BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Supariasa, dkk, 2002 Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan
antara jumlah asupan intake zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan requirement oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya. Suyatno, 2009. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu Supariasa, dkk, 2001. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh,
mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan
tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat
gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur pangan di antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential
diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat
gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk di suatu tempat adalah penting guna merencanakan, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan seimbang.
Moch. Agus Krisno Budiyonto Pada umumnya zat gizi dibagi dalm lima kelompok utama, yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga
Universitas Sumatera Utara
berpendapat air juga merupakan bahagian dalam zat gizi. Hal ini didasarkan kepada fungsi air dalam metabolism makanan yang cukup penting walaupun air
dapat disediakan di luar bahan pangan. Moch. Agus Krisno Budiyonto Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran
ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas
kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka
ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat
terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita
gizi kurang. Sri Handajani, 1996. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya
dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekwensi
fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi. Ari Agung, 2002.
2.2.Hubungan pangan, gizi, dan pembangunan manusia Indonesia
GBHN telah menetapkan bahwa pembangunan yang sedang kita galakkan bersama dewasa ini bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya dan
membangun masyarakat Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seluruhnya. Jumlah penduduk yang besar, modal badan fisik biologis
modal rohaniah dan mental, serta potensi efektif bangsa merupakan sebahagian dari modal pembangunan. Dengan demikian bangsa Indonesia adalah subjek dan
objek dari pembangunan. Membangun manusia Indonesia seutuhnya bearti
Universitas Sumatera Utara
menjamin adanya peningkatan taraf hidup rakyat dari semua lapisan masyarakat dan golongan. Peningkatan taraf hidup tercermin pada kebutuhan pokok yaitu
pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Kemajuan usaha pemenuhan kebutuhan pokok akan merupakan tolok ukur pencapaian
pembangunan. Perlu ditekankan di sini, pengukuran itu tidak hanya kuantitatif, tetapi lebih diperhatikan kualitatifnya. Keadaan gizi masyarakat tidak lain adalah
pencerminan kualitatif dari pemenuhan kebutuhan pokok akan pangan tersebut. Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan menimbulkan masalah
pembangunan di masa akan datang. Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi yang berakibat kerusakan yang sulit bahkan mungkin tak dapat ditolong.
Kiranya tidak terlalu berlebihan walaupun perlu studi yang mendalam, pakar gizi menyatakan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia 2002 ini juga belum
ada tanda-tanda selesai telah menghilangkan potensi bangsa Indonesia satu generasi, artinya anak-anak yang hidup pada 5 tahun lebih masa krisis ekonomi ini
dikhwatirkan tidak berkembang kemampuan intelektualnya sehingga pada 50 sampai 70 tahun mendatang ketika ia harus memimpin bangsa ini maka akan ada
kemunduran kemampuan satu generasi. Penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi yang tepat terhadap
anak-anak akan menurunkan nilai potensi mereka sebagai sumber daya pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Anak-anak memerlukan
penanganan serius terutama jaminan ketersediaan zat-zat gizi sedini mungkin. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, di antaranya adalah:
I. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan
menurunnya produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.
II. Kekurangan gizi berakibat menurunnya kualitas kecerdasan manusia
muda yang pandai yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan bangsa.
III. Kurangnya gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk
bekerja, yang berarti menurunnya produtktivitas kerja manusia.
Universitas Sumatera Utara
Pelbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas
kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia,
dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari
cadangan tubuh. Rachmad Soegih dkk, 1987. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan,
dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan
yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.
Husaini,1997.
2.3 Macam-Macam Status Gizi