BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini dilakukan pada siang hari yaitu pada waktu cerah dan suhu udara panas, dan penelitian ini dilakukan hanya dengan pengukuran sesaat,
yaitu sekitar 1 satu jam per titik sample. Berdasarkan penelitian ini dari alat carbon analyzer diperoleh konsentrasi gas karbon monoksida CO dan suhu udara,
menggunakan alat anemometer diperoleh kecepatan angin, menggunakan Global Position System GPS diperoleh titik koordinat tempat pengambilan sampel.
Tabel. 4.1. Data hasil penelitian yang terdiri dari titik koordinat, waktu, kadar CO, kecepatan angin dan suhu udara
No Koordinat
Waktu jam
CO ppm
Kecepatan Angin ms
Suhu C
1 N = 3
E = 98 39’43.7”
1 41’28.4”
9 0.6
32.5 2
N = 3 E = 98
39’43.7” 1
41’28.4” 5
3.9 32.0
3 N = 3
E = 98 39’14.9”
1 40’05.1”
8 1.7
33.6 4
N = 3 E = 98
39’08.9” 1
40’57.3” 6
2.8 31.3
5 N = 3
E = 98 39’23.7”
1 41’19.7”
7 2.2
32.6 6
N = 3 E = 98
39’43.7” 1
41’29.4” 7
2.4 32.7
7 N = 3
E = 98 39’52.3”
1 41’35.3”
3 2.6
31.1 8
N = 3 E = 98
40’00.1” 1
41’04.8” 4
2.2 28.6
Data penelitian diatas merupakan data hasil pengukuran sesaat, pengukuran dilakukan selama 1 jam dengan demikian kadar gas karbon monoksida
CO di udara sekitar Kawasan Industri Medan KIM akan dibandingkan dengan nilai
Universitas Sumatera Utara
ambang batas untuk pengukuran 1 satu jam. Gas karbon monoksida yang terdeteksi oleh carbon analyzer diharapkan adalah gas karbon monoksida dari industri, untuk
memperoleh hal tersebut dilakukan usaha meminimalkan faktor pengganggu saat pengambilan sampel. Usaha yang dapat dilakukan adalah mencari titik pengambilan
sampel dengan kriteria jauh dari jalan yang banyak kendaraan, jauh dari gedung dan pohon tinggi, di tanah lapang, dan tidak jauh dari sumber KIM.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisa kadar gas karbon monoksida CO
Nilai kadar gas karbon monoksida CO di sekitar Kawasan Industri Medan KIM diperoleh dari alat pendeteksi gas CO yaitu carbon analyzer. Nilai
kadar gas CO akan dibandingkan dengan nilai kadar gas CO pada baku mutu udara ambien Nasional Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999.
Pada baku mutu udara ambien ditetapkan bahwa batas kadar gas CO dalam udara yang tidak membahayakan sampai 26 ppm. Perbandingan kadar gas CO hasil
penelitian dengan baku mutu udara ambien Nasional dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2. Perbandingan kadar gas CO hasil penelitian dengan baku mutu udara ambien Nasional 26 ppm dalam pengukuran 1 jam
No Lokasi
Koordinat CO
ppm Keterangan
1 Lapangan Jl.
Kayu Putih Area KIM
N = 3 E = 98
39’43.7” 9
41’28.4” B.m NAB
2 Persawahan Jl.
Bantenan N = 3
E = 98 39’43.7”
5 41’28.4”
B.m NAB 3
Persawahan Jl. Lorong Rahayu
N = 3 E = 98
39’14.9” 8
40’05.1” B.m NAB
4 Persawahan Jl.
Rumah Potong Hewan RPH
N = 3 E = 98
39’08.9” 6
40’57.3” B.m NAB
5 Sisi Jl. Tol
N = 3 E = 98
39’23.7” 7
41’19.7” B.m NAB
6 Lapangan Jl.
Kayu Putih N = 3
E = 98 39’43.7”
7 41’29.4”
B.m NAB
Universitas Sumatera Utara
7 Pemukiman Jl.
Pematang Pasir N = 3
E = 98 39’52.3”
3 41’35.3”
B.m NAB 8
Jl. Bundar, Sekolah
Yayasan KAI N = 3
E = 98 40’00.1”
4 41’04.8”
B.m NAB Keterangan : B.m NAB Belum melewati Nilai Ambang Batas
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 41 tahun 1999 tentang baku mutu udara ambien Nasional bahwa kadar gas CO tidak boleh melewati
dari 26 ppm untuk pengukuran satu jam. Dari tabel 4.2 dapat dilihat Berdasarkan perbandingan kadar gas karbon monoksida CO dengan baku mutu udara ambien
nasional didapatkan bahwa kadar gas CO di sekitar Kawasan Industri Medan KIM belum melewati nilai ambang batas artinya masih berada dalam kondisi yang tidak
membahayakan kesehatan.
4.2.2. Data kadar CO dan jarak pengambilan sampel dari sumber area KIM
Data kadar gas CO dan jarak tiap titik sampel dari sumber Area KIM dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Data kadar CO dan Jarak pengambilan sampel No
Lokasi Koordinat
CO ppm
Jarak km
1 Lapangan Jl.
Kayu Putih Area KIM
N=3 E=98
39’43.7” 9
41’28.4” 2
Persawahan Jl. Bantenan
N=3 E=98
39’43.7” 5
41’28.4” 0.97
3 Persawahan Jl.
Lorong Rahayu N=3
E=98 39’14.9”
8 40’05.1”
0.91 4
Persawahan Jl. Rumah Potong
Hewan RPH N=3
E=98 39’08.9”
6 40’57.3”
1.20 5
Sisi Jl. Tol N=3
E=98 39’23.7”
7 41’19.7”
1.59 6
Lapangan Jl. Kayu Putih
N=3 E=98
39’43.7” 7
41’29.4” 2.31
7 Pemukiman Jl.
Pematang Pasir N=3
E=98 39’52.3”
3 41’35.3”
2.85 8
Jl. Bundar, Sekolah Yayasan
KAI N=3
E=98 40’00.1”
4 41’04.8”
4.01
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Analisa hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin
Data kadar gas karbon monoksida dan kecepatan angin dapat di lihat pada tabel 4.4. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat grafik hubungan kadar gas karbon
monoksida CO terhadap kecepatan angin pada gambar 4.2. Tabel 4.4. Hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin.
No Lokasi
Koordinat CO
ppm Kecepatan
Angin ms
1 Lapangan Jl.
Kayu Putih Area KIM
N=3 E=98
39’43.7” 9
41’28.4” 0.6
2 Persawahan Jl.
Bantenan N=3
E=98 39’43.7”
5 41’28.4”
3.9 3
Persawahan Jl. Lorong Rahayu
N=3 E=98
39’14.9” 8
40’05.1” 1.7
4 Persawahan Jl.
Rumah Potong Hewan RPH
N=3 E=98
39’08.9” 6
40’57.3” 2.8
5 Sisi Jl. Tol
N=3 E=98
39’23.7” 7
41’19.7” 2.2
6 Lapangan Jl.
Kayu Putih N=3
E=98 39’43.7”
7 41’29.4”
2.4 7
Pemukiman Jl. Pematang Pasir
N=3 E=98
39’52.3” 3
41’35.3” 2.6
8 Jl. Bundar,
Sekolah Yayasan KAI
N=3 E=98
40’00.1” 4
41’04.8” 2.2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. Grafik hubungan kadar gas CO ppm terhadap kecepatan angin ms
Berdasarkan grafik hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin pada gambar 4.1 terlihat bahwa nilai kadar gas karbon monoksida CO semakin
rendah jika kecepatan angin semakin besar. Hal ini terjadi karena pada kecepatan angin yang besar akan mempercepat terjadinya penurunan kadar gas CO, akibat
pergerakan udara maka akan terjadi suatu proses penyebaran gas yang dapat mengakibatkan penurunan kadar pencemar. Gas CO yang terbawa angin yang akan
lebih cepat menyebar ke daerah yang luas karena terjadi pertambahan volume wadah dan tidak diikuti pertambahan kadar gas maka terjadi penurunan kadar gas CO.
Berdasarkan grafik diatas diperoleh hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin pada regresi linier dengan persamaan Y = -1.391x + 9.325 dengan r
2
= 0.414.
Dengan : Y = Kadar gas karbon monoksida CO ppm
x = Kecepatan angin ms r
2
= Koefisien determinasi hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin
Universitas Sumatera Utara
Harga ini menyatakan bahwa kecepatan angin mempengaruhi kadar gas CO sebesar R = 0.414 atau 41,4 . Untuk sisanya 58,6 adalah faktor lain diluar
kecepatan angin. Berdasarkan nilai koefisien determinasi yang diperoleh bahwa kecepatan
angin mempengaruhi kadar gas karbon monoksida CO sebesar r
2
4.2.4. Analisa hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara
= 0.414 atau 41.4 nilai rata-rata kecepatan angin terendah adalah 0.6 ms dengan kadar gas CO 9 ppm.
Karena ini adalah kecepatan angin rendah maka proses penyebaran gas karbon monoksida CO akan berlangsung lambat dan nilai rata-rata kecepatan angin tertinggi
adalah 3.9 ms dengan kadar gas CO 5 ppm, nilai kadar karbon monoksida CO rendah karena nilai rata-rata kecepatan angin pada titik ini cukup tinggi sehingga
mengakibatkan penyeberan berlangsung dengan cepat.
Data kadar gas karbon monoksida dan suhu udara dapat di lihat pada tabel 4.5. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat grafik hubungan kadar gas karbon
monoksida CO terhadap suhu udara pada gambar 4.3. Tabel 4.5. Hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara
No Lokasi
Koordinat CO
ppm Suhu
Udara C
1 Lapangan Jl.
Kayu Putih Area KIM
N=3 E=98
39’43.7” 9
41’28.4” 32.5
2 Persawahan Jl.
Bantenan N=3
E=98 39’43.7”
5 41’28.4”
32.0 3
Persawahan Jl. Lorong Rahayu
N=3 E=98
39’14.9” 8
40’05.1” 33.6
4 Persawahan Jl.
Rumah Potong Hewan RPH
N=3 E=98
39’08.9” 6
40’57.3” 31.3
5 Sisi Jl. Tol
N=3 E=98
39’23.7” 7
41’19.7” 32.6
6 Lapangan Jl.
Kayu Putih N=3
E=98 39’43.7”
7 41’29.4”
32.7 7
Pemukiman Jl. Pematang Pasir
N=3 E=98
39’52.3” 3
41’35.3” 31.1
8 Jl. Bundar,
Sekolah Yayasan KAI
N=3 E=98
40’00.1” 4
41’04.8” 28.6
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2. Grafik hubungan kadar gas CO ppm terhadap suhu udara C
Dari grafik hubungan kadar gas karbon monoksida CO terhadap suhu udara pada gambar 4.2 menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu udara maka kadar
gas CO akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena reaksi pembakaran yang menghasilkan panas pada suhu tinggi akan membantu terjadinya penguraian
disosiasi gas CO
2
menjadi gas CO. Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO
2
yang terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak. Nilai rata- rata suhu udara tertinggi sebesar 33.6
C dengan kadar gas CO 8 ppm dan Nilai rata-
rata suhu udara terendah sebesar 28.6 C dengan kadar gas CO 4 ppm.
Hubungan kadar gas karbon monoksida CO terhadap suhu udara pada regresi linier mempunyai persamaan :
Y = -0.969x - 24.69 dengan r
2
= 0.526 Dengan :
Y = Kadar gas karbon monoksida CO ppm x = Suhu udara
C r
2
= Koefisien determinasi hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara
Universitas Sumatera Utara
Harga ini menyatakan bahwa suhu udara mempengaruhi kadar gas CO sebesar R = 0.526 atau 52.6 . Untuk sisanya 47,4 adalah faktor lain diluar suhu
udara.
4.2.5. Analisa regresi linier berganda pada kadar gas CO
Data kadar gas karbon monoksida, kecepatan angin dan suhu udara dapat di lihat pada tabel 4.6. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat grafik 3 dimensi dan
kontur hubungan kadar gas karbon monoksida CO terhadap kecepatan angin dan suhu udara pada gambar 4.4 dan gambar 4.5.
Tabel 4.6. Hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin dan suhu udara No
CO ppm Kecepatan Angin
ms Suhu Udara
C 1
9 0.6
32.5 2
5 3.9
32.0 3
8 1.7
33.6 4
6 2.8
31.3 5
7 2.2
32.6 6
7 2.4
32.7 7
3 2.6
31.1 8
4 2.2
28.6
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3. Grafik 3 dimensi hubungan kadar gas CO ppm terhadap kecepatan angin ms dan suhu udara
C
Universitas Sumatera Utara
1 1.5
2 2.5
3 3.5
29 29.5
30 30.5
31 31.5
32 32.5
33 33.5
1 1.5
2 2.5
3 3.5
3 3.4
3.8 4.2
4.6 5
5.4 5.8
6.2 6.6
7 7.4
7.8 8.2
8.6 9
Suhu C
CO ppm
Kecepatan Angin ms
Gambar 4.4. Kontur hubungan kadar gas CO ppm terhadap kecepatan angin ms dan suhu udara
C
Universitas Sumatera Utara
Untuk menganalisa pengaruh kecepatan angin dan suhu udara secara bersama-sama terhadap kadar karbon monoksida CO dilakukan analisa regresi linier
berganda. dengan menggunakan program SPSS 11.5. Berdasarkan hasil keluaran output SPSS 11.5 di peroleh persamaan regresi linier berganda yaitu :
Y = -17,586 – 1,114 X
1
+ 0,826 X
2
Keterangan : Y = Karbon Monoksida CO X
1
= Kecepatan Angin X
2
= Suhu Udara
Untuk menguji nyata atau tidak nyata pengaruh kecepatan angin dan suhu udara terhadap kadar gas CO secara bersama-sama digunakan uji statistik F. Jika
F
hitung
F
tabel,
. maka persamaan regresi linier berganda bersifat nyata. Keterangan : Fh = F
hitung
Ftab = F
tabel
Dari hasil output SPSS di peroleh Fh = 8,908. Dari daftar distribusi F
dengan dk pembilang k = 2, dk penyebut n-k-1 = 5 diperoleh harga Ftab = 6,59.
Dari hasil diatas maka diketahui harga Fh 8,908 Ftab 6,59. Hal ini berarti regresi linier berganda bersifat nyata, artinya bahwa kecepatan angin dan suhu
udara secara bersama-sama berpengaruh terhadap kadar gas karbon monoksida CO.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang di peroleh dan analisa data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengukuran kadar gas karbon monoksida CO yang dilakukan di sekitar
Kawasan Industri Medan KIM dengan jarak pengukuran 0 km, 0,97 km, 0,91 km, 1,20 km 1,59 km, 2,31 km, 2,85 km dan 4,01 km mendapatkan hasil kadar
CO yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh pengaruh yaitu kecepatan angin, suhu udara dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar gas pencemar.
2. Berdasarkan perbandingan kadar gas karbon monoksida CO dengan baku mutu
udara ambien nasional didapatkan bahwa kadar gas karbon monoksida CO di sekitar Kawasan Industri Medan belum melewati nilai ambang batas artinya
masih berada dalam kondisi yang tidak membahayakan kesehatan. Kadar CO tertinggi terdapat
3. Hubungan kadar gas karbon monoksida CO terhadap kecepatan angin
didapatkan bahwa semakin besar kecepatan angin maka kadar gas CO di titik pertama dengan kadar 9 ppm dan terendah terdapat di
titik ketujuh dengan kadar 3 ppm.
4. Hubungan kadar gas karbon monoksida CO terhadap suhu udara didapatkan
bahwa semakin tinggi suhu udara maka kadar gas CO akan semakin meningkat. Suhu udara paling tinggi adalah sekitar 33,6 dengan jumlah kadar CO sebesar 8
ppm. semakin
berkurang. Kecepatan angin tertinggi adalah sekitar 3,9 ms dengan jumlah kadar CO sebesar 5 ppm
Universitas Sumatera Utara
5.2. Saran