon monoksida (CO) 9

2.2.2 Dampak pencemaran gas karbon monoksida (CO) 11

2.3 Kecepatan Angin 13

2.4 Suhu Udara 16

2.5 Baku Mutu Udara Ambien 17

BAB III Metodologi Penelitian

3.1 Alat-alat Penelitian 21

3.2 Diagram Alir Penelitian 22

3.3 Prosedur Penelitian 23

3.4.Grid Lokasi Penelitian 24

3.5 Posisi dan Jarak Pengambilan Tiap Titik Sampel 25

3.6 Teknik Analisa Data 25

3.6.1 Hubungan fungsional antara variabel 26

3.6.2 Regresi linier sederhana 26

3.6.3 Regresi linier ganda 27

BAB IV Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian 29

4.2 Pembahasan 30

4.2.1 Analisa kadar gas karbon monoksida (CO) 30 4.2.2 Data kadar CO dan jarak pengambilan sampel dari sumber


(9)

(Area KIM)

4.2.3 Analisa hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin 32 4.2.4 Analisa hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara 34 4.2.5 Analisa regresi linier berganda pada kadar gas CO 36

BAB V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 40

5.2 Saran 41

Daftar Pustaka 42


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 2.1. Komposisi udara bersih 7

Table 2.2. Komponen pencemaran udara 8

Tabel 2.3. Sumber pencemaran gas CO 11

Tabel 2.4. Klasifikasi kadar CO dan efeknya terhadap manusia 13

Tabel 2.5. Kategori stabilitas atmosfer 14

Tabel. 2.6. Baku mutu udara ambien 18

Tabel 3.1. Koordinat lokasi pengambilan sampel 25

Tabel 4.1. Data hasil penelitian 29

Tabel 4.2. Perbandingan kadar gas CO hasil penelitian dengan baku mutu udara ambien Nasional (26 ppm) dalam pengukuran

1 jam 30

Tabel 4.3. Data kadar CO dan Jarak pengambilan sampel 31 Tabel 4.4. Hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin 32 Tabel 4.5. Hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara 34 Tabel 4.6. Hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin dan


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Perbandingan kadar pencemar dan kecepatan angin 15

Gambar 3.1. Skema penyebaran titik sample 24

Gambar 4.1. Grafik hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap

kecepatan angin (m/s) 33

Gambar 4.2. Grafik hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap suhu

udara (0C) 35

Gambar 4.3. Grafik 3 dimensi hubungan kadar gas CO (ppm)

terhadap kecepatan angin (m/s) dan suhu udara (0C) 37

Gambar 4.4. Kontur hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap


(12)

Pengaruh Kecepatan Angin Dan Suhu Udara Terhadap Kadar Gas Pencemar Karbon Monoksida (CO) Di Udara Sekitar Kawasan Industri Medan (KIM)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh kecepatan angin dan suhu udara terhadap kadar gas pencemar karbon monoksida (CO) di udara Sekitar Kawasan Industri Medan (KIM). Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan angin, suhu udara terhadap kadar gas karbon monoksida yang terkandung dalam udara, selanjutnya kadar gas karbon monoksida dengan baku mutu udara ambien. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel udara menggunakan carbon analyzer, alat ini mendeteksi karbon monoksida (CO) dan suhu udara. Saat pengambilan sampel, posisi koordinat titik pengambilan sampel ditentukan menggunakan Global Position System (GPS) dan kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer. Lokasi pengukuran adalah pemukiman penduduk sekitar Kawasan Industri Medan dalam radius 4 km dan di bagi menjadi 8 titik sampling. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kadar CO di pemukiman penduduk sekitar Kawasan Industri Medan belum melewati nilai ambang batas artinya masih berada dalam kondisi yang tidak membahayakan kesehatan. Kadar gas CO tertinggi terdapat di titik pertama dengan kadar 9 ppm dan kadar gas CO terendah terdapat di titik ketujuh dengan kadar gas 3 ppm.


(13)

The Effect Of Wind Speed And Air Temperature On The Concentration Of Pollutant Gases Carbon Monoxide (CO) In The Air Around Medan Industrial

Estate (KIM) ABSTRACT

Has conducted research on the effect of wind speed and air temperature on the concentration of pollutant gases carbon monoxide (CO) in the air around Medan Industrial Estate (KIM). With the aim to investigate the effect wind velocity air temperature on the concentration of carbon monoxide gas contained in the air, the next levels of carbon monoxide gas with ambient air quality standard. Sampling was done by taking air samples using a carbon analyzer, this instrument detects carbon monoxide (CO) and air temperature. When sampling, the position coordinates of sampling point is determined using Global Position System (GPS) and wind speed measured by anemometer. Measurement location is the residential population of around Medan Industrial Area within a radius of 4 km and is divided into eight sampling points. Results obtained in this study showed that CO levels in residential areas around Medan Industrial Area has not exceeded the threshold value that is still in a state that does not endanger health. The highest levels of CO gas contained in the first period with levels of 9 ppm and the lowest levels of CO gas contained in the seventh spot with the gas content of 3 ppm.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara bersih yang dibutuhkan untuk kehidupan di bumi merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, khususnya di daerah yang banyak industri. Kebutuhan akan udara bersih semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di dunia, hal ini perlu diantisipasi agar tidak krisis udara yang sehat oleh karena itu udara perlu dijaga dan di perhatikan kesehatannya. Udara dikatakan normal dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya terdiri dari sekitar 78 % nitrogen; 20 % oksigen; 0,93 % argon; 0.03 % karbon dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen (H2

Pencemaran udara merupakan pencemaran lingkungan yang sedang bergejolak pada masa sekarang sebagai akibat pertumbuhan manusia, perkembangan teknologi, serta aktifitas manusia sehari-hari. Pencemaran udara saat ini khususnya di kawasan industri yang ada di Indonesia mulai dirasakan menjadi masalah yang cukup memprihatinkan. Perkembangan industri di Indonesia saat ini meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran lingkungan terutama yang berhubungan dengan proses kegiatan di industri tersebut. (Banumas dan Punjabi, 1998), salah satunya daerah industri di kota medan. Kawasan Industri Medan (KIM) memiliki luas total sekitar 514 hektar, berjarak sekitar 10 km dari pusat kota medan dan saat ini terdapat 86 perusahaan swasta nasional dan 17 ). Apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka udara dikatakan sudah tercemar. (Kastiyowati Indah, 2001).


(15)

perusahaan asing yang menempati lokasi tersebut serta berdampingan dengan pemukiman penduduk. (wikipedia.org/wiki/kawasan_industri_medan).

Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat

menimbulkan kematian, inila

Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil dari pada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2 % sampai 1,0 % dan rata-rata sekitar 0,5 %. Disamping itu kadar CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan pernafasan tetap konstan. (Mukono, Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan, 1997).

Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung sampai pada kematian.

Gas karbon monoksida dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari pembakaran bahan bakar fosil. Nilai ambang batas zat pencemar karbon monoksida dalam udara adalah 30.000 µg/Nm3 (26 ppm) dalam pengukuran satu jam. Kadar pancemar di udara selain dipengaruhi oleh jumlah sumber pencemar, parameter meteorologi juga mempengaruhi kadar pencemar di udara sehingga kondisi lingkungan tidak dapat diabaikan. Kecepatan angin dan suhu udara adalah bagian dari parameter meteorologi yang dapat mempengaruhi kadar pencemar di udara. (Neigburger, 1995).


(16)

Hasil simulasi program komputer dengan menggunakan Gaussian Plume Model oleh Nugroho bahwa dispersi pencemar dari suatu sumber titik akan berlangsung lambat pada kecepatan angin rendah. Kecepatan angin menentukan seberapa banyak udara pencemar tersebut mula-mula tercampur, dan ketidakteraturan kecepatan serta arah angin menentukan laju pencemar ketika terbawa dalam arah angin. Faktor ini yang menentukan suatu daerah akan tercemar dan seberapa cepat kadar pencemar menipis akibat percampuran dengan udara lingkungan setelah bahan tersebut meninggalkan sumbernya.

Jadi untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya pencegahan diawali dengan pemberitahuan kepada pihak industri dan masyarakat tentang tingkat pencemaran udara disekitar pemukiman penduduk. Kualitas udara dapat dievaluasi dengan melakukan pengukuran konsentrasi pencemar dalam udara disekitar pemukiman penduduk. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul pengaruh kecepatan angin dan suhu udara terhadap kadar gas pencemar karbon monoksida (CO) di udara sekitar Kawasan Industri Medan (KIM).

1.2. Permasalahan

Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diajukan adalah :

1. Berapa besar kadar gas CO di daerah pemukiman penduduk sekitar Kawasan Industri Medan.

2. Bagaimana pengaruh kecepatan angin terhadap kadar gas CO

3. Bagaimana pengaruh suhu udara terhadap kadar gas CO

di sekitar Kawasan Industri Medan.

di sekitar Kawasan Industri Medan.


(17)

1.3. Batasan Masalah

Pada penelitian ini masalah dibatasi untuk pengukuran sesaat dalam mengukur kadar zat pencemar karbon monoksida (CO), kecepatan angin serta suhu udara di sekitar Kawasan Industri Medan (KIM).

1.4. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui seberapa besar kadar gas pencemar karbon monoksida (CO) yang terkandung dalam udara di sekitar Kawasan Industri Medan. b. Untuk memantau pengaruh kecepatan angin dan suhu udara terhadap kadar

gas pencemar karbon monoksida (CO).

c. Membandingkan kadar gas pencemar karbon monoksida (CO) dengan baku mutu udara ambien.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Sebagai informasi kepada masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar Kawasan Industri Medan tentang tingkat pencemaran udara oleh CO di sekitar tempat tinggal mereka.

b. Memberikan informasi tentang pengaruh kecepatan angin dan suhu udara terhadap kadar gas pencemar karbon monoksida (CO).

c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi berbagai pihak yang terkait terhadap pencemaran udara.

.

1.6. Tempat Penelitian

Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantas Penyakir Menular (BTKLPPM) Medan.


(18)

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan masing-masing bab adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, tempat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini membahas tentang alat-alat yang digunakan dalam penelitian, diagram alir penelitian, prosedur penelitian, grid lokasi penelitian, posisi pengambilan sampel, dan teknik analisa data.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan menganalisis data yang diperoleh dari penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Menyimpulkan hasil-hasil yang didapat dari penelitian dan memberikan saran untuk penelitian lebih lanjut.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan industri di Indonesia saat ini meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran lingkungan terutama yang berhubungan dengan proses kegiatan industri tersebut. Industri-industri besar yang menggunakan bahan bakar fosil banyak menghasilkan gas buang yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Semua kegiatan dalam bidang industri pada mulanya dimasukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, ternyata pada sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya masalah pencemaran udara.

2.1. Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Keberadaan zat atau bahan asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di dalam udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan maupun binatang. (Pohan, 2002).

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di bumi. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet. Udara mengandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara yang normal merupakan campuran gas-gas meliputi 78 % N2; 20 % O2; 0,93 % Ar ; 0,03 % CO2 dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen (H2). Sebaliknya, apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara


(20)

sudah tercemar/terpolusi. Giddings (1973) mengemukakan bahwa atmosfer pada keadaan bersih dan kering akan didominasi oleh 4 gas penyusun atmosfer, yaitu 78,09% N2; 20,95% O2; 0,93% Ar; dan 0,032% CO2, sedangkan gas-gas lainnya sangat kecil konsentrasinya. Komposisi udara kering, yaitu semua uap air telah dihilangkan dan relatif konstan. Susunan (komposisi) udara bersih dan kering dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Table 2.1. Komposisi udara bersih

Komponen

Konsentrasi dalam volume

(ppm) (%)

Nitrogen (N2) 780.800 78.08

Oksigen (O2) 209.460 20.946

Argon (Ar) 9.340 0.934

Karbon diosida (CO2) 320 0.032

Neon (Ne) 18.2 1.82 x 10-3

Helium (He) 5.2 5.2 x 10-4

Metana (CH4) 1.5 1.5 x 10-4

Krypton (Kr) 1.0 1.0 x 10-4

H2 0.5 5.0 x 10-5

H2O 0.2 2.0 x 10-5

CO 0.1 1.0 x 10-5

Xe 0.08 8.0 x 10-6

O3 0.02 2.0 x 10-6

NH3 0.006 6.0 x 10-7

NO2 0.001 1.0 x 10-7

NO 0.0006 6.0 x 10-8

SO2 0.0002 2.0 x 10-8

H2S 0.0002 2.0 x 10-8

Giddings (1973)

Perubahan kualitas udara dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa pengurangan maupun


(21)

penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya.

Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan normalnya seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia maka udara telah tercemar (Arya Wardana, Wisnu,2001).

2.2. Komponen Pencemaran Udara

Komponen pencemaran udara bisa mencemari udara secara sendiri-sendiri, atau dapat pula mencemari udara secara bersama-sama. Jumlah komponen pencemaran udara tersebut tergantung pada sumbernya. Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan teknologi serta lalu-lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di daerah industri kotor tekena bermacam-macam pencemar. Dari beberapa macam komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini. (Arya Wardana,2001).

Table 2.2. Komponen pencemaran udara

No Pencemar Simbol

1 Karbon monoksida CO

2 Nitrogen oksida NOx

3 Belerang oksida SOx

4 Hidro karbon HC

5 Partikel -

Di atmosfer, berbagai polutan udara akan melalui berbagai proses. Baik pencampuran antara polutan yang satu dengan yang lain yang pada akhirnya akan meningkatkan komposisi polutan itu sendiri bahkan memunculkan jenis polutan yang baru. Namun alam mempunyai prosesnya sendiri yang secara alamiah dapat mengurangi maupun memindahkan konsentrasi berbagai partikulat tersebut sebagai akibat faktor meteorologi. Pencemaran udara akan dipancarkan oleh sumbernya dan


(22)

kemudian mengalami transportasi, dispersi atau pengumpulan karena kondisi meteorologi maupun topografi. (Neiburger, 1995).

2.2.1. Gas karbon monoksida (CO)

Apabila bahan bakar fosil atau bahan organik misalnya minyak tanah, bensin atau bahan kayu yang terbakar, proses pembakarannya tidak sempurna maka atom karbon akan bereaksi dengan satu atom oksigen dan terbentuk gas karbon monoksida (CO). Gas ini mempunyai sifat lebih ringan dari udara, tidak berbau, tidak berwarna. (Supriyono, 1999). Gas CO ini mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin. (Ebenezer, dkk, 2006). Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari beberapa proses berikut:

a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.

b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.

c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi CO dan O

Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Secara alamiah gas CO dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain..

Karbon monoksida terdiri dari satu atom yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.


(23)

Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon dioksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon.

Reaksi pembentukan CO lebih cepat daripada reaksi pembentukan CO2, sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas CO. Apabila pencampuran bahan bakar dan udara tidak rata, maka masih ada bahan bakar (karbon) yang tidak berhubungan dengan oksigen dan keadaan ini menambah kemungkinan terbentuknya gas CO yang terjadi pada suhu tinggi dengan mengikuti reaksi sebagai berikut :

O2 + 2C → 2 CO

Selain daripada itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas pada suhu tinggi yaitu sekitar diatas 800 0C akan membantu terjadinya penguraian (disosiasi) gas CO2 menjadi gas CO dan O yang mengikuti reaksi berikut ini :

CO2 → CO + O

Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO2 yang terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak. Suhu tinggi merupakan pemicu terjadinya gas CO. Sumber pencemaran gas CO terutama dari pemakaian bahan fosil (minyak ataupun batubara) pada mesin-mesin penggerak transportasi. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara meningkat. Berikut adalah tabel hasil penelitian di negara industri tentang sumber utama pencemaran gas karbon monoksida (CO):


(24)

Tabel 2.3. Sumber pencemaran gas CO

Sumber Pencemaran % bagian % total

Transportasi : 63.8

- mobil bensin 59.0

- mobil diesel 0.2

- pesawat terbang 2.4

- kereta api 0.1

- sepeda motor dll 1.8

Pembakaran stasioner : 1.9

- batubara 0.8

- minyak 0.1

- gas alam (dapat diabaikan) 0.0

- kayu 1.0

Proses Industri : 9.6 9.6

Pembuangan Limbah Padatan : 7.8 7.8

Lain-lain : 16.9

- Kebakaran Hutan 7.2

- Pembakaran batubara sisa 1.2

- Pembakaran limbah pertanian 8.3

- Pembakaran lain-lainnya 0.2

100 100

Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk daerah kota yang banyak kegiatan industrinya dan padat lalu lintasnya, udaranya sudah banyak tercemar gas CO sedangkan daerah pedesaan, pencemaran gas CO relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka belum terdapat bangunan diatasnya dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini disebabkan oleh mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat diatas tanah terbuka, disamping itu angin juga dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena terbawa angin ketempat lain.

2.2.2 Dampak pencemaran gas karbon monoksida (CO)

Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (kadar yang tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan dapat juga menimbulkan kematian. Karbon monoksida apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini


(25)

dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah.

CO menghalangi darah dalam menggangkut oksigen sehingga darah kekurangan oksigen dan jantung bekerja lebih berat. Bila seseorang menghirup CO pada kadar tinggi dan waktu tertentu dapat menimbulkan pingsan, bahkan kematian.

CO di udara dapat mengganggu kesehatan manusia. Masyarakat dengan aktifitas tinggi disekitar lalu lintas padat (polisi, tukang parkir, penjaga pintu tol, dll) dan pekerja pada tempat dengan hasil sampingan CO (bengkel kendaraan bermotor, industri logam, industri bahan bakar, industri kimia), merupakan kelompok yang paling dirugikan.

Dampak dari CO bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang, antara lain dapat memperparah kelompok penderita gangguan jantung dan paru-paru, kelahiran premature dan berat badan bayi, dll.

Keracunan gas CO dapat ditandai dengan keadaan ringan berupa pusing sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat lagi dapat ditandai dengan menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung sampai kepada kematian. Pertolongan bagi orang yang keracunan gas CO pada tingkat yang relatif ringan dapat dilakukan dengan membawa korban ketempat udara yang bersih dan memberikan kesempatan kepada korban untuk menarik nafas dalam-dalam.

Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-pari akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah (hemoglobin) :


(26)

Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5%. Disamping itu kadar CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan pernafasan tetap konstan.

Berdasarkan persamaan hubungan kadar CO Hb dalam darah dengan kadar CO di udara tersebut diatas diperoleh pengaruh kadar CO di udara terhadap manusia dalam waktu yang lama dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Klasifikasi kadar CO dan efeknya terhadap manusia Kadar CO di udara

(ppm)

Kadar COHb dalam darah (%)

Gangguan pada tubuh

3 0.98 Tidak ada

5 1.3 Belum begitu terasa

10 2.1 Sistem saraf sentral

20 3.7 Panca indera

40 6.9 Fungsi jantung

60 10.1 Sakit kepala

80 13.3 Sulit bernafas

100 16.5 Pingsan, kematian

(Mukono, 1997)

2.3.Kecepatan Angin

Kecepatan angin dalam data klimatologi adalah kecepatan angin horizontal pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah yang ditanami dengan rumput, jadi jelas merupakan angin permukaan yang dilaluinya. Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin (sebagai faktor pendorong) dan resistansi medan yang dilaluinya. (Nurmala, S.D,2004).


(27)

Perubahan arah dan kecepatan angin menunjukkan arah penyebaran dan fluktuasi konsentrasi di atmosfer. Perubahan angin juga dipakai untuk menentukan kelas stabilitas atmosfer. Stabilitas atmosfer yang didefenisikan oleh ASME (American Society Of Mechanical Engineer’s) dibagi menjadi 4 kategori yang dapat dikaitkan dengan kategori stabilitas PGT (Pasquill, Giffort, dan Turner), sebagai berikut :

Sangat labil : Kelas A dan B

Labil : Kelas C

Netral : Kelas D

Stabil : Kelas E dan F

Kelima kelas stabilitas atmosfer berdasarkan pengamatan meteorologi permukaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5. Kategori Stabilitas atmosfer

Kecepatan angin

permukaan pada 10 m (m/detik)

Siang Malam

Isolasi Mendung tipis /

awan permukaan lebih dari 4/8

Awan kurang dari 3/8

Kuat Sedang Lemah

< 2 A A – B B B -

2 – 3 A – B B C D E

3 – 5 B B – C C D E

5 – 6 B C – D D D D

> 6 C D D D D

Faktor gejala angin kencang bergejolaknya kuat sehingga konsentrasi pencemar menjadi menurun, sedangkan angin reda bergejolaknya lemah sehingga konsentrasi pencemar menjadi pekat. Misalkan pencemar di injeksikan ke dalam atmosfer mempunyai kecepatan satu satuan per detik. Tiap satuan dinyatakan degan sebuah gelembung. Gambar a menunjukkan kecepatan angin 4 m/detik, sehingga gelumbung pencemar terpisah sejauh 4 m, sedangkan dalam gambar b kecepatan angin 2 m/detik, dan gelembung pencemaran terpisah dengan jarak = ½ x 4 meter = 2


(28)

m. Jika faktor angin saja yang diperhatikan maka konsentrasi pencemar pada gambar b lebih pekat 2 kali dari konsentrasi pencemar dalam gambar a.

V = 4 m/s V = 2 m/s

E = 1/detik E = 1/detik

(a) Kecepatan angin 4 m/s (b) Kecepatan angin 2 m/s

Gambar 2.1. Perbandingan kadar pencemar dan kecepatan angin

Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin (sebagai faktor pendorong) dan resistensi medan yang dilaluinya. Hubungan antara kecepatan angin dan karateristik permukaan dapat dilihat pada rumus berikut :

[

u*/kk

]

.Ln

[

(Z ZM d)/(ZM)

]

u = + − ………(2.1)

Dengan :

u = kecepatan angin (m/det) u* = velositas friksi (m/det) kk = konstanta Von karman (0.4) Z = ketinggian dari permukaan tanah

ZM = parameter kekasaran momentum (momentum rougbness parameter) d = ketinggian alihan permukaan (zero plane displacement)

(Lakitan, 1994).

Angin kencang bergejolak kuat sehingga konsentrasi pencemar menjadi encer sedangkan angin reda bergolaknya lemah sehingga konsentrasi pencemar menjadi pekat (Bayong. T, 2004).


(29)

2.4. Suhu udara

Suhu merupakan karateristik inherent, dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Suhu udara akan berubah dengan nyata selama periode 24 jam. Perubahan suhu udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Serapan energi sinar matahari akan mengakibatkan suhu udara meningkat. Suhu udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum pada saat berkas cahaya jatuh tegak lurus yakni pada waktu tengah hari.

Sebagian radiasi pantulan dari permukaan bumi juga akan diserap oleh gas-gas dan partikel-partikel atmosfer. Karena kerapatan udara dekat permukaan lebih tinggi dan lebih berkesempatan untuk menyerap radiasi pantulan dari permukaan bumi, maka pada siang hari suhu udara dekat permukaan akan lebih tinggi dibandingkan pada lapisan udara yang lebih tinggi, sebaliknya pada malam hari terutama saat menjelang subuh, suhu udara dekat permukaan akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara pada lapisan udara yang lebih tinggi. (Lakitan, 2002). Pada siang hari dengan kondisi cuaca cerah suhu udara akan tinggi akibat sinar matahari yang diterima sehingga akan mengakibatkan pemuaian udara. Pemuaian udara mengakibatkan pengenceran konsentrasi gas pencemar.

Perubahan suhu pada setiap ketinggian mempunyai pengaruh yang besar pada pergerakan zat pencemar udara di atmosfer. Perubahan suhu ini disebut lapse rate. Turbulensi yang terjadi tergantung pada suhu. Di atmosfer sendiri diharapkan akan terjadi penurunan suhu dan tekanan sesuai dengan pertambahan tinggi. Udara ambien dan adiabatic lapse rates mempengaruhi terbentuknya stabilitas atmosfer. Dalam keadaan dimana suhu sekumpulan udara lebih tinggi dari sekitarnya, maka kerapatan dari udara yang bergerak naik dengan kecepatan rendah lebih kecil daripada kerapatan udara lingkungannya dan udara berhembus secara continue. Pada saat udara bergerak turun akan terbentuk aliran udara vertikal dan turbulensi terbentuk. Keadaan atmosfer dalam kondisi di atas dikatakan tidak stabil (unstable). Ketika sekumpulan udara menjadi lebih dingin dibandingkan dengan udara sekitarnya, sekumpulan udara itu akan kembali ke elevasinya semula. Gerakan ke bawah akan menghasilkan


(30)

sekumpulan udara yang lebih hangat dan akan kembali ke elevasi semula. Dalam kondisi atmosfer seperti ini, gerakan vertikal akan diabaikan oleh proses pendinginan adiabatik atau pemanasan, dan atmosfer akan menjadi stabil (stable). Jika sekumpulan udara terbawa ke atas akan melalui bagian yang mengalami penurunan tekanan dan akibatnya kumpulanan udara itu akan menyebar. Ekspansi tadi memerlukan kerja untuk melawan lingkungannya dan terjadi penurunan temperatur. Biasanya proses ini berlangsung singkat karena itu untuk menganalisanya dilakukan anggapan tidak terjadi transfer panas pada sekumpulan udara yang ditinjau serta sekumpulan udara mempunyai kerapatan dan suhu sama. Kondisi atmosfer seperti ini dikatakan netral (neutral) dan dikenal dengan lapse rate adiabatic.

2.5. Baku Mutu Udara Ambien

Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Udara yang mengelilingi bumi terdiri dari campuran beberapa macam gas yaitu Nitrogen (N2) sebanyak 78 %, Oksigen (O) sebanyak 20 %. Selain itu terdapat pula sebagian kecil gas lain seperti argon, helium, krypton, ozon dan lain-lain. Masuknya beberapa macam bahan kimia dan debu dalam udara maka konsentrasi udara berubah, sehingga udara menjadi tercemar dan dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia.

Oleh sebab itu dibuatlah suatu standart untuk menentukan kualitas udara yang disebut baku mutu udara ambien (ambient air quality standart) pada setiap negara. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.


(31)

Tabel 2.6. Baku Mutu Udara Ambien

No Parameter

Waktu pengu kuran

Baku Mutu Metode

analisis Peralatan

1 SO2 1 jam

(Sulfur Dioksida) 900 µg/Nm

Pararosanil in

3

Spektrofotometer

24 Jam 365 ug/Nm3

1 Thn 60 ug/Nm3

2 CO

(Karbon Monoksida) 1 jam

30.000 µg/Nm3 NDIR

(26 ppm) NDIR Analyzer

24 Jam 10.000 ug/Nm3

3 NO2 1 jam

(Nitrogen Dioksida) 400 µg/Nm Saltzman

3 Spektrofotometer

24 Jam 150 ug/Nm3

1 Thn 100 ug/Nm3

4 O3 (Oksidan) 1 jam 235 µg/Nm

Chemilumi nescent

3 Spektrofoometer

1 Thn 50 ug/Nm3

5 HC

(Hidro Karbon) 3 jam 160 µg/Nm

Flame Lonization ) 3 Gas Chromatografi 6 PM 24 jam 10

(Partikel < 10 µm) 150 µg/Nm

Gravimetri c

3 Hi – Vol

PM2,5( *

24 jam )

(Partikel < 2,5) 65 µg/Nm

Gravimetri c

3

Hi – Vol

1 Thn 15 ug/Nm Gravimetri

c

3

Hi – Vol

7 TSP (Debu) 24 jam 230 µg/Nm Gravimetri

c

3

Hi – Vol

1 Thn 90 ug/Nm3

8 Pb ( Timah Hitam) 24 jam 2 µg/Nm Gravimetri

c

3

Hi – Vol

1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif

9 Dustfall (Debu Jatuh) 30 hari

10 ton/km2/ Bulan (pemukiman)

Gravimetri


(32)

20 ton/km2/ Bulan (industri)

10 Total Flourides

(as F) 24 jam 3 µg/Nm

Spesific Ion

3

Impinger/ Countinous Analyzer

90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Countinous

Analyzer

11 Flour Indeks 30 hari

40 µg/Nm

Colouri metric

3

Dari kertas limed filter

Limed filter paper

12 Khlorine &

Khlorine Dioksida 24 jam 150 µg/Nm

Spesific Ion

3

Impinger/ Countinous Analyzer

13 Sulphat Indeks 30 hari

1 mg/SO3/100

Cm3 Colouri

metric dari lead

Peroksida

Lead peroxida candle

(Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999)

Catatan :

Nomor 10 s/d 13 Hanya di berlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia Dasar

Contoh : - Industri Petro Kimia

- Industri Pembuatan Asam Sulfat.

Baku Mutu Udara Ambien memiliki 13 parameter, tiap parameter disertai dengan nilai maksimalnya. Nilai-nilai tersebut umumnya dinyatakan dalam (µg) permeter kubik udara dalam kondisi normal (umumnya pada suhu 250 C dan tekanan 1 atmosfer) kualitas udara ambien dikatakan baik jika konsentrasi polutan-polutannya masih dibawah nilai baku mutunya.


(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat-alat Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 1. Carbon Analyzer (AQ 5000 Pro)

Berfungsi sebagai perekam gas karbon monoksida (CO) dan suhu udara. 2. Anemometer digital (AM 4201)

Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin 3. GPS (GPSmap 60CSx)

Berfungsi untuk menentuk posisi pengambilan data. 4. Stopwatch


(34)

3.2 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan

(izin penelitian, peminjaman alat)

Survei lokasi Grid Lokasi

Pengukuran kecepatan angin

Pengambilan sampel CO dan suhu udara

Data CO dan suhu udara

Data kecepatan angin

Pengolahan data

Kesimpulan


(35)

3.3 Prosedur Penelitian

1. 25 Juni 2010 survei lokasi untuk menentukan titik-titik pengambilan data dengan syarat titik daerah tersebut jauh dari jalan yang banyak kendaraannya, daerahnya lapang, tidak ada pohon yang rindang, tidak dekat bangunan yang tinggi, masih disekitar pabrik industri dan arah angin datang dari pabrik menuju titik pengambilan sampel.

2. 26 Juni 2010 hari pertama pengambilan sampel. Setelah tiba di titik tempat pengambilan data yang telah ditentukan selanjutnya mempersiapkan peralatan. 3. Kemudian di titik pengambilan sampel yang sudah ditentukan langkah pertama

adalah mengaktifkan Carbon Analyzer untuk merekam data gas CO disekitar titik pengambilan data sekaligus menghidupkan stopwatch.

4. Selama perekaman data berlangsung, kecepatan angin diukur menggunakan anemometer digital.

5. Setelah 1 jam perekaman data, perekaman dihentikan selanjutnya koordinat lokasi yang ditentukan oleh GPS dicatat.

6. Selanjutnya mengemas semua peralatan untuk menuju ke titik berikutnya. 7. 28 Juni 2010 hari kedua pengambilan data, kegiatan yang dilakukan seperti

pada hari pertama pada titik yang berikutnya sesuai survei lokasi.


(36)

3.4 Grid Lokasi Penelitian

2

3

4

6

5

7

8

Keterangan :

: Kawasan Industri Medan (KIM)

: Titik pengambilan sample

: Arah angin dominan

Gambar 3.1. Skema penyebaran titik sampel 1


(37)

3.5. Posisi dan Jarak Pengambilan Tiap Titik Sampel

Tabel 3.1. Koordinat lokasi pengambilan sampel

No Lokasi Koordinat Jarak

(km)

1 Lapangan Jl. Kayu

Putih (Area KIM) N = 3 0

E = 98

39’43.7” 041’28.4” 0

2 Persawahan Jl.

Bantenan N = 3

0

E = 98

39’43.7” 041’28.4” 0,97

3 Persawahan Jl. Lorong

Rahayu N = 3

0

E = 98

39’14.9” 040’05.1” 0,91

4 Persawahan Jl. Rumah

Potong Hewan (RPH) N = 3 0

E = 98

39’08.9” 040’57.3” 1,20

5 Sisi Jl. Tol N = 3039’23.7” E = 98041’19.7” 1,59

6 Lapangan Jl. Kayu

Putih N = 3

0

E = 98

39’43.7” 041’29.4” 2,31

7 Pemukiman Jl.

Pematang Pasir N = 3

0

E = 98

39’52.3” 041’35.3” 2,85

8 Jl. Bundar, Sekolah

Yayasan KAI N = 3

0

E = 98

40’00.1” 041’04.8” 4,01

3.6 Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya di analisa dengan regresi linier menggunakan program SPSS versi 11.5 dengan teknik regresi linier. Dalam regresi linier akan ditentukan hubungan X1, X2 terhadap Y sehingga akan di dapatkan regresi Y atas X1, X2 selanjutnya dilakukan pengujian koefisien-koefisien regresi dan di tentukan koefisien determinansi.

Dengan : X1 = Kecepatan angin X2 = Suhu udara Y = Kadar CO


(38)

3.6.1. Hubungan fungsional antara variabel

Untuk analisa regresi dibedakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tak bebas. Variabel bebas dinyatakan dengan X1, X2,……Xk (k ≥ 1) dan variabel tak bebas akan dinyatakan dengan Y. Dalam hal ini akan ada tiga variabel, yaitu variabel Y, variabel X1 dan variabel X2 yang masing-masing menyatakan kadar gas CO, kecepatan angin dan suhu udara. Ketiga variabel ini mempunyai harga sehingga apabila ada variabel harganya berubah maka variabel lain juga berubah. Secara matematik dapat dinyatakan dalam persamaan :

Y = F (X1, X2

) 5 . 3 ( .. ... ... ... ... ... ... ... ) ( ) ( ) 4 . 3 ( ... ... ... ... ... ) ( ) )( ( ) ( ) ( 2 2 2 2 2

∑ ∑

− − = − − = i i i i i i i i i i i i i X X n Y X Y X n b X X n Y X X X Y a )…... ………. (3.2)

3.6.2. Regresi Linier Sederhana

Bentuk umum regresi linier sederhana dengan sebuah variabel bebas: Y = a + bX ……….……… (3.3) Koefisien-koefisien regresi a dan b di hitung dengan rumus :

Untuk menghitung r (koefisien korelasi) digunakan persamaan :

(

)( )

(

)

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

...(3.5)

− − = i i i i i i i i Y Y n X X n Y X Y X n r


(39)

3.6.3. Regresi Linier Ganda

Untuk regresi linier ganda dengan dua variabel bebas digunakan rumus :

Y = ao + a1 X1 + a2 X2...……...………...….. (3.6)

Koefisen a0, a1 dan a2

) 9 . 3 ( .... ... ... ... ... ... ) 8 . 3 ( ... ... ... .... ... ... ) 7 . 3 ( .... ... ... ... ... ... ... 2 2 2 2 1 1 2 0 2 2 1 2 2 1 1 1 0 1 2 2 1 1 0 i i i i i i i i i i i i i i i X a X X a X a X Y X X a X a X a X Y X a X a n a Y ∑ + ∑ + ∑ = ∑ ∑ + ∑ + ∑ = ∑ ∑ + ∑ + = ∑

dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Harga a0, a1 dan a2 dapat langsung disubstitusikan kepersamaan (3.2) dan diperoleh model regresi linier Y atas X1 dan X2. a1 berarti perubahan rata-rata Y untuk setiap perubahan satuan dalam variabel X1. Apabila X1 dan X2 dianggap tetap, maka a2 dianggap sebagai perubahan rata-rata Y untuk setiap perubahan satuan dalam variabel X2

h F .

Pengujian koefisien regresi linier ganda dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut :

= 1 − −k n JK k JK res reg

JKreg = Jumlah kuadrat regresi JKres = Jumlah kuadrat residu n = Banyaknya data

k = Banyaknya variabel yang bebas

Untuk memperoleh JKreg dan JKres digunakan rumus :

JKreg = a1 Σ X1 Y + a2 Σ X2 Y +…………. . + n Σ Xn Y……. (3.11)


(40)

Dengan Σ (Yi - Ŷ)2 adalah deviasi nilai Y disekitar rata-rata. Untuk menghitung R2

) 13 . 3 ( . ... ... ... ... ... ... ... ...

2 2

= i reg y JK R

digunakan persamaan :

Dengan x1i = X1iX1, x2i = X2iX2..……. xki = XkiXk dan yi =YiY

Untuk menguji nyata atau tidak nyata kadar gas CO terhadap pengaruh kecepatan angin dan suhu udara secara bersama-sama digunakan uji statistik F. Jika Fhitung > Ftabel dari statistik F dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n – k – 1) pada taraf nyata 5 % maka persamaan regresi multipel berarti nyata. dalam hal lainnya persamaan regresi linier multipel tidak berarti atau tidak nyata.


(41)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian ini dilakukan pada siang hari yaitu pada waktu cerah dan suhu udara panas, dan penelitian ini dilakukan hanya dengan pengukuran sesaat, yaitu sekitar 1 (satu) jam per titik sample. Berdasarkan penelitian ini dari alat carbon analyzer diperoleh konsentrasi gas karbon monoksida (CO) dan suhu udara, menggunakan alat anemometer diperoleh kecepatan angin, menggunakan Global Position System (GPS) diperoleh titik koordinat tempat pengambilan sampel.

Tabel. 4.1. Data hasil penelitian yang terdiri dari titik koordinat, waktu, kadar CO, kecepatan angin dan suhu udara

No Koordinat Waktu

(jam)

CO (ppm)

Kecepatan Angin (m/s)

Suhu (0C) 1 N = 30

E = 98

39’43.7” 041’28.4” 1 9 0.6 32.5

2 N = 30

E = 98

39’43.7” 041’28.4” 1 5 3.9 32.0

3 N = 30

E = 98

39’14.9” 040’05.1” 1 8 1.7 33.6

4 N = 30

E = 98

39’08.9” 040’57.3” 1 6 2.8 31.3

5 N = 30

E = 98

39’23.7” 041’19.7” 1 7 2.2 32.6

6 N = 30

E = 98

39’43.7” 041’29.4” 1 7 2.4 32.7

7 N = 30

E = 98

39’52.3” 041’35.3” 1 3 2.6 31.1

8 N = 30

E = 98

40’00.1” 041’04.8” 1 4 2.2 28.6

Data penelitian diatas merupakan data hasil pengukuran sesaat, pengukuran dilakukan selama 1 jam dengan demikian kadar gas karbon monoksida (CO) di udara sekitar Kawasan Industri Medan (KIM) akan dibandingkan dengan nilai


(42)

ambang batas untuk pengukuran 1 (satu) jam. Gas karbon monoksida yang terdeteksi oleh carbon analyzer diharapkan adalah gas karbon monoksida dari industri, untuk memperoleh hal tersebut dilakukan usaha meminimalkan faktor pengganggu saat pengambilan sampel. Usaha yang dapat dilakukan adalah mencari titik pengambilan sampel dengan kriteria jauh dari jalan yang banyak kendaraan, jauh dari gedung dan pohon tinggi, di tanah lapang, dan tidak jauh dari sumber (KIM).

4.2. Pembahasan

4.2.1. Analisa kadar gas karbon monoksida (CO)

Nilai kadar gas karbon monoksida (CO) di sekitar Kawasan Industri Medan (KIM) diperoleh dari alat pendeteksi gas CO yaitu carbon analyzer. Nilai kadar gas CO akan dibandingkan dengan nilai kadar gas CO pada baku mutu udara ambien Nasional Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999. Pada baku mutu udara ambien ditetapkan bahwa batas kadar gas CO dalam udara yang tidak membahayakan sampai 26 ppm. Perbandingan kadar gas CO hasil penelitian dengan baku mutu udara ambien Nasional dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2. Perbandingan kadar gas CO hasil penelitian dengan baku mutu udara ambien Nasional (26 ppm) dalam pengukuran 1 jam

No Lokasi Koordinat CO

(ppm) Keterangan

1

Lapangan Jl. Kayu Putih (Area KIM)

N = 3039’43.7” E = 98041’28.4” 9 B.m NAB

2 Persawahan Jl.

Bantenan N = 3

0

E = 98

39’43.7” 041’28.4” 5 B.m NAB

3 Persawahan Jl.

Lorong Rahayu N = 3 0

E = 98

39’14.9” 040’05.1” 8 B.m NAB

4

Persawahan Jl. Rumah Potong Hewan (RPH)

N = 3039’08.9” E = 98040’57.3” 6 B.m NAB

5 Sisi Jl. Tol N = 3039’23.7” E = 98041’19.7” 7 B.m NAB

6 Lapangan Jl.

Kayu Putih N = 3 0

E = 98


(43)

7 Pemukiman Jl.

Pematang Pasir N = 3 0

E = 98

39’52.3” 041’35.3” 3 B.m NAB

8

Jl. Bundar, Sekolah Yayasan KAI

N = 3040’00.1” E = 98041’04.8” 4 B.m NAB

Keterangan : B.m NAB (Belum melewati Nilai Ambang Batas)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang baku mutu udara ambien Nasional bahwa kadar gas CO tidak boleh melewati dari 26 ppm untuk pengukuran satu jam. Dari tabel 4.2 dapat dilihat Berdasarkan perbandingan kadar gas karbon monoksida (CO) dengan baku mutu udara ambien nasional didapatkan bahwa kadar gas CO di sekitar Kawasan Industri Medan (KIM) belum melewati nilai ambang batas artinya masih berada dalam kondisi yang tidak membahayakan kesehatan.

4.2.2. Data kadar CO dan jarak pengambilan sampel dari sumber (area KIM)

Data kadar gas CO dan jarak tiap titik sampel dari sumber (Area KIM dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Data kadar CO dan Jarak pengambilan sampel

No Lokasi Koordinat CO

(ppm)

Jarak (km)

1

Lapangan Jl. Kayu Putih (Area KIM)

N=3039’43.7” E=98041’28.4” 9 0

2 Persawahan Jl.

Bantenan N=3

0

E=98

39’43.7” 041’28.4” 5 0.97

3 Persawahan Jl.

Lorong Rahayu N=3 0

E=98

39’14.9” 040’05.1” 8 0.91

4

Persawahan Jl. Rumah Potong Hewan (RPH)

N=3039’08.9” E=98040’57.3” 6 1.20

5 Sisi Jl. Tol N=3039’23.7” E=98041’19.7” 7 1.59

6 Lapangan Jl.

Kayu Putih N=3

0

E=98

39’43.7” 041’29.4” 7 2.31

7 Pemukiman Jl.

Pematang Pasir N=3 0

E=98

39’52.3” 041’35.3” 3 2.85

8

Jl. Bundar, Sekolah Yayasan KAI


(44)

4.2.3. Analisa hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin

Data kadar gas karbon monoksida dan kecepatan angin dapat di lihat pada tabel 4.4. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat grafik hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap kecepatan angin pada gambar 4.2.

Tabel 4.4. Hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin.

No Lokasi Koordinat CO

(ppm)

Kecepatan Angin

(m/s)

1

Lapangan Jl. Kayu Putih (Area KIM)

N=3039’43.7” E=98041’28.4” 9 0.6

2 Persawahan Jl.

Bantenan N=3

0

E=98

39’43.7” 041’28.4” 5 3.9

3 Persawahan Jl.

Lorong Rahayu N=3 0

E=98

39’14.9” 040’05.1” 8 1.7

4

Persawahan Jl. Rumah Potong Hewan (RPH)

N=3039’08.9” E=98040’57.3” 6 2.8

5 Sisi Jl. Tol N=3039’23.7” E=98041’19.7” 7 2.2

6 Lapangan Jl.

Kayu Putih N=3

0

E=98

39’43.7” 041’29.4” 7 2.4

7 Pemukiman Jl.

Pematang Pasir N=3 0

E=98

39’52.3” 041’35.3” 3 2.6

8

Jl. Bundar, Sekolah Yayasan KAI


(45)

Gambar 4.1. Grafik hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap kecepatan angin (m/s)

Berdasarkan grafik hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin pada gambar 4.1 terlihat bahwa nilai kadar gas karbon monoksida (CO) semakin rendah jika kecepatan angin semakin besar. Hal ini terjadi karena pada kecepatan angin yang besar akan mempercepat terjadinya penurunan kadar gas CO, akibat pergerakan udara maka akan terjadi suatu proses penyebaran gas yang dapat mengakibatkan penurunan kadar pencemar. Gas CO yang terbawa angin yang akan lebih cepat menyebar ke daerah yang luas karena terjadi pertambahan volume wadah dan tidak diikuti pertambahan kadar gas maka terjadi penurunan kadar gas CO. Berdasarkan grafik diatas diperoleh hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin pada regresi linier dengan persamaan Y = -1.391x + 9.325 dengan r2 = 0.414.

Dengan : Y = Kadar gas karbon monoksida CO (ppm) x = Kecepatan angin (m/s)

r2 = Koefisien determinasi hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin


(46)

Harga ini menyatakan bahwa kecepatan angin mempengaruhi kadar gas CO sebesar R = 0.414 atau 41,4 %. Untuk sisanya 58,6 % adalah faktor lain diluar kecepatan angin.

Berdasarkan nilai koefisien determinasi yang diperoleh bahwa kecepatan angin mempengaruhi kadar gas karbon monoksida (CO) sebesar r2

4.2.4. Analisa hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara

= 0.414 atau 41.4% nilai rata-rata kecepatan angin terendah adalah 0.6 m/s dengan kadar gas CO 9 ppm. Karena ini adalah kecepatan angin rendah maka proses penyebaran gas karbon monoksida (CO) akan berlangsung lambat dan nilai rata-rata kecepatan angin tertinggi adalah 3.9 m/s dengan kadar gas CO 5 ppm, nilai kadar karbon monoksida (CO) rendah karena nilai rata-rata kecepatan angin pada titik ini cukup tinggi sehingga mengakibatkan penyeberan berlangsung dengan cepat.

Data kadar gas karbon monoksida dan suhu udara dapat di lihat pada tabel 4.5. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat grafik hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap suhu udara pada gambar 4.3.

Tabel 4.5. Hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara

No Lokasi Koordinat CO

(ppm)

Suhu Udara

(0C)

1

Lapangan Jl. Kayu Putih (Area KIM)

N=3039’43.7” E=98041’28.4” 9 32.5

2 Persawahan Jl.

Bantenan N=3

0

E=98

39’43.7” 041’28.4” 5 32.0

3 Persawahan Jl.

Lorong Rahayu N=3 0

E=98

39’14.9” 040’05.1” 8 33.6

4

Persawahan Jl. Rumah Potong Hewan (RPH)

N=3039’08.9” E=98040’57.3” 6 31.3

5 Sisi Jl. Tol N=3039’23.7” E=98041’19.7” 7 32.6

6 Lapangan Jl.

Kayu Putih N=3

0

E=98

39’43.7” 041’29.4” 7 32.7

7 Pemukiman Jl.

Pematang Pasir N=3 0

E=98

39’52.3” 041’35.3” 3 31.1

8

Jl. Bundar, Sekolah Yayasan KAI


(47)

Gambar 4.2. Grafik hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap suhu udara (0C)

Dari grafik hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap suhu udara pada gambar (4.2) menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu udara maka kadar gas CO akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena reaksi pembakaran yang menghasilkan panas pada suhu tinggi akan membantu terjadinya penguraian (disosiasi) gas CO2 menjadi gas CO. Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO2 yang terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak. Nilai rata-rata suhu udara tertinggi sebesar 33.6 0C dengan kadar gas CO 8 ppm dan Nilai rata-rata suhu udara terendah sebesar 28.6 0C dengan kadar gas CO 4 ppm.

Hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap suhu udara pada regresi linier mempunyai persamaan :

Y = -0.969x - 24.69 dengan r2 = 0.526

Dengan : Y = Kadar gas karbon monoksida CO (ppm) x = Suhu udara (0C)


(48)

Harga ini menyatakan bahwa suhu udara mempengaruhi kadar gas CO sebesar R = 0.526 atau 52.6 %. Untuk sisanya 47,4 % adalah faktor lain diluar suhu udara.

4.2.5. Analisa regresi linier berganda pada kadar gas CO

Data kadar gas karbon monoksida, kecepatan angin dan suhu udara dapat di lihat pada tabel 4.6. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat grafik 3 dimensi dan kontur hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap kecepatan angin dan suhu udara pada gambar (4.4) dan gambar (4.5).

Tabel 4.6. Hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin dan suhu udara

No CO (ppm) Kecepatan Angin

(m/s)

Suhu Udara (0C)

1 9 0.6 32.5

2 5 3.9 32.0

3 8 1.7 33.6

4 6 2.8 31.3

5 7 2.2 32.6

6 7 2.4 32.7

7 3 2.6 31.1


(49)

Gambar 4.3. Grafik 3 dimensi hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap kecepatan angin (m/s) dan suhu udara (0C)


(50)

1 1.5 2 2.5 3 3.5 29

29.5 30 30.5 31 31.5 32 32.5 33 33.5

1 1.5 2 2.5 3 3.5

3 3.4 3.8 4.2 4.6 5 5.4 5.8 6.2 6.6 7 7.4 7.8 8.2 8.6 9

Suhu ( C)

0

CO (ppm)

Kecepatan Angin

(m/s)

Gambar 4.4. Kontur hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap kecepatan angin (m/s) dan suhu udara (0C)


(51)

Untuk menganalisa pengaruh kecepatan angin dan suhu udara secara bersama-sama terhadap kadar karbon monoksida (CO) dilakukan analisa regresi linier berganda. dengan menggunakan program SPSS 11.5. Berdasarkan hasil keluaran output SPSS 11.5 di peroleh persamaan regresi linier berganda yaitu :

Y = -17,586 – 1,114 X1 + 0,826 X2

Keterangan : Y = Karbon Monoksida (CO) X1 = Kecepatan Angin

X2 = Suhu Udara

Untuk menguji nyata atau tidak nyata pengaruh kecepatan angin dan suhu udara terhadap kadar gas CO secara bersama-sama digunakan uji statistik F. Jika Fhitung > Ftabel, . maka persamaan regresi linier berganda bersifat nyata.

Keterangan : Fh = Fhitung Ftab = Ftabel

Dari hasil output SPSS di peroleh Fh = 8,908. Dari daftar distribusi F dengan dk pembilang (k) = 2, dk penyebut (n-k-1) = 5 diperoleh harga Ftab= 6,59.

Dari hasil diatas maka diketahui harga Fh (8,908) > Ftab (6,59). Hal ini berarti regresi linier berganda bersifat nyata, artinya bahwa kecepatan angin dan suhu udara secara bersama-sama berpengaruh terhadap kadar gas karbon monoksida (CO).


(52)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang di peroleh dan analisa data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengukuran kadar gas karbon monoksida (CO) yang dilakukan di sekitar Kawasan Industri Medan (KIM) dengan jarak pengukuran 0 km, 0,97 km, 0,91 km, 1,20 km 1,59 km, 2,31 km, 2,85 km dan 4,01 km mendapatkan hasil kadar CO yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh pengaruh yaitu kecepatan angin, suhu udara dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar gas pencemar. 2. Berdasarkan perbandingan kadar gas karbon monoksida (CO) dengan baku mutu

udara ambien nasional didapatkan bahwa kadar gas karbon monoksida CO di sekitar Kawasan Industri Medan belum melewati nilai ambang batas artinya masih berada dalam kondisi yang tidak membahayakan kesehatan. Kadar CO tertinggi terdapat

3. Hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap kecepatan angin didapatkan bahwa semakin besar kecepatan angin maka kadar gas CO

di titik pertama dengan kadar 9 ppm dan terendah terdapat di titik ketujuh dengan kadar 3 ppm.

4. Hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap suhu udara didapatkan bahwa semakin tinggi suhu udara maka kadar gas CO akan semakin meningkat. Suhu udara paling tinggi adalah sekitar 33,6 dengan jumlah kadar CO sebesar 8 ppm.

semakin berkurang. Kecepatan angin tertinggi adalah sekitar 3,9 m/s dengan jumlah kadar CO sebesar 5 ppm


(53)

5.2. Saran

1. Kepada peneliti berikutnya di sarankan agar memperbanyak titik pengambilan sampel dan menyebar ke segala arah dilakukan pada waktu siang, malam, dan pagi hari untuk memperoleh bagaimana pola penyebaran gas untuk masing-masing waktu pengambilan sampel dan memperoleh data kadar gas lebih mendekati yang sebenarnya.

2. Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyarankan kepada pihak industri untuk mengurangi pembuangan gas pada siang hari dan mengalihkannya pada malam atau pagi hari, karena pada siang hari suhu udara tinggi sehingga menambah kemungkinkan terjadinya gas CO.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Banuwas dan Pujambi, 1998. Industri dan Pencemaran Radionuklida Alam di Lingkungan, www.batan.go.id/ptkmr/Alara/062.pdf.

Benyamin, lakitan.1994. Dasar-Dasar klimatologi. Jakarta. Rajawali Pers. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta. Kanisius.

Giddings, J.S. 1973. Chemistry Man and Environmental Change. New York. Canfield Press.

Kastiyowati, Indah, 2001. Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara, Puslitbang Tek Balitbang Dephan

Kementrian Negara Lingkungan hidup (KLH). 2007. Memprakirakan Dampak Lingkungan : Kualitas Udara. Jakarta.

Mukono, Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan, 1997

Mukono.1999. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya. Airlangga University Press.

Neiburger. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfir Kita. Penerbit ITB

Nurhasmawaty, P. 2003. pencemaran udara. Diakses tanggal 10 Desember 2009.

Pohan, N, 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam, library.usu.ac.id/php?op=modload&name=Downloads&file=index&reg=getit &lid=1829,Senin,05/07/2010.

Santoso,S, 2008. Paduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta. Penerbit PT Elex Media Komputindo.

SNI 19-7119.2-2005. Cara uji kadar Nitrogen Dioksida (NO2) dengan metoda Griess

Saltzman menggunakan spektrofotometer. Diakses tanggal 4 desember 2009. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Edisi keenam. Bandung. Tarsito.

Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, 2001


(55)

LAMPIRAN A

GAMBAR ALAT-ALAT PENELITIAN

1. Carbon Analyzer ( Type AQ 5000 Pro)


(56)

3. GPS (Type GPSmap 60CSx)


(57)

LAMPIRAN B

Tabel 1. Data Penolong Untuk Perhitungan Regresi Linier Sederhana dan Regresi Linier Berganda Untuk Perhitungan Secara Manual

No X1 X2 Y X12 X22 Y2 X1Y X2Y X1X2

1 0.6 32.5 9 0.36 1056.25 81 5.4 292.5 19.5

2 3.9 32 5 15.21 1024 25 19.5 160 124.8

3 1.7 33.6 8 2.89 1128.96 64 13.6 268.8 57.12 4 2.8 31.3 6 7.84 979.69 36 16.8 187.8 87.64 5 2.2 32.6 7 4.84 1062.76 49 15.4 228.2 71.72 6 2.4 32.7 7 5.76 1069.29 49 16.8 228.9 78.48

7 2.6 31.1 3 6.76 967.21 9 7.8 93.3 80.86

8 2.2 28.6 4 4.84 817.96 16 8.8 114.4 62.92

Jumlah 18.4 254.4 49 48.5 8106.12 329 104.1 1573.9 583.04 Average 2.3 31.8 6.125

Tabel 2 . Data Penolong Untuk Perhitungan uji F Untuk Perhitungan Secara Manual

No X1 X2 Y Ŷ Y- Ŷ (Y- Ŷ)

1 0.6 32.5 9 9.3513 -0.3513 0.123412

2 3.9 32 5 11.7457 -6.7457 45.50447

3 1.7 33.6 8 11.2983 -3.2983 10.87878

4 2.8 31.3 6 10.1615 -4.1615 17.31808

5 2.2 32.6 7 10.8228 -3.8228 14.6138

6 2.4 32.7 7 11.0861 -4.0861 16.69621

7 2.6 31.1 3 9.8075 -6.8075 46.34206

8 2.2 28.6 4 7.1948 -3.1948 10.20675

Jumlah 18.4 254.4 49 81.468 -32.468 161.6836


(58)

Tabel Konversi ppm Ke µg/Nm3

No

Konversi ppm Ke µg/Nm

3

ppm

µg/Nm

3

1

9 10306.74

2

5 5725.97

3

8 9161.55

4

6 6871.16

5

7 8016.35

6

7 8016.35

7

3 3435.58

8

4 4580.77

Rumus Konversi ppm Ke µg/Nm3

3

m mg

:

=

45 . 24

) (ppm xBM n

3

Nm g

µ

=

45 . 24

) (ppm xBM n

× 3

10

Keterangan :

n : jumlah kadar CO dalam ppm BM : Berat Molekul CO (C=12 ; O = 16)


(59)

Hasil Output Menggunakan SPSS 11.5

:

Hubungan Kadar gas CO terhadap Kecepatan angin

Variables Entered/Removedb

Xa . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Y b.

Model Summaryb

.644a .414 .317 1.679

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), X

a.

Dependent Variable: Y b.

ANOVAb

11.968 1 11.968 4.247 .085a

16.907 6 2.818

28.875 7 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), X a.

Dependent Variable: Y b.

Coefficientsa

9.326 1.663 5.609 .001

-1.392 .675 -.644 -2.061 .085

(Constant) X

Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Y a.


(60)

Residuals Statisticsa

3.90 8.49 6.12 1.308 8

-1.703 1.809 .000 1.000 8

.597 1.292 .793 .293 8

2.61 7.75 5.89 1.506 8

-2.71 1.10 .00 1.554 8

-1.613 .656 .000 .926 8

-1.739 .967 .054 1.034 8

-3.15 2.39 .23 1.986 8

-2.254 .960 -.055 1.192 8

.011 3.273 .875 1.376 8

.014 .547 .153 .180 8

.002 .468 .125 .197 8

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Y a.

Charts

Normal P-P Plot of Regression Stand Dependent Variable: Y

Observed Cum Prob

1.00 .75

.50 .25 0.00

E

xp

ect

ed

C

um

P

rob

1.00

.75

.50

.25


(61)

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Regression Standardized Predicted Value

2.0 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 R egr essi on S tude nt ize d D el et ed ( P re ss) R esi dua l 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5 Scatterplot

Dependent Variable: Y

Y 10 9 8 7 6 5 4 3 2 R egr essi on S tand ar di ze d P redi ct ed V al u e 2.0 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 Scatterplot

Dependent Variable: Y

Regression Standardized Predicted Value

2.0 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 R egr essi on S tude nt ize d D el et ed ( P re ss) R esi dua l 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5


(62)

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Y 10 9 8 7 6 5 4 3 2 R egr essi on S tand ar di ze d P redi ct ed V al u e 2.0 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 Scatterplot

Dependent Variable: Y

Regression Standardized Predicted Value

2.0 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 R egr essi on S tude nt ize d D el et ed ( P re ss) R esi dua l 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5 Scatterplot

Dependent Variable: Y

Y 10 9 8 7 6 5 4 3 2 R egr essi on S tand ar di ze d P redi ct ed V al u e 2.0 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0


(63)

Hasil Output Menggunakan SPSS 11.5

:

Hubungan Kadar gas CO terhadap Suhu Udara

Variables Entered/Removedb

Xa . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Y b.

Model Summaryb

.726a .527 .448 1.509

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), X

a.

Dependent Variable: Y b.

ANOVAb

15.215 1 15.215 6.683 .041a

13.660 6 2.277

28.875 7 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), X a.

Dependent Variable: Y b.

Coefficientsa

-24.694 11.933 -2.069 .084

.969 .375 .726 2.585 .041

(Constant) X

Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Y a.


(64)

Residuals Statisticsa

3.02 7.87 6.13 1.474 8

-2.103 1.183 .000 1.000 8

.539 1.313 .714 .261 8

-.02 7.81 5.76 2.432 8

-2.45 2.20 .00 1.397 8

-1.622 1.456 .000 .926 8

-1.764 1.584 .079 1.086 8

-2.90 4.02 .37 2.162 8

-2.322 1.896 .059 1.304 8

.017 4.425 .875 1.498 8

.000 2.686 .409 .927 8

.002 .632 .125 .214 8

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Y a.

Charts

Normal P-P Plot of Regression Stand Dependent Variable: Y

Observed Cum Prob

1.00 .75

.50 .25 0.00

E

xp

ect

ed

C

um

P

rob

1.00

.75

.50

.25


(65)

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Regression Standardized Predicted Value

1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5 R egr essi on S tude nt ize d D el et ed ( P re ss) R esi dua l 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot

Dependent Variable: Y

Y 10 9 8 7 6 5 4 3 2 R egr essi on S tand ar di ze d P redi ct ed V al u e 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5


(66)

Variables Entered/Removedb

X2, X1a . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Y b.

Hasil Output Menggunakan SPSS 11.5 Untuk

Regresi Linier

Berganda

Model Summaryb

.884a .781 .693 1.125

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), X2, X1

a.

Dependent Variable: Y b.

ANOVAb

22.547 2 11.274 8.908 .022a

6.328 5 1.266

28.875 7 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), X2, X1 a.

Dependent Variable: Y b.

Coefficientsa

-17.586 9.374 -1.876 .119

-1.114 .463 -.515 -2.407 .061

.826 .286 .619 2.891 .034

(Constant) X1 X2 Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Y a.


(67)

Casewise Diagnosticsa

.359 9 8.60 .40

.437 5 4.51 .49

-.249 8 8.28 -.28

.751 6 5.16 .84

.091 7 6.90 .10

.216 7 6.76 .24

-1.967 3 5.21 -2.21

.362 4 3.59 .41

Case Number 1 2 3 4 5 6 7 8

Std. Residual Y

Predicted

Value Residual

Dependent Variable: Y a.

Residuals Statisticsa

3.59 8.60 6.13 1.795 8

-1.411 1.377 .000 1.000 8

.454 1.007 .656 .225 8

1.95 8.43 5.80 2.174 8

-2.21 .84 .00 .951 8

-1.967 .751 .000 .845 8

-2.149 .826 .094 .987 8

-2.64 2.05 .32 1.415 8

-6.975 .795 -.528 2.631 8

.264 4.734 1.750 1.750 8

.001 .886 .201 .297 8

.038 .676 .250 .250 8

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Y a.

Charts

Normal P-P Plot of Regression Stand Dependent Variable: Y

Observed Cum Prob

1.00 .75 .50 .25 0.00 E xp ect ed C um P rob 1.00 .75 .50 .25 0.00


(68)

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Regression Standardized Predicted Value

1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 R egr essi on S tude nt ize d D el et ed ( P re ss) R esi dua l 2 0 -2 -4 -6 -8 Scatterplot

Dependent Variable: Y

Y 10 9 8 7 6 5 4 3 2 R egr essi on S tand ar di ze d P redi ct ed V al u e 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 Scatterplot

Dependent Variable: Y

Y 10 9 8 7 6 5 4 3 2 R egr essi on S tand ar di ze d P redi ct ed V al u e 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5


(1)

Hasil Output Menggunakan SPSS 11.5

:

Hubungan Kadar gas CO terhadap Suhu Udara

Variables Entered/Removedb

Xa . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method All requested variables entered.

a.

Dependent Variable: Y b.

Model Summaryb

.726a .527 .448 1.509

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), X

a.

Dependent Variable: Y b.

ANOVAb

15.215 1 15.215 6.683 .041a

13.660 6 2.277

28.875 7

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), X a.

Dependent Variable: Y b.

Coefficientsa

-24.694 11.933 -2.069 .084

.969 .375 .726 2.585 .041

(Constant) X

Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Y a.


(2)

Residuals Statisticsa

3.02 7.87 6.13 1.474 8

-2.103 1.183 .000 1.000 8

.539 1.313 .714 .261 8

-.02 7.81 5.76 2.432 8

-2.45 2.20 .00 1.397 8

-1.622 1.456 .000 .926 8

-1.764 1.584 .079 1.086 8

-2.90 4.02 .37 2.162 8

-2.322 1.896 .059 1.304 8

.017 4.425 .875 1.498 8

.000 2.686 .409 .927 8

.002 .632 .125 .214 8

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Y a.

Charts

Normal P-P Plot of Regression Stand

Dependent Variable: Y

Observed Cum Prob

1.00 .75

.50 .25 0.00

E

xp

ect

ed

C

um

P

rob

1.00

.75

.50

.25


(3)

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Regression Standardized Predicted Value

1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5

R

egr

essi

on S

tude

nt

ize

d D

el

et

ed (

P

re

ss)

R

esi

dua

l

2

1

0

-1

-2

-3

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Y

10 9 8 7 6 5 4 3 2

R

egr

essi

on S

tand

ar

di

ze

d

P

redi

ct

ed

V

al

u

e

1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 -2.0 -2.5


(4)

Variables Entered/Removedb

X2, X1a . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method All requested variables entered.

a.

Dependent Variable: Y b.

Hasil Output Menggunakan SPSS 11.5 Untuk

Regresi Linier

Berganda

Model Summaryb

.884a .781 .693 1.125

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), X2, X1

a.

Dependent Variable: Y b.

ANOVAb

22.547 2 11.274 8.908 .022a

6.328 5 1.266

28.875 7

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), X2, X1 a.

Dependent Variable: Y b.

Coefficientsa

-17.586 9.374 -1.876 .119

-1.114 .463 -.515 -2.407 .061

.826 .286 .619 2.891 .034

(Constant) X1 X2 Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Y a.


(5)

Casewise Diagnosticsa

.359 9 8.60 .40

.437 5 4.51 .49

-.249 8 8.28 -.28

.751 6 5.16 .84

.091 7 6.90 .10

.216 7 6.76 .24

-1.967 3 5.21 -2.21

.362 4 3.59 .41

Case Number 1

2 3 4 5 6 7 8

Std. Residual Y

Predicted

Value Residual

Dependent Variable: Y a.

Residuals Statisticsa

3.59 8.60 6.13 1.795 8

-1.411 1.377 .000 1.000 8

.454 1.007 .656 .225 8

1.95 8.43 5.80 2.174 8

-2.21 .84 .00 .951 8

-1.967 .751 .000 .845 8

-2.149 .826 .094 .987 8

-2.64 2.05 .32 1.415 8

-6.975 .795 -.528 2.631 8

.264 4.734 1.750 1.750 8

.001 .886 .201 .297 8

.038 .676 .250 .250 8

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Y a.

Charts

Normal P-P Plot of Regression Stand

Dependent Variable: Y

1.00


(6)

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Regression Standardized Predicted Value

1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5 R egr essi on S tude nt ize d D el et ed ( P re ss) R esi dua l 2 0 -2 -4 -6 -8

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Y 10 9 8 7 6 5 4 3 2 R egr essi on S tand ar di ze d P redi ct ed V al u e 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5

Scatterplot

Dependent Variable: Y

Y 10 9 8 7 6 5 4 3 2 R egr essi on S tand ar di ze d P redi ct ed V al u e 1.5 1.0 .5 0.0 -.5 -1.0 -1.5