Beberapa Kajian Pengembangan UKM

a. Usaha Mikro ialah perusahaan yang menerima kredit dengan plafon kredit hingga Rp. 50.000.000 lima puluh juta rupiah. b. Usaha Kecil ialah perusahaan yang menerima kredit sebesar Rp. 50.000.000 lima puluh juta rupiah hingga Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah.

2.3. Beberapa Kajian Pengembangan UKM

Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengkaji upaya-upaya dalam pengembangan usaha kecil dan menengah. Penelitian umumnya menyoroti keterbatasan pengembangan UKM dikarenakan rendahnya aksesibilitas UKM dalam mendapatkan kredit lunak dari lembaga keuangan. Rendahnya aksesibilitas UKM terhadap lembaga keuangan dikarenakan UKM tidak memiliki kolateral yang cukup untuk mendapatkan kredit sedangkan lembaga keuangan harus menjalankan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan keuangannya. Di samping perlunya dukungan aspek finansial yaitu butuh dukungan sejumlah dana agar dapat bersaing dengan usaha yang lain, sejumlah penelitian lainnya menunjukkan bahwa upaya pengembangan UKM juga dapat dilakukan melalui pengembangan aspek non-finansial. Aspek non-finansial adalah kualitas tenaga kerja, pendidikan, teknologi dan sebagainya. Dukungan upaya teknis untuk meningkatkan keterampilan, akses ke pasar dan informasi juga dipercayai dapat berperan dalam pengembangan usaha ini. Karakteristik dan jenis UKM sebenarnya sangat heterogen dan merupakan indikasi bahwa generalisasi kebijakan terhadap UKM akan sulit mencapai tujuan Universitas Sumatera Utara yang diharapkan. Sementara itu, kebijakan dengan pendekatan secara individual usaha juga sulit dilakukan karena berbagai keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu Yoseva 2006 menyarankan pada tahap awal pengembangan UKM dapat ditempuh melalui pendekatan sentra bisnis. Untuk mendukung pertumbuhan UKM, maka dilakukan upaya-upaya baik yang berupa finansial maupun non-finansial. Dalam penelitiannya Yoseva 2006 mendapati bahwa 59,2 UKM mengalami peningkatan omset perbulan setelah mendapat dukungan finansial. Sedangkan 20,2 UKM tidak mengalami perubahan omset dan 7,8 UKM malah mengalami penurunan omset setelah mendapat bantuan finansial. Hasil kajian juga menunjukkan bahwa program dukungan non-finansial sampai tingkat tertentu dirasakan cukup bermanfaat terutama dalam kaitannya terhadap layanan informasi, pembiayaan, pemasaran dan bahan baku. Menurut Said dan Widjaja 2007, pengembangan UKM mengacu pada pola pembiayaan yang dirancang dalam bentuk langsung, yaitu: 1. Hibah, 2. Dan bergulir, 3. Suku bunga murah, 4. Subsidi suku bunga. Model pembiayaan di atas dikembangkan oleh beberapa departemen seperti Kementerian Koperasi dan UKM, Departemen Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Perindustrian dan Perdagangan. Universitas Sumatera Utara

2.4. Jenis-jenis UKM