lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara
pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini Current
nutritional status
2.7.2 Kelebihan dan Kelemahan Indeks BBU
1. Kelebihan Indeks BBU
I. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
II. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
III. Berat badan dapat berfluktuasi
IV. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil
V. Dapat mendeteksi kegemukan over weight
2. Kelemahan Indeks
I. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila
terdapat edema maupun asites II.
Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang
belum baik. III.
Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia lima tahun
IV. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh
pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan V.
Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah social budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau
menimbang anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan, dan sebagainya.
2.8 Pengertian Belajar
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon atau perubahan yang
Universitas Sumatera Utara
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon P. Irawan, dkk 1997.
Seseorang dianggap telah belajar bila ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukaninput
yang berupa stimulus dan keluaran atau output berupa respon. Faktor yang mempengaruhi belajar dalam teori ini adalah penguatan respons P. Irawan, dkk
1997. Menurut teori humanistik, belajar adalah untuk memanusiakan manusia
atau dapat dikatakan proses aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Proses belajar dapat dianggap berhasil bila seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Faktor yang berpengaruh disini adalah pengalaman konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi Ilmu pengetahuan dibangun dalam
diri seorang individu melalui proses interaksi yang dan eksperimentasi seorang pelajar P. Irawan, dkk 1997.
Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur
kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi bersinambung secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah
dimiliki oleh seorang anak P. Irawan, dkk 1997. Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan
suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.8.1 Prinsip-prinsip Belajar
Proses belajar adalah suatu hal yang kompleks, tetapi dapat juga dianalisa dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu
kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan tekhnik belajar yang baik. Prinsip- prinsip itu adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapan.
2. Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun buku pelajaran itu sendiri.
Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
3. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari
dapat dikuasainya. 4.
Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungannya.
5. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan. 6.
Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang praktek sehari-hari.
Zainal Aqib 2002
2.8.2 Teori-teori Belajar
Teori belajar yang terkenal dalam psikologi ada 3 yaitu:
1. Teori Conditioning
Dalam teori Conditioning belajar merupakan proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan reaksi. Yang paling
penting dalam teori ini adalah latihan-latihan yang kontinyu.
2. Teori Connectinism Thorndike
Dalam belajar menurut Thorndike melalui dua proses yaitu: I. Trial and error mencoba dan gagal
II. Law of effect yaitu segala tingkah laku yang berakibat pada suatu keadaaan yang memuaskan, yang diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
3. Teori Psikology Gestalt
Dalam teori ini mempunyai pandangan bahwa dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian insight merupakan faktor yang penting. Dengan belajar dapat
memahamimengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman. Selain itu
Universitas Sumatera Utara
dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanis belaka; tetapi dilakukan
dengan sadar, bermotif dan bertujuan Mudzakir dan Sutrisno 1997: 153-154.
2.8.3 Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, umumnya ditujukan dengan nilai yang
diberikan oleh guru Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001. Prestasi belajar merupakan hasil dari proses kegiatan belajar. Untuk mengetahui
prestasi belajar dapat dilakukan melalui proses penilaian hasil belajar dengan menggunakan tes maupun evaluasi A. Zainul dan N. Nasution, 1997.
Dari pendapat ahli di atas mengenai prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa pretasi belajar adalah kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam
mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian ini dapat berupa angka atau huruf. Sedangkan yang diungkap
dalam penelitian ini adalah pretasi belajar anak-anak sekolah dasar Swasta Muhammadiyah, Pasar 1, Kota Medan.
2.8.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto 2003 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri
siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat , minat, motivasi,
kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Faktor internal faktor dalam diri manusia
Faktor ini meliputi: A.Faktor fisiologi yang bersifat fisik yang meliputi:
Universitas Sumatera Utara
I Karena sakit Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris
dan motorisnya lemah. Akibatnya ransangan yang diterima melalui inderanya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah
untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal dalam pelajarannya.
II Karena kurang sehat Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut penerimaan dan respon terhadap
pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola,menginterprestasi dan mengorganisasi materi pelajaran
melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya.
III Karena cacat tubuh Cacat tubuh dibedakan atas dua golongan, yaitu :
a. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor.
b. Cacat tubuh yang tetap serius seperti buta, tuli, bisu dan sebagainya. Bagi seseorang yang memiliki cacat tubuh ringan masih dapat mengikuti
pendidikan umum, dengan syarat guru memperhatikan dan memperlakukan siswa dengan wajar. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh serius harus
mengikuti pendidikan di tempat khusus seperti Sekolah Luar Biasa SLB.
B. Faktor psikologi faktor yang bersifat rohani Faktor psikologi meliputi:
I Intelegensi Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ
110-140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 keatas tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan
Universitas Sumatera Utara
di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.
II Bakat Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap
individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus
mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya. ia akan cepat bosan, mudah putus asa dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan
tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran sehingga nialinya rendah.
III Minat Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan
belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhanya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan
menimbulkan problema pada diri anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan
dan aktif tidaknya dalam proses pembelajaran. IV Motivasi
Motivasi sabagai faktor dalam batin berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam
mencapai tujuan, sehimgga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha,
tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak
acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak
mengalami kesulitan belajar. VI Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar
adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya
kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan- kebutuhan
dan dorongan-dorongan, seperti : memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi
akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini meliputi :
A. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Yang
termasuk faktor ini antara lain : I Perhatian Orang tua
Dalam lingkungan keluarga setiap individu atau siswa memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi belajarnya. Karena perhatian orang tua ini akan
menentukan seseorang siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Perhatian orang tua diwujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat
dan sebagainya. II Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar siswa,kadang kala siswa merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan
tetapi ada juga siswa yang keadaan ekonominya baik, tetapi prestasi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya siswa yang keadaan ekonominya rendah malah
mendapat prestasi belajar yang tinggi. III Hubungan antara anggota keluarga
Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat
Universitas Sumatera Utara
kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.
B. Lingkungan Sekolah Yang dimaksud sekolah adalah guru, alat-alatan yaitu factor alat dan kondisi
gedung : I Guru, yang meliputi :
Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah yang berperan penting dalam mencapai prestasi belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan
yang bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan dapat menyampaikan
dengan baik serta dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa. II Faktor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian kurang efektif. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratotium akan banyak
menimbulkan kesulitan siswa dalam belajar dan guru cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi siswa sehingga tidak menutup
kemungkinan akan menghambat prestasi belajar siswa. III Kondisi gedung
Kondisi gedung terutama ditunjukkan pada ruang kelas atau ruang tempat proses belajar mengajar. Ruang harus memenuhi syarat kesehatan seperti;
a Ruang harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dan sinar dapat masuk ruangan
b Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor c Lantai tidak becek, licin atau kotor
d Keadaan gedung yang jauh dari keramaian seperti pasar, bengkel, pabrik, dan lain-lain, sehingga siswa mudah konsentrasi dalam belajar. Apabila beberapa hal
diatas tidak terpenuhi maka situasi belajar akan kurang baik.
Universitas Sumatera Utara
C.Faktor Media Massa dan Lingkungan Sosial Masyarakat I Faktor media massa meliputi ; bioskop, televisi, surat kabar, majalah, buku-
buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu yang akan menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan, hingga lupa tugas belajar.
II Lingkungan sosial a Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban
orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagianak tersebut.
b Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya,apabila lingkungan
tetangga adalah orang yang tidak sekolah,menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.
c Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar
belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya.
2.8.5 Pengukuran Prestasi Belajar
Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal atau obyek tertentu
menurut aturan atau formulasi yang jelas A. Zainul dan N. Nasution, 1997: 5. Jadi pengukuran prestasi belajar adalah pemberian angka atau skala
tertentu menurut suatu aturan atau formula tertentu terhadap penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui pelajaran. Pengukuran
ini digunakan oleh seorang pendidik atau guru untuk melakukan penilaian terhadap hasil belajar anak didiknya, baik menggunakan instrumen tes maupun
non tes. Tes adalah suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan yang setiap
butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan tertentu yang dianggap benar A. Zainul dan N. Nasution, 1997.
Instrumen non tes lebih ditekankan pada sikap seorang anak didik, misalnya sopan santun, budi pekerti dan hubungan sosial dengan teman dan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan. Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan baik dan benar bila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar dengan
menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Secara garis besar penilaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif
digunakan untuk memantau sejauh manakah proses pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan penilaian sumatif dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari satu unit keunit berikutnya A. Zainul dan N. Nasution, 1997.
2.9 Pengaruh Status Gizi terhadap Prestasi Belajar