Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam telah membawa perubahan besar pada bangsa Arab dan seluruh pemeluknya. Masyarakat Muslim berhasil membentuk sebuah kerajaan besar yaitu Bani Abbasiyah yang wilayahnya meliputi jazirah Arabia, sebagian benua Afrika, Asia dan Eropa dari abad ke-7 sampai ke-12 Masehi, sejak munculnya Bani Abbasiyah inilah kejayaan Islam semakin terlihat. Islam sebagai agama yang dianut mayoritas masyarakat dalam Bani Abbasiyah tidak hanya berfungsi sebagai aturan hidup ritual keagamaan, melainkan juga menaungi, memberi arahan dan aturan terhadap segala aspek kehidupan dan paradaban yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya. Kebesaran masyarakat Muslim hampir empat setengah abad benar-benar telah mengubah masyarakat Arab yang dikenal keras menjadi masyarakat yang berperadaban maju. Pada kurun waktu ini pulalah, peradaban Islam amat berjasa dalam mempersiapkan dasar-dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. 1 Islam sebagai sebuah ajaran memberikan sebuah konsep tersendiri terhadap ilmu dan penyebaran ilmu bagi pemeluknya. Islam benar-benar 1 W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: kajian kritis dari tokoh orientalis. Terj. Hartono Hadikusuma Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990, h. vii. menjadikan menuntut ilmu pengetahuan sebagai kewajiban. 2 Kesadaran akan kewajiban terhadap ilmu yang tidak hanya terbatas pada kewajiban mencari dan mendalami ilmu saja, telah mendorong umat Islam mengembangkan lembaga- lembaga yang menjalankan fungsi pemrosesan dan penyebaran ilmu seperti lembaga pendidikan dan perpustakaan. Pada permulaan Bani Abbasiyah, belum terdapat pusat-pusat pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah, yang ada hanya beberapa lembaga non formal yang disebut Ma’ahid. Baru pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid didirikanlah lembaga pendidikan formal seperti Bait al-Hikmah yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh al-Ma’mun yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, observatorium, perpustakaan, dan lembaga penerjemahan. Dari lembaga inilah banyak melahirkan para sarjana dan ahli ilmu pengetahuan yang membawa kejayaan Bani Abbasiyah dan umat islam pada umumnya. 3 Perpustakaan menurut sistem ulama Islam dahulu, bukan saja tempat membaca, membahas dan menyelidik, bahkan juga tempat berhalaqah, seperti di masjid. Perpustakaan adalah sebagai institut ilmu pengetahuan masa sekarang, disamping usahanya memberi kesempatan kepada umum untuk membaca buku- buku dalam perpustakaan tersebut. Oleh sebab itu perpustakaan termasuk salah satu tempat pendidikan. Perpustakaan dapat diibaratkan sebagai telaga ilmu yang tidak pernah kering. Budaya masyarakat Muslim yang mendorong usaha pencarian dan penyebaran ilmu telah mendorong tumbuh dan berkembangannya perpustakaan. 2 Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21. Terj. Priyono dan Ilyas Hasan, Bandung: Mizan, 1980, h. 39. 3 Muhammad Nagib, “Sekilas Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Zaman Islam Klasik”, artikel diakses pada 13 Mei 2008 dari http:ngbmulty.multiply.comjournalitem38 Dari abad ke-9 M telah menjadi hal yang berkaitan dengan gengsi bagi para bangsawan dan orang kaya di seluruh dunia Islam untuk mengumpulkan karya- karya keagamaan, ilmiah dan sastra dan menyajikan koleksi tersebut terbuka bagi ilmuwan dan palajar. Perhatian kaum Muslimin dalam membangun perpustakaan-perpustakaan ternyata telah meninggalkan pengaruh besar dalam perputaran roda pendidikan dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan dalam Islam telah berkembang sedemikian rupa sehingga dapat dibanggakan. Di sebagian besar masjid, sekolah-sekolah, dan gedung-gedung pendidikan, terdapat perpustakaan-perpustakaan yang berisi berbagai jenis buku dan referensi yang jarang bandingannya untuk dipergunakan oleh para siswa, ulama, pembaca, dan para penyalin setiap saat. 4 Salah satu perpustakaan yang pernah berjaya di masa Bani Abbasiyah adalah perpustakaan Bait al-Hikmah yang didirikan pada tahun 830 M oleh Khalifah Harun al-Rasyid, kemudian dikembangkan lagi oleh anaknya yaitu Khalifah al-Ma’mun. Berisi tidak kurang dari 100.000 volume, boleh jadi sebanyak 600.000 jilid buku, termasuk 2.400 buah al-Qur’an berhiaskan emas dan perak disimpan di ruang terpisah. Menurut Cyril Elgood yang dikutip dari buku Mehdi Nakosteen: “Buku-buku tentang fiqih, tata bahasa, retorika, sejarah, biografi, astronomi, ilmu kimia dan lainnya tersusun dan tersimpan rapih dalam rak”. 5 Di samping dikenal sebagai perpustakaan yang besar, Bait al-Hikmah juga dikenal sebagai perguruan tinggi pertama dalam sejarah Islam. Adapun ilmu-ilmu 4 Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahri. Jakarta: Bulan Bintang, 1970, h. 87. 5 Cyril Elgood, “A Medical History of Persia and the Eastern Caliphate” dalam Mehdi Nakosteen, History Of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-1350 with: an Introduction to Medieval Muslim Education. Terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah Surabaya: Risalah Gusti, 1995, h. 95. yang berkembang saat itu salah satunya adalah kajian Historiografi yaitu ilmu yang membahas tentang masa lampau, biasanya menceritakan legenda dan anekdot yang terkait dengan masa pra-Islam, dan tradisi keagamaan yang berkisar pada nama dan kehidupan Nabi. Maka tak heran jika para khalifah-khalifah pada zaman keemasan Islam semakin sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan, untuk itu mereka mendirikan perpustakaan-perpustakaan sebagai pusat intelektual muslim, di mana kota Baghdad menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam yang terpenting dalam sejarah intelektual Islam. Dipilihnya topik yang berjudul Peran Perpustakaan dalam Membantu Pengembangan Ilmu Pengetahuan Masa Islam Klasik sebuah kajian historis tentang perpustakaan masa Bani Abbasiyah karena perpustakaan merupakan sumber ilmu dan telah menjadi bukti sebuah kesuksesan peradaban Islam dimasa lalu. Dengan melihat sejarah tersebut, maka dapat menjadi acuan kita untuk mampu memelihara tradisi keilmuan di masa lalu dengan menjadikan perpustakaan sebagai tempat pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan sehingga penulis tertarik untuk membahasnya. Selain itu, alasan lainnya adalah topik ini masih jarang diangkat oleh para mahasiswa, khususnya di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah