Latar Belakang Lahirnya Zona Bebas Senjata Nuklir di Kawasan Asia Tenggara

BAB III TINJAUAN TENTANG ZONA BEBAS SENJATA NUKLIR DI KAWASAN

ASIA TENGGARA

A. Latar Belakang Lahirnya Zona Bebas Senjata Nuklir di Kawasan Asia Tenggara

Pada era pasca perang dingin, ada suatu kekhawatiran yang sangat menonjol yang dialami oleh masyarakat bumi, yaitu kekhawatiran akan terjadinya konflik nuklir baik itu disengaja ataupun tidak sengaja, maupun menerima akibat dari radiasi nuklir yang mematikan sebagai akibat kecelakan atau kekhilafan yang terjadi pada instalasi nuklir. Anehnya kekhawatiran semacam ini tidak begitu saja mereda pada Era Pasca Perang Dingin. Kebocoran dan kecelakaan pada instalasi nuklir yang pernah terjadi kiranya cukup menjadi alasan terhadap kekhawatiran mereka semacam itu, belum lagi masih berlangsungnya percobaan-percobaan senjata nuklir. Hingga saat ini lebih jauh menuntut diciptakannya Kawasan Bebas Senjata Nuklir maupun bebas nuklir. ASEAN sebagai suatu kawasan yang ikut merasakan kekhawatiran tersebut, merasa perlu untuk ikut serta memberi solusi untuk mengatasi kekhawatiran tersebut. Negara-negara ASEAN, sebagaimana diharapkan dalam deklarasi pembentukannya yaitu Deklarasi Bangkok 1967, selalu berupaya menjalin kerjasama intra-regional yang harmonis demi terciptanya stabilitas kawasan, serta bebas dari segala bentuk campur tangan dari luar. Untuk itulah Universitas Sumatera Utara ASEAN berusaha untuk menciptakan suatu Kawasan Damai, Bebas dan Netral di Asia Tenggara. ZOPFAN Zone of Peace, Freedom and Neutrality merupakan gagasan ataupun cita-cita dari negara-negara anggota ASEAN agar kawasannya tidak menjadi ajang pertikaian negara-negara besar, karena negara-negara ASEAN tidak mau melibatkan diri ataupun salah satu pihak yang terlibat pertikaian dikawasannya. Dalam kaitannya dengan konsep Nuclear Weapon Free Zone ASEAN atau Zona Bebas Senjata Nuklir ASEAN, maka sesungguhnya konsep ini telah tercakup dalam konsep ZOPFAN ASEAN, seperti terlihat dalam Deklarasi Kuala Lumpur 1971 yang berkaitaan dengan NWFZ, yakni mengetahui tentang kecenderunagan yang penting menuju pembentukan zona-zona bebas nuklir, seperti di dalam perjanjian untuk larangan senjata nuklir di Amerika latin dan Deklarasi Lusaka yang memproklamasikan Afrika sebagai Zona Bebas Senjata Nuklir, guna peningkatan perdamaian dunia melalui pengurangan konflik dan ketegangan internasional. Disamping itu juga, pada tahun 1975, sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa juga telah memberi definisi terhadap konsep Nuclear Weapon Free Zone, yaitu suatu kawasan atau zona senjata nuklir sebagai suatu ketentuan umum, akan dianggap setiap zona yang diakui oleh Majelis Umum PBB yang telah dibentuk oleh kelompok negara-negara maupun di dalam kebebasan melaksanakan kedaulatannya, diperkuat oleh suatu treaty atau konvensi dimana: Universitas Sumatera Utara 1. Telah ditentukan secara hukum tentang absensi total dari senjata nuklir wilayah yang bersangkutan, termasuk prosedur guna penentuan batas-batas zona tersebut. 2. Telah dibentuk suatu sistem internasional guna verifikasi dan kontrol untuk menjamin pelaksanaan kewajiban-kewajiban sesuai dengan ketentuan- ketentuan tersebut di atas. Bagi negara-negara ASEAN sendiri, adanya kesadaran dan pemahaman yang semakin meluas dari pengertian NWFZ, kemudian telah pula menjadi pemikiran dan pembahasan dalam berbagai forum di antara negara-negara ASEAN. Konsep NWFZ Amerika Latin lahir pada tahun 1967 yang dikenal dengan Treaty Tlatelolco, telah menjadi bahan pembahasan dalam Konferensi ASEAN di Kuala Lumpur tahun 1971 ketika negara-negara ASEAN membicarakan konsep ZOPFAN. Akhirnya disepakati konsep NWFZ untuk dimasukkan sebagai bagian dari Deklarasi Kuala Lumpur 1971 mengenai konsep ZOPFAN ASEAN atau konsep NWFZ telah menjadi bagian dari konsep ZOPFAN bagi negara-negara ASEAN hingga kemudian lahirnya konsep Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone SEANWFZ ini. Didorong oleh rasa kekhawatiran akan meningkatnya kepemilikan dan penyebaran senjata nuklir, serta keinginan-keinginan negara-negara Asia Tenggara untuk memelihara perdamaian dan stabilitas di kawasan dalam semangat hidup berdampingan secara damai dan saling pengertian dan mengingat pula Deklarasi Kawasan damai, bebas, dan netral ZOPFAN yang ditanda tangani di Kuala Lumpur pada tanggal 27 November 1971, maka negara-negara di Asia Universitas Sumatera Utara Tenggara berkeyakinan bahwa pembentukan Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara sebagai komponen penting dari ZOPFAN, akan memberikan arti bagi peningkatan keamanan dan ketenteraman negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas maka pada tanggal 15 Desember 1995, Treaty on the Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara di Bangkok. Dan itulah pertama kalinya seluruh negara-negara di kawasan Asia Tenggara duduk bersama untuk menyusun dan sekaligus menandatangi sebuah perjanjian guna meningkatakan perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Kesepuluh negara Asia Tenggara yang dimaksud adalah Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

B. Pengertian Tentang Zona Bebas Senjata Nuklir