aspek dan kegiatan perpustakaan yang dapat berperan dalam penyebaran dan perkembangan ilmu pengetahuan masa klasik Islam.
1. Aspek-aspek Perpustakaan
a. Koleksi perpustakaan
1 Cakupan koleksi
Satu aspek yang menarik pada perpustakaan saat itu adalah luasnya jenis subjek yang mereka miliki. Kecuali untuk karya-karya
keagamaan dari agama lain, umat Islam masa itu mengumpulkan, menyalin, dan menerjemahkan segala sesuatu yang bisa mereka
peroleh, dalam semua subjek, periode, dan bahasa. Karya klasik Yunani dan Latin, filsafat Sansekerta, sejarah Mesir, epic Hindu, dan puisi cinta
Prancis abad pertengahan, juga biografi, ilmu alam, dan pseudoscience dari berbagai kurun waktu dan tempat semua itu dapat di temui dalam
koleksi perpustakaan.
74
Sifat koleksi perpustakaan yang bervariasi sangat tergantung pada minat pemilik perpustakaan. Koleksi perpustakaan besar dan
pribadi yang banyak di bangun oleh kalangan istana sangat bervariasi mencakup berbagai bidang. Pada masa selanjutnya ketika banyak
perpustakaan berada di masjid dan sekolah-sekolah agama, koleksi cenderung lebih terbatas pada buku-buku yang berhubungan dengan
penjelasan al-Qur’an, teologi dan hukum-hukum agama. Meskipun demikian seringkali koleksi perpustakaan jenis ini juga diperluas
dengan karya-karya dalam bidang geografi, sejarah, bahasa, dan subjek
74
Elmer P. Johnson. A History of Libraries in Western World New York: Scarecrow, 1982, h. 74.
yang diperlukan dalam pembahasan ilmu-ilmu agama.
75
Koleksi perpustakaan masjid yang luas mencakup banyak subjek, dapat ditemui
di masjid-masjid yang fungsinya tidak terbatas pada kegiatan keagamaan.
Koleksi perpustakaan Islam pada saat itu sudah mencapai jumlah yang tak terbilang banyaknya, contohnya pada perpustakaan
Bait al-Hikmah yang didirikan oleh Khalifah Harun al-Rasyid di kota Baghdad berisi tidak kurang dari 100 volume, sebanyak 600 jilid buku,
termasuk 2400 buah al-Qur’an berhiaskan emas dan perak yang disimpan di ruang terpisah. Lain lagi dengan perpustakaan para khalifah
dinasti Fatimiyah di Kairo, koleksinya berupa mushaf-mushaf dan buku-buku yang sangat berharga. Jumlah seluruh buku yang ada
mencapai 2.000.000 dua juta eksemplar. Perpustakaan Darul Hikmah di Kairo, mempunyai 40 lemari. Bahkan ada salah satu lemari yang
memuat 18,000 buku tentang ilmu-ilmu kuno. Perpustakaan Al-Hakam di Andalus sangat besar dan luas untuk ukuran di zamannya. Buku yang
ada pada perpustakaan ini mencapai 400.000 buah.
76
Para khalifah terlihat sangat perduli dengan penyebaran ilmu pengetahuan di masa itu. Mereka bahkan berusaha berlomba-lomba
untuk menyaingi perpustakaan khalifah lain, berusaha untuk memiliki sebuah buku yang dianggap terkenal dari seorang penulis walaupun
75
R. S. Mackensen. “Four Great Libraries of Medieval Baghdad”, Library Quarterly, 2 1932, h. 280.
76
“Mengenang kemajuan perpustakaan Islam” artikel di akses pada 29 April 2008 dari http:bikinperpus.wordpress.com
harus menempuh jarak yang sangat jauh dan membutuhkan pengorbanan materi dan tenaga. Ini dikarenakan setiap perpustakaan
mempunyai seorangbeberapa orang yang bertugas untuk menambah koleksi dengan survei buku-buku apa yang sedang diminati masyarakat
masa itu.
2 Organisasi koleksi
Penerapan prinsip kepustakawanan dalam penyusunan koleksi terlihat dari penempatan koleksi buku di perpustakaan saat itu.
Penempatan koleksi biasanya berdasarkan subyek dan aturan tertentu dengan mempertimbangkan kenyamanan pemakai.
77
Susunan ini tidak semata-mata hanya berdasarkan materi subyek tetapi juga berdasarkan satu skema klasifikasi tertentu. Pola-pola
pengklasifikasian banyak muncul bersamaan dengan berkembangnya buku dan perpustakaan yang diiringi oleh kemajuan ilmu pengetahuan.
Perhatian para Ilmuwan Muslim yang besar terhadap konsep ilmu tidak saja membuat mereka dapat menciptakan berbagai macam definisi ilmu
pengetahuan tetapi membuat pembagian dan pengklasifikasian ilmu pengetahuan. Di antaranya yang paling terkenal adalah hasil
pengklasifikasian oleh Al-Kindi 801-973 M, Al-Farabi wafat 950 M, Ibn Sina 980-1037 M, Al-Ghazali 1058-1111 M, Al-Razi 864-925
M, dan Ibn Khaldun 1332-1403 M.
78
77
Johnson. A History of Libraries.
78
Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21. Terj. Priyono dan Ilyas Hasan, Bandung: Mizan, 1980, h. 39.
Berikut contoh Klasifikasi ilmu menurut Ibn Sina yang dikutip dari Asas-asas Pendidikan Islam.
79
Ilmu Sementara
Abadi: hikmah Sebagai Tujuan
Sebagai Alat: Logika -
Ilmu Tabi’I
- Akhlak
- Ilmu Matematika
- Pengurusan Rumah -
Ilmu Metafisika - Pengurusan Kota Politik
- Ilmu Universal
- Syari’ah Hukum Agama Koleksi yang sudah disusun berdasarkan subjek kemudian
disimpan dalam ruangan-ruangan terpisah yang dapat dikunci. Dalam perpustakaan yang lebih kecil, buku-buku disimpan dalam peti-peti atau
kotak-kotak yang mempunyai daftar isi di bagian luarnya. Perpustakaan besar terkadang mempunyai subjek spesialis yang bertugas di setiap
ruangan tersebut. Umumnya perpustakaan kecil ketika itu sudah mempunyai
katalog berbentuk lembaran-lembaran yang merupakan daftar dokumen yang dimiliki perpustakaan.
80
Sedangkan perpustakaan-perpustakaan besar diperkirakan telah membuat katalog dalam bentuk buku. Bentuk
katalog ini berbeda dengan yang umumnya berkembang sekarang ini yaitu katalog dalam bentuk kartu atau yang lebih praktis yaitu katalog
online yang ada pada perpustakaan saat ini. Katalog berbentuk buku merupakan bentuk katalog yang pertama kali ada. Sebagian sumber
79
Hassan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementrian Pendidikan Malaysia, 1991, h. 108.
80
Johnson. A History of Libraries, h. 74.
menyatakan ada sekitar 12 sampai dengan 40 jilid katalog di sebuah perpustakaan yang besar.
Koleksi perpustakaan dikatalogkan menurut subjek. Kemudian tiap buku disusun menurut urutan dalam tiap kelas. Karena penempatan
bahan di ruangan atau di lemari berdasarkan susunan subjek maka katalog tersebut tampak seperti buku induk berkelas. Katalog dalam
bentuk ini pada masanya dapat berfungsi dengan baik dan digunakan secara luas meskipun katalog ini hanya memberikan satu macam
pendekatan, yaitu pendekatan subjek dalam penelusuran koleksi.
81
Kemudahan proses temu kembali di perpustakaan-perpustakaan masa itu terbantu dengan banyaknya petugas yang disediakan perpustakaan
untuk melayani pemakai. Diperkirakan katalog ini juga digunakan sebagai daftar
inventaris buku di perpustakaan selain sebagai sarana temu kembali. Di samping itu sebagian katalog juga mencantumkan keterangan tentang
halaman-halaman yang sudah hilang, atau bagian-bagian dari buku itu yang sudah tidak ada lagi.
82
Gambaran mengenai katalog ini dapat dilihat dalam al-fihrist karya Ibn al-Nadim. Ada ahli sejarah yang menganggap karya Ibn al-
Nadim ini sebagai katalog induk dari beberapa perpustakaan besar saat itu, sementara sebagian yang lain berpendapat bahwa al-fihrist adalah
sebuah bibliografi yang dimaksudkan untuk mendaftar seluruh buku
81
Johnson. A History of Libraries, h. 75.
82
Ahmad Shalaby, Sejarah Pendidikan Islam. Terj. Muchtar Yahya dan Sanusi Latief. Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 145.
dalam bahasa Arab yang ada pada masa Abbasiyah, baik karya terjemahan maupun karya asli. Selain itu al-fihrist juga memuat biodata
pengarang dan penyusun buku, pemilik buku yang terdaftar, juga tempat perdagangan buku.
Al-fihrist disusun oleh Abu al-Faraj Muhammad ibn Ishaq, atau yang lebih dikenal dengan nama Ibn al-Nadim, pada tahun 988 M di
Konstatinopel. Al-fihrist dibagi atas 10 kelas utama, yaitu 1 al-Qur’an, 2 Tata bahasa, 3 Sejarah, 4 Puisi, 5 Filsafat scholastik
dogmatis, 6 Hukum, 7 Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Kuno, 8 Bacaan ringan 9 Agama 10 Kimia. Enam kelas pertama untuk buku-
buku Islam sedangkan empat yang terakhir untuk buku-buku non- Islam.
83
Pada masa itu belum dikenal cara penempatan buku dalam rak seperti yang umumnya dilakukan sekarang ini, yaitu penempatan buku
secara tegak lurus. Cara penempatan buku yang biasa dilakukan pada saat itu adalah penempatan secara horizontal. Buku diletakkan pada
bagian sisinya, yang satu di atas yang lain.
84
Karena buku diletakkan pada bagian sisinya maka banyak terjadi kerusakan pada bagian sampul
luar, dan halaman judul. Pada umumnya layanan perpustakaan bersifat terbuka. Siapa
saja bisa dengan bebas mengambil buku-buku yang ingin dibacanya
83
Mehdi Nakosteen, History Of Islamic Origins of Western Education A.D. 800-1350 with: an Introduction to Medieval Muslim Education. Terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah
Surabaya: Risalah Gusti, 1995, h. 41-44.
84
Ibn Jama’ah, Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim yang dikutip oleh Shalaby, Sejarah Pendidikan, h. 142.
dari rak. Apabila pemakai perpustakaan mengalami kesulitan menemukan buku yang diperlukannya dia dapat meminta bantuan
kepada staf perpustakaan. Memang ada sebagian koleksi yang disimpan dalam rak-rak tertutup, khususnya untuk koleksi yang berharga atau
langka. Untuk koleksi jenis ini pemakai harus memperoleh izin dari pemilik atau kepala perpustakaan agar bisa menggunakannya.
85
b. Gedung dan fasilitas perpustakaan