Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Perpustakaan

Websters Third Edition International Dictionary edisi 1961 menyatakan bahwa perpustakaan merupakan kumpulan buku, manuskrip, dan bahan pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacaan, kenyamanan, atau kesenangan. Definisi tersebut masih melihat perpustakaan dari segi koleksi buku dikaitkan dengan tujuan perpustakaan. Dalam Encyclopaedia Britanica dituliskan tentang pengertian perpustakaan yaitu: “A Library from Lat. Liber, “book” is a collection of written, printed or other graphic material incliding film, slide, phonograph record and tapes organized for use”. Pengertian di atas dapat diartikan bahwa suatu perpustakaan dari bahasa Latin liber, “buku” adalah suatu himpunan bahan-bahan tertulis, tercetak ataupun grafis lainnya termasuk film, slide, rekaman-rekaman fonografis dan tape-tape yang diatur untuk digunakan. 11 Dari definisi perpustakaan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perpustakaan adalah sebuah ruangan, ataupun gedung yang digunakan untuk menyimpan buku, maniskrip dan terbitan pustaka lainnya, yang disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca atau pengunjung perpustakaan, bukan untuk dijual.

B. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Perpustakaan

Perkembangan perpustakaan tidak dapat dipisahkan dari sejarah manusia karena perpustakaan merupakan produk manusia. Dalam sejarahnya, manusia mula-mula tidak menetap tetapi mengembara dari satu tempat ke tempat lain. 11 Zurni Za ha ra , “ Ko nse p Da sa r Ilm u Pe rp usta ka a n” a rtike l d ia kse s p a d a ta ng g a l 24 Juni 2008 d a ri http : lib ra ry.usu.a c .id d o w nlo a d fs p e rp us-zurni3.p d f Kehidupan seperti itu sering disebut kehidupan nomaden. Dalam pengembaraannya, manusia memperoleh pengalaman bahwa bila dia memberi tanda pada sebuah batu, pohon, papan, lempengan serta benda lainnya, ternyata manusia dapat menyampaikan berita ke manusia lainnya. Pesan ini dipahatkan pada batu atau pohon atau benda lainnya. Manusia berhubungan dengan manusia lain melalui bahasa lisan maupun bahasa isyarat. Setelah menggunakan berbagai tanda yang di pahatkan pada pohon ataupun batu ataupun benda lainnya, manusia mulai berkomunkasi dengan kelompok lain melalui bahasa tulisan. 12 Dari segi lain, tanda ataupun tulisan yang dipahatkan pada pohon atau batu atau benda lain dapat digunakan sebagai cantuman record mengenai apa yang dikatakan manusia maupun apa yang perlu diketahui seseorang. Adanya tulisan tersebut dapat membantu daya ingat manusia karena kini manusia dapat melihat ”catatannya” pada pohon, batu, dan lempengan. Pesan dalam berbagai pahatan itu dapat diteruskan ke generasi berikutnya. Bila kegiatan memberi tanda pada berbagai benda itu dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya maupun dari satu suku ke suku lainnya maka banyak dugaan bahwa perpustakaan dalam bentuknya yang sangat sederhana sudah mulai dikenal ketika manusia mulai melakukan kegiatan penulisan pada berbagai benda. Benda itu dapat diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya ataupun dapat dibaca oleh suku lain. Walaupun demikian, kita tidak pernah mengetahui kapan perpustakaan pertama kali berdiri. Hanya berdasarkan bukti arkeologis diketahui bahwa perpustakaan pada awal mulanya tidak lain berupa tumpukan catatan transaksi niaga. Dengan kata lain, perpustakaan purba tidak lain merupakan sebuah kemudahan untuk 12 Sulistyo -Ba suki, Pe ng a nta r Ilm u Pe rp usta ka a n, h. 19. menyimpan catatan niaga. Karena kegiatan perpustakaan purba tidak lain menyimpan kegiatan niaga maka ada kemungkinan bahwa perpustakaan dan arsip semula bersumber pada kegiatan yang sama untuk kemudian terpisah. 13 Seperti telah disebutkan di atas, manusia berusaha mencatat kegiatannya dengan cara memahatkan catatannya pada kayu, batu, dan lempengan. Lambat laun catatan itu dianggap kurang praktis karena sulit digunakan serta sukar disimpan. Catatan pada batu atau lempengan tanah liat memang dapat digunakan namun kurang praktis. Karena itu, manusia berusaha menemukan alat tulis yang lebih baik daripada alat tulis periode sebelumnya. Salah satu usaha yang berhasil ialah, penemuan orang Mesir sekitar tahun 2500 sebelum Masehi. Penemuan tersebut sederhana namun memuaskan serta mempunyai pengaruh besar bagi peradaban manusia. Orang Mesir berhasil menemukan bahan tulis berupa papyrus yang dibuat dari sejenis rumput yang tumbuh di sepanjang Sungai Nil. Rumput tersebut dipukul-pukul agar rata kemudian dikeringkan. Sesudah itu baru ditulisi dengan menggunakan pahatan dan tinta. 14 Dari kata papirus berkembanglah istifah paper, papier, papiere, papiros yang berarti kertas. Penemuan kertas dari rumput papirus ini dianggap penting bagi manusia karena serat selulosenya merupakan landasan kimiawi bagi pembuatan kertas zaman modern. Hingga sekitar tahun 700-an Masehi, papirus masih digunakan sebagai bahan tulis, kemudian mulai digunakan bahan lain seperti kulit binatang. 15 13 Sulistyo -Ba suki, Pe ng a nta r Ilm u Pe rp usta ka a n. 14 Sulistyo -Ba suki, Pe ng a nta r Ilm u Pe rp usta ka a n, h. 21. 15 Sulistyo -Ba suki, Pe ng a nta r Ilm u Pe rp usta ka a n. Sekitar abad pertama Masehi, sejenis bahan yang mirip dengan kertas yang kita gunakan dewasa ini telah ditemukan di Cina. Namun karena pengetatan yang dilakukan penguasa Cina terhadap semua benda yang keluar masuk dari Cina maka penemuan kertas itu tidak dikenal di Eropa hingga tahun 1150-an. Eropa baru mengenal kertas pada abad ke-12, sedangkan mesin cetak baru dikenal pada abad ke-15 maka pengembangan perpustakaan berjalan lambat. Ketika kertas sudah dikenal, sedangkan teknik pencetakan masih primitif, di Eropa Barat dikenal sejenis terbitan bernama incunabulla yang berarti buku yang dicetak dengan menggunakan teknik bergerak movable tipe sebelum tahun 1501. Kesemuanya itu merupakan bahan tulis yang bagus, kuat, tahan lama namun untuk membuatnya memerlukan waktu yang lama, sedangkan produknya terbatas. Pengaruhnya bagi perpustakaan adalah perpustakaan terutama di Eropa hanya menyimpan naskah tulisan tangan lazim yang disebut manuskrip. Manuskrip ini umumnya berbentuk gulungan atau biasa disebut scroll. 16 Kalau dilihat dari kenyataan di atas, nyatalah bahwa pada masa itu peradaban Cina jauh lebih maju daripada peradaban Eropa. Misalnya, dalam hal cetak mencetak orang-orang Cina telah menemukan sejenis bentuk cetakan, berupa cetakan blok dengan cara memahat sebuah aksara pada blok kayu. Teknik tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi tipe gerak yang artinya sebuah aksara dapat dipindahkan ke blok lain. Proses semacam ini baru dikenal di Eropa Barat sekitar tahun 1440 tatkala Johann Gutenberg dari kota Mainz, Jerman mencetak buku dengan tipe cetak gerak. Sejak penemuan Gutenberg ini sebenarnya penemuan untuk kawasan Eropa pembuatan manuskrip yang semula 16 Sulistyo -Ba suki, Pe ng a nta r Illm u Pe rp usta ka a n, h. 21 ditulis tangan, kini dapat digandakan dengan mesin cetak. Karena teknik pencetakan yang masih sederhana ini maka hasilnya pun masih sederhana dibandingkan dengan buku cetakan masa kini. Buku yang diterbitkan semasa ini hingga abad ke-16 dikenal dengan nama incunabula. 17 Mesin cetak penemuan Gutenberg kemudian dikembangkan lagi sehingga mulai abad ke-16 pencetakan buku dalam waktu singkat mampu menghasilkan ratusan eksemplar. Hasilnya bagi perpustakaan ialah terjadinya revolusi perpustakaan artinya dalam waktu singkat perpustakaan diisi dengan buku cetak. Revolusi yang mirip sama terjadi hampir 400 tahun kemudian ketika buku mulai digantikan bentuk elektronik. Dari Jerman, mesin cetak kemudian tersebar ke seluruh Eropa, kemudian dibawa lagi ke Asia tempat asal usul mesin cetak. Inilah hasil sampingan penemuan mesin cetak serta dampaknya terhadap perpustakaan. Mesin cetak yang diasosiasikan dengan buku menimbulkan dampak sosial yang besar. 18

C. Fungsi dan Peran Perpustakaan