Pengertian Senjata Nuklir Internasional Ruang Lingkup Senjata Nuklir

Hanford, Los Alamos National Laboratory, Oak Ridge National Laboratory, National Security Complex dan beberapa pabrik lainnya. 23

B. Pengertian Senjata Nuklir Internasional

Treaty of Tlatelolco tahun 1967 mengenai kawasan bebas senjata nuklir di kawasan Amerika Latin dan Kepulauan Karibia memberikan definisi mengenai senjata nuklir yang tertuang di dalam articlepasal 3 tiga yang menyebutkan : “For the purposes of this Treaty, a nuclear weapon is any device which is capable of releasing nuclear energy in an uncontrolled manner and which has a group of characteristics that are appropriate for use for warlike purposes. An instrument that may be used for the transport or propulsion of the device is not included in this definition if it is separable from the device and not an indivisible part thereof .” 24 “Nuclear weapon or other nuclear explosive device means any weapon or other explosive device capable of releasing nuclear energy, irrespective of the military or civilian purpose for which the weapon or device could be used. The term includes such а weapon or device in unassembled or partly assembled forms, but does not include the means of transport or delivery of such a weapon or device if separable from and not an indivisible part of it” . Di dalam Treaty of Semipalatinsk tahun 2006 untuk kawasan Asia Tengah juga memberikan definisi mengenai senjata nuklir yang terdapat dalam pasal 1 satu huruf b, yaitu : 25 “nuclear weapon means any explosive device capable of releasing nuclear energy in an uncontrolled manner but does not include the means of Di dalam Treaty on the Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone itu sendiri, pengertian dari senjata nuklir tertuang dalam Article 1 c, yaitu : 23 http:id.wikipedia.orgwikiProyek_ManhattanSejarah 24 http:www.opanal.orgopanalTlatelolcoTlatelolco-i.htmb 25 http:cns.miis.edustoriespdf_support060905_canwfz.pdf Universitas Sumatera Utara transport or delivery of such device if separable from and not an indivisible part thereof” . 26

C. Ruang Lingkup Senjata Nuklir

Kehadiran senjata nuklir dalam hubungan internasional telah mengubah tatanan dunia. Sejak bom atom dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki masing- masing 6 dan 9 Agustus oleh Amerika Serikat, banyak doktrin perang dan strategi hubungan internasional berubah. Senjata pamungkas ini mengubah wajah perang menjadi kehancuran umat manusia. Gambaran jamur raksasa yang membumbung tinggi ke angkasa setelah jatuhnya bom atom itu mentransformasikan sebuah “perimbangan kekuatan” balance of power menjadi “perimbangan teror” balance of terror. Pemilik nuklir tak bisa lagi menggunakan senjata terakhir ini untuk menyerang musuhnya bila negara sasaran memiliki senjata yang sama. Amerika Serikat dan Uni Soviet telah menjadi kekuatan nuklir pertama yang saling berlomba mengungguli. Sifat perang berubah dari bentrokan militer konvensional yang melibatkan tank dan pesawat-pesawat tempur menjadi adu strategi nuklir. Karena skala kehancurannya yang mengerikan, maka kedua negara adidaya tidak berani memulai perang meski permusuhan ideologi diantara mereka sangat tajam. Maka berkembang pula strategi-strategi baru sejalan dengan perkembangan kualitas dan kuantitas senjata nuklir. 26 http:disarmament.un.orgTreatyStatus.nsf Universitas Sumatera Utara Menurut Morton H Halperin seperti dikutip Couloumbis, tujuan nasional, kemauan untuk mengerahkan kekuatan, kesiapan menerima kemungkinan perang besar dan pertimbangan politik domestik memberikan parameter bagi kebijakan nuklir. Jika terjadi krisis nuklir maka pertimbangannya adalah sejauh mana serangan pertama itu efektif. Namun dalam perkembangannya asumsi serangan pertama ini pun mengalami perubahan. 27 Compellence Pemaksaan melukiskan tentang doktrin stratetgi Amerika Serikat saat superioritas nuklir dimilikinya. Strategi ini membuat senjata nuklir instrumen untuk mempengaruhi negara lain. Disini kita dalam melihat ruang lingkup perubahan dalam perkembangan strategi nuklir yang dibagi menjadi tiga tahap, 1945-1962, 1962-1983 dan 1984- sekarang. Diplomasi Koersif 1945-1962 Negara-negara yang menikmati superioritas militer terhadap lawannya sering berpikir bahwa senjata adalah instrumen diplomasi untuk tujuan mengubah perilaku negara lain. Amerika Serikat yang merupakan negara nuklir pertama menikmati kekuatan senjata ini sampai 1949 saat Uni Soviet meledakkan percobaan nuklirnya. 28 Untuk meraih kemenangan politik Menlu Amerika Serikat John Doster Dulles mempraktekan apa yang disebut brinkmanship yang melukiskan keinginan untuk mengejar tujuan Amerika Serikat sampai hampir batas perang dengan mengancam musuhnya menggunakan senjata nuklir. 27 Theodore A Couloumbis and James H Wolfe dalam Introduction to International Relations: Power and Justice. Englewood Cliffs, Prentice Hall, 1978, p.184. 28 Ibid, p.184 Universitas Sumatera Utara Brinkmanship ini masuk akal tatkala Amerika Serikat menikmati superioritas nuklir. Praktek itu bagian dari strategi Amerika Serikat yang disebut massive retaliation pembalasan besar-besaran. Praktek brinkmanship dan massive retaliation ini mencemaskan Uni Soviet. Mutual Deterrence 1962-1983 Pada saat superioritas nuklir Amerika Serikat mengalami erosi, para pembuat kebijakan di Amerika Serikat mulai mempertanyakan asumsi mereka tentang penggunaan senjata nuklir untuk instrumen politik luar negeri. Setelah krisis rudal Kuba tahun 1962 yang nyaris mendorong Amerika Serikat dan Uni Soviet ke arah perang nuklir, Washington memikirkan kembali penggunaan senjata berbahaya ini. Oleh sebab itulah kemudian berkembang pemikiran di Washington bahwa senjata nuklir ini dialihkan dari berpotensi dipergunakan sebagai senjata strategis menjadi senjata pencegah serangan. Perubahan kebijakan strategis ini dari compellence pemaksaan kedalam deterrence penggetarpencegah adalah cara untuk mencegah lawan menggunakan apa yang ingin dilakukan pihak lainnya. Pada periode ini kedua negara adidaya mengejar postur extended deterrence penggetar yang diperluas Tujuan strategi ini adalah mencegah serangan kepada pemilik nuklir tetapi juga sekutunya. Berkembanglah aliansi seperti terjadi di Eropa dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO. Mutual Assured Destruction Para pengambil kebijakan terutama di Amerika Serikat menyebut mutual assured destruction MAD untuk menunjukkan perimbangan strategis yang Universitas Sumatera Utara muncul selama tahun 1960-an dan awal 1970-an. Secara harfiah singkata itu bisa diartikan kehancura bersama yang disingkat mad gila. Istilah itu sebenarnya merujuk pada jalan buntu yang dialami dua negara adidaya dengan doktrin saling mencegah dalam penyerangan. Mereka kini berpikir bahwa keduanya bisa hancur sama-sama jika terjadi perang nuklir. Kesadaran ini menimbulkan perasaan bahwa jika perang nuklir terjadi tak ada yang bisa selamat. Dengan situasi seperti ini, perdamaian – setidaknya stabilitas – merupakan produk kerawanan dari kedua pihak pemilik nuklir. Jika salah satu negara diserang maka imbalannya adalah kehancuran yang sama. Dengan demikian tidak ada yang selamat dari perang nuklir. Menurut Couloumbis, MAD ini tergantung pada kemampuan kedua negara adidaya dalam menahan serangan nuklir pertama dan berkemampuan membalas sehingga menimbulkan “kerusakan yang tidak bisa diterima” oleh penyerangnya. Kalangan pakar strategis nuklir menyebutnya kemampuan membalas itu sebagai “kemampuan serangan kedua”. 29 Dengan adanya doktrin seperti ini maka, kemampuan membalas serangan itu menjadi tumpuan sehingga harus kuat dan mobil. Hal ini ditujukan agar senjata nuklir bisa selamat dari serangan pertama. Sistem senjata ofensif memainkan peran penting. Kemudian berkembanglah apa yang disebut dengan MIRV multiple independently targeted reentry vehicle. Ini adalah satu jenis rudal yang bisa melepaskan sejumlah hulu ledak termasuk hulu ledak tipuan. MIRV ini dapat 29 Ibid, p.184 Universitas Sumatera Utara dipasang di rudal balistik antar benua atau rudal yang diluncurkan dari kapal selam. Teori Utilisasi Nuklir Nuclear Utilization Theory Hubungan politik diantara negara adidaya memburuk cepat pada awal 1980-an. Situasi itu mengubah kerja sama antar dua musuh besar ini menjadi konfrontasi. Kemudian muncul debat tentang peran dan tujuan senjata nuklir. Timbul pula pertanyaan apakah senjata nuklir masih bisa digunakan untuk bertahan atau mencegah serangan ? Saat hubungan dua adidaya itu memburuk, di Amerika Serikat berkembang tentang cara terbaik melindungi kepentingan nasional melalui senjata strategis. Penganut MAD masih melanjutkan sikapnya untuk bersama-sama hancur jika terjadi perang nuklir. Namun kemudian muncul pula penganut teori utilisasi nuklir atau pendekatan NUT. Pendekatan itu beranggapan senjata nuklir tak hanya digunakan sebagai pencegah tetapi juga digunakan dalam perang. Sikap ini perlu diambil, kata pendukung NUT, karena Uni Soviet siap perang nuklir dan memenangkannya. Dari Ofensif ke Defensif Tantangan baru terhadap pemikiran strategis berkembang tahun 1983 saat Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan mengusulkan pertahanan yang berlandaskan angkasa luar dalam melawan rudal balistik. Secara resmi kebijakan Reagan itu disebut Strategic Defense Initiative SDI atau Prakarsa Pertahana Strategis. Kebijakan baru itu malah lebih populer disebut Star Wars. Strategi pertahanan ini akan menggunakan teknologi canggih Universitas Sumatera Utara untuk menghentikan laju rudal nuklir di angkasa luar sehingga, seperti dikatakan Reagan, membuat senjata nuklir “mandul dan ketinggalan jaman”.

D. Tujuan Senjata Nuklir