Corak gerakan keilmuwan pada Dinasti Abbasiyah lebih bersifat spesifik. Kajian keilmuwan yang kemanfaatannya bersifat keduniaan bertumpu
pada ilmu kedokteran, di samping kajian yang bersifat pada al-Qur’an dan al- Hadits, sedang astronomi, mantik, dan sastra baru dikembangkan dengan
penerjemahan dari Yunani. Berikut kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai masa Bani Abbasiyah.
1. Kajian dalam Bidang Kedokteran
Dalam hal ini, ada catatan yang penting, kala itu di Irak dan daerah Islam lainnya sering terjadi sakit mata, maka fokus kedokteran paling awal
diarahkan untuk menangani penyakit itu. Dari tulisan Ibn Masawayh, kita mendapat sebuah risalah sistematik berbahasa Arab paling tua tentang
gangguan pada mata. Kisah tentang Jibril ibn Bakhtiarsyu, dokter khalifah al- Rasyid, al-Ma’mun, juga keluarga Barmark, telah mengumpulkan kekayaan
sebanyak 88.800.000 dirham, ini memperlihatkan bahwa profesi dokter bisa menghasilkan banyak uang. Sebagai dokter pribadi al-Rasyid, Jibril menerima
100 ribu dirham dari khalifah, ia juga menerima jumlah yang sama karena jasanya memberikan obat penghancur makanan di usus. Keluarga Bakhtiarsyu
melahirkan enam atau tujuh generasi dokter ternama hingga paruh pertama abad ke-11, banyak kemajuan berarti yang dilakukan orang Arab pada masa
itu. Merekalah yang membangun apotek pertama, mendirikan sekolah farmasi pertama, dan menghasilkan buku daftar obat-obatan.
51
Para penulis utama bidang kedokteran adalah orang Persia yang menulis dalam bahasa Arab: Ali al-Thabari, al-Razi, Ali ibn al-Abbas al-
51
Hitti, History of The Arabs, h. 455-456.
Majusi, dan Ibn Sina.
52
Al-Razi merupakan dokter Muslim terbesar dan penulis paling produktif. Karya utamanya adalah al-Hawi buku yang komprehensif,
yang pertama kali diterjemahkan ke bahasa Latin dengan judul Continens, seperti yang tercermin dari judulnya, buku ini dimaksudkan sebagai
ensiklopedia kedokteran. Selain merangkum pengetahuan kedokteran Yunani, Persia, dan Hindu yang telah dikuasai oleh orang Arab saat itu, buku itu juga
memuat konstribusi orisinal dalam bidang kedokteran. Karya al-Razi tentang kedokteran ini selama berabad-abad telah memberi pengaruh besar terhadap
pemikiran orang Barat Latin.
53
2. Bidang Filsafat Islam
Bagi orang Arab, filsafat merupakan pengetahuan tentang kebenaran dalam arti yang sebenarnya, sejauh hal itu bisa dipahami oleh pikiran
manusia.
54
Filosof pertama, al-Kindi atau Abu Yusuf ibn Ishaq, ia memperoleh gelar “filosof bangsa Arab”, dan ia memang merupakan representasi pertama
dan terakhir dari seorang murid Aristoteles di dunia Timur yang murni keturunan Arab. Al-Kindi lebih dari sekedar seorang filosof. Ia ahli
perbintangan, kimia, ahli mata dan musik.
55
Penyeragaman antara filsafat Yunani dengan Islam, yang dimulai oleh al-Kindi, seorang keturunan Arab, dilanjutkan oleh al-Farabi, seorang
keturunan Turki dan disempurnakan oleh Ibn Sina, seorang keturunan Suriah.
52
Hitti, History of The Arabs, h. 457.
53
Hitti, History of The Arabs, h. 457-458.
54
Hitti, History of The Arabs, h. 462
55
Hitti, History of The Arabs, h. 463.
Sistem filsafat al-Farabi merupakan campuran antara Platonisme, Aristotelianisme, dan mistisisme, yang membuatnya dijuluki sebagai “guru
kedua” al-mu’allim al-tsani, setelah Aristoteles. Salah satu karya al-Farabi adalah Risalah Fushush al-Hikam Risalah Mutiara Hikmah dan Risalah fi
Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadhilah Risalah tentang Penduduk Kota Ideal.
56
3. Bidang Astronomi dan Matematika