Hubungan ZOPFAN Dengan SEANWFZ 1. ZOPFAN dan SEANWFZ Menurut Hukum Internasional

BAB IV IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI TERHADAP PEMBERLAKUAN

ZONA BEBAS SENJATA NUKLIR DI KAWASAN ASEAN PADA UMUMNYA DAN INDONESIA PADA KHUSUSNYA

A. Hubungan ZOPFAN Dengan SEANWFZ 1. ZOPFAN dan SEANWFZ Menurut Hukum Internasional

Menurut J. G. Starke bahwa Hukum Internasional dipisahkan kedalam Hukum Internasional Umum dan Hukum Internasional Regional. Yang dimaksud dengan Hukum Internasional Umum ialah peraturan yang dilaksanakan secara universal sedangkan Hukum Internasional Regional ialah peraturan-peraturan yang tumbuh pada suatu bagian dunia tertentu mengenai hubungan negara-negara yang terdapat disana, tanpa harus menjadi peraturan yang bersifat universal, misalnya “Hukum Internasional Amerika Latin” dengan peraturan-peraturan khusus mengenai suaka Diplomatik, yang dipersoalkan Mahkamah Internasional dalam “Coulombian Peruvian Asylum Case” tahun 1950 I.C.J.Report 1950. Menurut keputusan ini, maka : a Peraturan-peraturan regional tidak perlu lebih rendah derajatnya dari peraturan-peraturan Hukum Internasional umum, tetapi dapat bersifat “menambah” complementary atau “berhubungan correlated dengan peraturan Hukum Internasional Umum, dan b Pengadilan Internasional harus memakai peraturan-peraturan regional itu mengenai hubungan negara-negara dalam region itu, asalkan peraturan- Universitas Sumatera Utara peraturan regional telah dibuktikan dengan wajar di depan pengadilan tersebut. 36 Sejalan dengan pendapat diatas Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja memberikan pandangan mengenai Hukum Internasional, sebagai berikut : “Adanya lembaga-lembaga internasional regional demikian disebabkan oleh keadaan yang khusus terdapat di bagian dunia itu. Akan tetapi walaupun menyimpang, Hukum Internasional Regional itu tidaki usah bertentangan dengan Hukum Internasional yang berlaku umum. Bahkan adakalanya suatu lembaga atau konsep hokum yang mula-mula timbul dan tumbuh sebagai suatu konsep atau lembaga internasional regional, kemudian diterima sebagai bagian dari Hukum Internasional Umum”. 37 1 Artikel VII NPT Non-Proliferarion mTreaty mengatakan bahwa “Nothing in this treaty affects the right of any groups of states to conclude regional treties in order to ensure the total absence of nuclear” . Dimuatnya ketentuan ini dalam NPT adalah prakarsa negara-negara Amerika Latin yang telah berhasil merumuskan Traktat Tlatelolco yang telah menciptakan “Nuclear Weapon Free Zone” di Amerika Latin., Adapun yang menjadi dasar atau landasan hukum pembentukan Zona Bebas Senjata Nuklir adalah : 2 Paragraf 60-62 Dokumen Final Sidang Khusus Pertama Majelis Umum PBB mengenai Pelucutan Senjata. 3 Resolusi Majelis Umum PBB No. 3472 B XXX tanggal 11 Desember 1975. Maka dapat di lihat bahwa ZOPFAN dan SEANWFZ merupakan tata pengaturan regional yang dilahirkan oleh Badan Regional dalam hal ini ASEAN, 36 J.G. Starke, An Introduction to International Law, Pengantar Hukum Internasional, saduran F. Iswara, SH, LLM, Edisi IV, Alumni, Bandung, 1972, Hal. 3 37 Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja, SH, LLM, Pengantar Hukum Internasional, Bina Cipta , Bandung, 1989, Hal.7. Universitas Sumatera Utara dalam mengatur kestabilan dan keamanan internasional yang berlandaskan pada tujuan dan prinsip-prinsip Piagam PBB serta Dasa Sila Bandung dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan perselisihan di Kawasan Asia Tenggara sebelum mengajukannya kepada Dewan Keamanan PBB dan hal ini juga merupakan kontribusi berharga bagi Hukum Internasional yang benar-benar universal.

2. Tinjauan Terhadap ZOPFAN dan SEANWFZ Dilihat dari Aspek Hukum Organisasi Internasional

Sebelum melangkah lebih lanjut mengenai aspek Hukum Organisasi atas ZOPFAN dan SEANWFZ, maka kita perlu kembali kepada pengertian Organisasi Internasional itu sendiri. Menurut N.A. Maryan Green, mengatakan : “Organisasi Internaasional adalah organisasi yang dibentuk dengan suatu perjanjian dengan tiga negara atau lebih merupakan pihak-pihak”. Satu organisasi pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan yang menurut hukum dipisahkan dari setiap organisasi lainnya, dan terdiri dari satu badan atau lebih. Yang dimaksud badan adalah suatu kumpulan berbagai wewenang yang dekelompokkan dalam satu nama. Bagi organisasi-organisasi internasional yang dibentuk atau didirikan melalui perjanjian, diperlukan negara-negara sebagai pihak bukannya pemerintah, karena pemerintah hanya bertindak atas nama negara. Setelah menjadi pihak dalam suatu perjanjian, suatu negara akan menerima kewajiban-kewajiban yang pelaksanaannya akan dilakukan oleh pemerintah negara itu dan bukan negara Universitas Sumatera Utara sebagai keseluruhan. Perjanjian untuk membentuk suatu organisasi internasional pada hakekatnya merupakan instumen pokok bagi organisasi tersebut, yang juga merupakan hukum pokok bagi organisasi tersebut. 38 Untuk menjawab tantangan-tantangan semacam itu, organisasi internasional tersebut haruslah menciptakan aturan-aturan baru melalui suatu proses pembuatan hukum law-making process, apakah berbentuk persetujuan, perjanjian, konvensi, deklarasi atau dalam bentuk instrumen yang lain. Dengan melihat sifat organisasi internasional yang dinamis, maka dalam proses pengembangannya akan melihat pada dua aspek yaitu aspek keluar dan aspek kedalam. Keluar, dengan segala tantangan tersebut organisasi internasional itu sendiri harus dapat mengembangkan kegiatannya di berbagai bidang, sesuai dengan tujuan-tujuan yang akan dicapainya. Kedalam, tantangan-tantangan yang Dari segi hukum, organisasi internasional sebagai kesatuan entity yang telah memiliki kedudukan personalitas tersebut, sudah tentu akan mempunyai wewenangnya sendiri untuk mengadakan tindakan-tindakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam instrumen pokoknya maupun keputusan organisasi internasional tersebut, yang telah disetujui oleh para anggotanya. Di dalam mencapai tujuan organisasi internasional tersebut dan menghadapi berbagai tantangan akan adanya perkembangan dan kemajuan sektor- sektor dalam kehidupan internasional, kadang-kadang ketentuan-ketentuan yang tercermin dalam instrumen pokok kurang atau bahkan tidak dapat menampungnya. 38 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, UI-Press, Depok, 1990, Hal 105. Universitas Sumatera Utara akan dihadapi berupa masalah-masalah yang bersifat konstitusional, termasuk struktur organisasi itu sendiri. Untuk menjawab tantangan-tantangan baik keluar maupun kedalam haruslah dilakukan melalui apa yang disebut proses pembuatan hukum. 39 a Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kebersamaan dan persahabatan untuk mengokohkan landasan Demikian halnya dengan ASEAN yang telah menghasilkan konsep ZOPFAN dan SEANWFZ. Di sini ASEAN dapat di klarifikasikan ke dalam Organisasi Regional, karena ASEAN itu terbentuk dengan persetujuan yang dibuat oleh lebih dari tiga negara yang juga secara geografis berada di dalam satu kawasan, yaitu dengan Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. Ditinjau dari hukum organisasi maka ASEAN sebagai suatu organisasi regional diberi wewenang untuk menciptakan aturan-aturan untuk menjawab keadaan-keadaan atau tantangan yang dihadapi oleh ASEAN sendiri. Aturan- aturan itu dibuat melalui suatu proses pembuatan hukum law-making process apakah nanti hasilnya berupa persetujuan, perjanjian, konvensi, deklarasi ataupun dalam bentuk instrumen-instrumen lain. Terlepas dari itu semua, pembuatan aturan-aturan baru tersebut harus tetap mengacu pada tujuan pembentukan ASEAN sendiri seperti yang tertuang di dalam Deklarasi Bangkok, yaitu : 39 Ibid, Hal. 129. Universitas Sumatera Utara sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai; b Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara- negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa; c Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif serta saling membantu satu sama lain di dalam kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi; d Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana latihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, professional, teknik dan administrasi; e Untuk memelihara kerjasama lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan pertanian serta industri mereka, perluasan perdagangan komoditi internasional, perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat mereka; f Untuk memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan organisasi- organisasi internasional, dan juga menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerjasama yang lebih erat di antara mereka sendiri. Walaupun secara formal ASEAN terbentuk sebagai organisasi kerjasama ekonomi, sosial dan kebudayaan akan tetapi Deklarasi Bangkok tersebut tidak menutup kemungkinan untuk membentuk suatu kerjasama di bidang pertahanan dalam skala regional yaitu ZOPFAN dan SEANWFZ, dengan berorientasi Universitas Sumatera Utara terciptanya stabilitas dan perdamaian yang pada akhirnya akan mencapai perdamaian dan stabilitas dunia. Jadi tinjauan aspek hukum didalam tujuan ASEAN yang kedua, yaitu “meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antar negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB”.

3. Hubungan ZOPFAN dengan SEANWFZ

Dengan SOM Senior Official Meeting ASEAN bulan Januari 1984 di Jakarta, kelompok kerja ZOPFAN yang di ketuai oleh Dirjend Politik DEPLU Republik Indonesia berpendapat bahwa pembentukan Zona Bebas Senjata Nuklir Sebagai komponen ZOPFAN akan merupakan langkah terbaik untuk mewujudkan ZOPFAN. Sejak diterimanya Deklarasi Kuala Lumpur pada tanggal 27 November 1971, berbagai usaha melalui Komite Pejabat Tinggi ASEAN SOM telah dirintis untuk mewujudkan deklarasi tersebut. Salah satu pemikiran yang diajukan oleh Filipina pada SOM ke-6 di Kuala Lumpur tahun 1975 adalah berusaha menciptakan ZOPFAN melalui Denuklirisasi sebagai “Nuclear Weapon Free Zone” . Usul ini pada prinsipnya disepakati karena pada hakekatnya sejalan dengan Guidelines yang telah dirumuskan pada pertemuan SOM ASEAN kedua di Jakarta tahun 1972. Pada pertemuan SOM ASEAN ke-9 di Kuala Lumpur tersebut, denuklirisasi dibahas dengan mempergunakan kertas kerja Indonesia yang berjudul “Denuclearization in South East Asia”. Dari pertukaran pendapat mengenai konsep denuklirisasi tersebut telah disetujui hal-hal sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. The geographical extent of the concept should cover all South East Asia countries. b. The concept should remain loose and flexible to permit all South East Asia countries to participate in the formulation. c. The timing of the approaches on the proposal to other countries in the region is important for the time being it was felt that is not appropriate for such approaches to be individual basis and at the discreation of ASEAN member countries. d. The role and attitudes of the majors powers should be taken into account bearing in mind their interests in the region. e. The concept continues to be relevant to the ZOPFAN and should be further studied. Keadaan-keadaan di atas menunjukkan pada kita bahwa SEANWFZ itu lahir setelah konsep ZOPFAN. Dan kedua konsep ini merupakan dua konsep yang mempunyai visi yang sama yaitu terciptanya kawasan Asia Tenggara yang Bebas, Damai dan Netral. Sebenarnya esensi dari ZOPFAN itu sendiri mengenai pengaturan hubungan ASEAN dengan negara-negara di luar kawasan yang mempunyai kepentingan di kawasan Asia Tenggara. J. Soedjati Djiwandono memberi tanggapan atas hal ini : “Underlying the idea of ZOPFAN is in fact, the question of the nature of relationship between ASEAN and the external major powers. Form the out at ASEAN’s rejection of external interference and hence the ZOPFAN proposal has been addressed in principles to all power outside Universitas Sumatera Utara the region of Southeast Asia, since no particular power, be it big or small has ever been mentioned in that context” . 40

B. Indonesia Meratifikasi SEANWFZ