Analisis Gaya Bahasa pada Idiom beserta Fungsi dan Maknanya

38

4.2.2 Analisis Gaya Bahasa pada Idiom beserta Fungsi dan Maknanya

Disini peneliti mengambil sampel empat varian idiom bahasa Mandarin yang mengandung gaya bahasa pada buku Chinese Idiomatic Phrases for Foreign Students. Keempat varian idiom ini dianalisis makna gaya bahasanya sehingga mendapatkan fungsi gaya bahasa tersebut pada idiom. Makna yang berhubungan dengan gaya bahasa, ada yang dapat dilihat dari segi kedekatan antarmakna, ada pula yang dapat dilihat dari segi kesamaan antarmakna, dan lain sebagainya.

4.2.2.1 Gaya Bahasa Perumpamaan

比喻 b ǐyù Gaya bahasa perumpamaan 比喻 b ǐyù merupakan hal yang berhubungan dengan kesamaan antarmakna. Gaya bahasa ini memanfaatkan sisi kemiripan dua bendahal untuk melakukan pengumpamaan. Contoh idiom shúy ǔ yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah: 16 Chéngy ǔ : 如饥似渴 rúj ī sìkě = Seperti lapar dan seperti haus 17 Yàny ǔ : 隔行如隔山 géhang rú gésh ān = pekerjaan tidak sama seperti jarak antar gunung 18 Xi ēhòuyǔ : 哑巴吃黄连——有苦说不出 y ǎba chī huánglián – yǒukǔ shu ōbùchū = Orang bisu makan ramuan obat pahit – terasa tapi tak terucapkan 19 Guànyòngy ǔ : 当耳旁风 d āng ěrpángfēng = dijadikan tiupan angin di sisi kuping Pada contoh 16 terdapat kata “seperti”, sehingga termasuk dalam gaya bahasa simile míngyù, yang menganalogikan keinginan yang amat besar dengan orang yang lapar akan makanan dan haus akan minuman. Contoh 17 juga menggunakan gaya bahasa simile míngyù, yang mengumpamakan dua pekerjaan yang berbeda seperti dipisahkan oleh sebuah Universitas Sumatera Utara 39 gunung besar, dalam arti “sangat berbeda”. Contoh 18 termasuk gaya bahasa jièyù, karena disini langsung menggunakan pembanding “orang bisu makan ramuan obat pahit” untuk menggantikan noumenon “orang yang mengalami kesulitan tetapi tidak bisa mengatakannya”. Contoh 19 juga menggunakan gaya bahasa jièyù, dengan pembanding “tiupan angin di sisi kuping” menggantikan noumenon “nasihat yang tak diindahkan”. Gaya bahasa perumpamaan menggunakan analogi atau perumpamaan untuk menjelaskan idiom yang sulit dimengerti menjadi mudah dimengerti, sehingga menjadikan idiom tampak lebih nyata dan berfigur serta mudah dimengerti.

4.2.2.2 Gaya Bahasa PersonofikasiDepersonifikasi

比拟 b ǐnǐ Selain kedekatan makna dan kesamaan makna, kadang-kadang orang mendapat kenyataan yang berhubungan dengan penerapan makna. Misalnya dalam bahasa Indonesia ada kata mengamuk yang biasanya dihubungkan dengan manusia. Tetapi makna kata mengamuk diterapkan pada benda-benda yang lain, sehingga muncullah urutan kata: api mengamuk, laut mengamuk, ombak mengamuk, topan mengamuk. Dikaitkan dengan gaya bahasa, maka penerapan makna seperti ini disebut gaya bahasa personifikasi dan depersonifikasi. Contoh idiom shúy ǔ yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah: Universitas Sumatera Utara 40 20 Chéngy ǔ : 不翼而飞 bú yì ér f ēi = tak bersayap tapi bisa terbang Æ Depersonifikasi 21 Yàny ǔ : 红 花 还 得 绿 叶 扶 hónghu ā háidĕi lǜyè fú = bunga merah masih perlu dipapah daun hijau Æ Personifikasi 22 Xi ēhòuyǔ : 黄 鼠 狼 给 鸡 拜 年 — — 没 安 好 心 huángsh ǔláng gěi jī bàinián – méi ān hǎoxīn = musang berkunjung dan mengucapkan selamat tahun baru kepada ayam – bermaksud jahat Æ Personifikasi 23 Guànyòngy ǔ : 翘尾巴 qiào w ěiba = menjungkit ekor Æ Depersonifikasi Pada contoh 20, “yì” artinya sayap. Chéngy ǔ ini memiliki arti “tidak memiliki sayap tetapi bisa terbang”. Hal yang dimaksudkan disini adalah berita atau benda. Berita atau benda adalah bendahal yang tak bernyawa. Chéngy ǔ ini menjadikan berita atau benda memiliki sifat seperti binatang yang memiliki sayap, sehingga bisa terbang depersonifikasi. Bunga merah dan daun hijau adalah bagian dari tubuh tumbuhan, merupakan sesuatu yang tak hidup. Bunga merah dan daun hijau tidaklah mungkin bisa memiliki sifat seperti manusia yaitu memapah. Contoh 21 menggunakan gaya bahasa personifikasi sehingga menjadikan “bunga merah” dan “daun hijau” memiliki sifat manusia tersebut. Musang adalah binatang pemakan ayam. “Berkunjung dan mengucapkan selamat tahun baru” adalah tingkah laku manusia berkunjung ke rumah sanak famili pada saat tahun baru. Contoh 22 menggunakan gaya bahasa personifikasi sehingga “musang” dapat melakukan kegiatan berkunjung dan mengucapkan selamat tahun baru itu. Contoh 23 menjadikan manusia seolah-olah memiliki ekor seperti binatang sehingga bisa menjungkitkan ekor. Gaya bahasa yang digunakan adalah Contoh gaya bahasa depersonifikasi. Arti sebenarnya dari guànyòngy ǔ “menjungkit ekor” Universitas Sumatera Utara 41 adalah sombong, congkak, tinggi hati. Personifikasi dan depersonifikasi memiliki fungsi menjadikan idiom memiliki nilai humoris, berfigur, mudah diingat dan dimengerti.

4.2.2.3 Gaya Bahasa MetonimiaSinekdoke

借代 jièdài Hal kedekatan makna berhubungan dengan metonimia. Metonimia mengandung kedekatan makna dari dua hal, bahkan kadang-kadang sifat tertentu dari bendahal tersebut langsung digunakan untuk menggantikan bendahal yang dimaksud. Contoh idiom shúy ǔ yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah: 24 Chéngy ǔ : 白头偕老 báitóu xiél ǎo = berambut putih sampai tua 25 Yàny ǔ : 三个臭皮匠,顶个诸葛亮 s ān gè chòu píjiàng, dǐng gè zhū G ěliàng = kecerdikan tiga tukang sepatu, sam dengan kecerdikan Zhu Geliang 26 Guànyòngy ǔ : 大锅饭 dà gu ōfàn = makanan untuk orang banyak Contoh 24 menggunakan “rambut putih” untuk menyebut “tua”, arti sebenarnya adalah suami-isteri hidup bahagia sampai hari tua. “Tukang sepatu” berarti tukang memperbaiki sepatu. “Zhu Geliang” adalah nama salah satu tokoh sejarah pada zaman tiga negara, seseorang yang sangat bijaksana. Di hati orang Cina, tokoh ini adalah jelmaan dari kebijaksanaan. Contoh 25 menggunakan “tukang sepatu” sebagai pengganti untuk menyebut “orang awam” dan “Zhu Geliang” sebagai pengganti untuk menyebut “orang bijaksana”. Pada contoh 26 “Makanan untuk orang banyak” digunakan untuk menyebut situasi yang sama, tiada beda. Universitas Sumatera Utara 42 Dengan menggunakan gaya bahasa metonimiasinekdoke, maka idiom menjadi lebih berfigur dan nyata.

4.2.2.4 Gaya Bahasa Hiperbola

夸张 ku āzhāng Hal yang menyamakan makna dapat dilihat juga pada keadaan yang suka berlebih-lebihan. Dihubungkan dengan gaya bahasa, maka hal seperti ini disebut gaya bahasa hiperbola. Contoh idiom shúy ǔ yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah: 27 Chéngy ǔ : 废寝忘食 fèi q ǐn-wàng shí = lupa makan dan tidur 28 Yàny ǔ : 人 心 齐 , 泰 山 移 rénx īn qí, tàishān yí = Jika hati rakyat disatukan, gunung Tai bisa dipindahkan 29 Guànyòngy ǔ : 笑掉牙 xiào diàoyá = tertawa hingga gigi terlepas Arti chéngy ǔ pada contoh 27 diatas adalah terlalu serius belajar atau bekerja hingga lupa waktu makan dan lupa waktu tidur. Bagaimana seriusnya pun kita belajar atau bekerja tidaklah mungkin bisa sampai lupa makan dan tidur, chéngy ǔ ini adalah menggunakan gaya bahasa hiperbola. Gunung Tai adalah gunung tinggi di negara Cina. Bagaimana mungkin kita bisa memindahkan sebuah gunung besar? Contoh 28 memanfaatkan gaya bahasa hiperbola untuk memperbandingkan bahwa jika bersatu, maka hal sesulit apapun bisa diselesaikan. “Tertawa hingga gigi terlepas” pada contoh 29 diatas juga menggunakan gaya bahasa hiperbola, karena meskipun kita tertawa terbahak-bahak, tidak mungkin bisa sampai gigi terlepas. Dengan gaya bahasa hiperbola akan menambah daya tarik dari idiom, karena Universitas Sumatera Utara 43 cara penyampaian gaya bahasa ini yang menarik.

4.2.2.5 Gaya Bahasa Paronomasia

关 shu āngguān Gaya bahasa paronomasia juga memanfaatkan segi kesamaan makna untuk menyatakan maksud yang ingin disampaikan. Chéngy ǔ tidak mengandung gaya bahasa ini, karena kebanyakan chéngy ǔ berasal dari cerita-cerita kebijaksanaan yang sudah ada sejak dulu. Selain itu, bentuk chéngy ǔ lebih konstan, pada umumnya susunan dan unsur-unsur pembentuknya tidak bisa diubah. Contoh idiom shúy ǔ yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah: 30 Yàny ǔ : 人无头不走,鸟无头不飞 rén wú tóu bù z ǒu, niǎo wú tóu bù f ēi = orang tidak ada kepala tak jalan, burung tak ada kepala tak terbang 31 Xi ēhòuyǔ : 小葱拌豆腐 —— 一青 清 二白 xi ǎocōng bàn dòufǔ – yī q īng èr bái = daun bawang diaduk dengan tahu – satu hijau satu putih 32 Guànyòngy ǔ : 气 妻 管炎 qìgu ǎn yán = radang tenggorakan Contoh 30 memanfaatkan sifat homonim dari “kepala”; kepala boleh berarti “bagian paling atas tubuh manusia”, dan juga boleh berarti “pemimpin”. Makna “kepala” pada contoh 30 diatas adalah “pemimpin”. Contoh 31 dan 32 memanfaatkan sifat homofon dari karakter “ 青 ” – “ 清 ” yang sama-sama bunyinya “q īng” dan “ 气 ” – “ 妻 ” yang hampir sama bunyinya “qì” - “q ī”. Gaya bahasa paronomasia menjadikan makna idiom beragam, memiliki kesan yang menyenangkan, melemahkan makna idiom eufenisme, dan menajamkan makna idiom. Universitas Sumatera Utara 44

4.2.2.6 Gaya Bahasa

对偶 duì’ ǒu Gaya bahasa duì’ ǒu biasanya hanya ada pada kalimat yang relatif panjang dan memanfaatkan keseimbangan dari bentuk kiri dan kanannya. Oleh karena itu, duì’ ǒu tidak dijumpai pada guànyòngyǔ dan xiēhòuyǔ. Hal ini dikarenakan bentuk guànyòngy ǔ yang hanya terdiri dari susunan tiga karakter, sehingga tidak memungkinkan adanya keseimbangan bentuk; dan bentuk xi ēhòuyǔ yang terdiri dari dua bagian, dengan bagian depan sebagai analogi dan bagian kedua sebagai penjelasan juga tidaklah memungkinkan adanya keseimbangan ini. Makna dalam gaya bahasa ini berhubungan dengan kesejajaran makna yang digunakan. Contoh idiom shúy ǔ yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah: 33 Chéngy ǔ : 家喻户晓 ji āyù-hùxiǎo = diketahui oleh setiap orang 34 Yàny ǔ : 男大当婚,女大当嫁 nándà d āng hūn, nǚdà dāng jià = anak lelaki besar akan menikah, anak perempuan besar akan dinikahi Gaya bahasa duì’ ǒu pada contoh 33 dan 34 terlihat pada penggunaan kata- kata yang bersinonim dan sifat kata yang sama. Misalnya kata benda-kata benda atau kata kerja- kata kerja. Contoh 33, karakter “ji ā” dan “hù” memiliki arti yang sama yaitu “rumah”; karakter “yù” dan “xi ǎo” memiliki arti yang sama yaitu “mengerti, paham”. Pada contoh 34 “anak lelaki besar” sama bentuknya dengan “anak perempuan besar” dan “menikah” berantonim dengan “dinikahi”. Gaya bahasa duì’ ǒu memiliki fungsi menjadikan idiom terasa berirama pada saat diucapkan dan terasa ringan pada saat didengar, sehingga enak didengar dan mudah diingat. Universitas Sumatera Utara 45

4.2.2.7 Gaya Bahasa Antitesis

对比 duìb ǐ Gaya bahasa antitesis memanfaatkan perbandingan dua hal yang saling bertentangan atau berlawanan, biasanya ditandai dengan penggunaan kata yang berantonim. Makna gaya bahasa ini berhubungan dengan perbandingan dua makna kata yang berlawanan. Contoh idiom shúy ǔ yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah: 35 Chéngy ǔ : 口是心非 k ǒu shì xīn fēi = mulut iya, hati tidak 36 Yàny ǔ : 旧的不去,新的不来 jiùde bùqù, x īnde bùlái = yang lama tidak pergi, yang baru tidak datang Kedua contoh diatas tampak jelas melakukan perbandingan terhadap dua hal, yang ditandai dengan penggunaan kata-kata yang berantonim. Contoh 35 menggunakan kata berantonim “iya” dan “tidak”, untuk menyatakan maksud “lain di hati, lain di mulut”. Contoh 36 menggunakan frasa “yang lama” yang berantonim dengan frasa “yang baru” dan kata “pergi” berantonim dengan kata “datang”. Berdasarkan analisis peneliti, gaya bahasa antitesis hanya dijumpai pada chéngy ǔ dan yànyǔ, karena bentuk kedua varian idiom ini relatif lebih lengkap dan panjang. Sedangkan varian idiom lain seperti xi ēhòuyǔ dan guànyòngyǔ relatif lebih sederhana dan kebanyakan berupa analogikiasan. Penggunaan gaya bahasa antitesis menjadikan dua sisi yang berlawanan dari suatu hal tampak lebih jelas, sehingga sekali dilihat langsung tampak perbandingannya. Universitas Sumatera Utara 46

4.2.2.8 Gaya Bahasa Repetisi

复 f ǎnfù Gaya bahasa repertisi melakukan pengulangan beberapa kata atau kalimat untuk menyatakan penegasan terhadap kata atau kalimat itu. Contoh idiom shúy ǔ yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah: 37 Chéngy ǔ : 诚 心 诚 意 chéng x īn chéng yì = setulus hati, setulus perasaan 38 Yàny ǔ : 知 人 知 面 不 知 心 zh ī rén zhī miàn búzhī xīn = mengetahui orangnya, mengetahui mukanya, tetapi tidak tahu hatinya Contoh 37 melakukan pengulangan terhadap kata “ 诚 chéng” yang artinya “tulus”. Contoh 38 mengulang pemakaian kata “ 知 zh ī” yang artinya “mengetahuimemahami”, untuk menegaskan maksud “maksud hati sulit ditebak”, walaupun saling kenal orang dan wajah, tetapi hati siapa tahu. Gaya bahasa repetisi berfungsi untuk melakukan penegasan terhadap hal yang dimaksudkan.

4.2.2.9 Gaya Bahasa Erotesis

问 f ǎnwèn Gaya bahasa erotesis menggunakan bentuk pertanyaan tetapi tidak memerlukan jawaban. Gaya bahasa ini biasanya hanya sebagai penegasan bahwa maksud yang diinginkan adalah maksud sebaliknya dari yang ditanyakan itu. Contoh idiom shúy ǔ yang memanfaatkan gaya bahasa ini adalah: 39 Chéngy ǔ : 岂有此理 q ǐ yǒu cǐ lǐ = mana ada aturan seperti ini 40 Yàny ǔ : 常在河边站,哪能不湿鞋 cháng zài hébi ān zhàn, nǎ néng bú sh ī xié = sering berdiri di pinggir sungai, mana mungkin tidak membasahi sepatu Universitas Sumatera Utara 47 Contoh 39 “mana ada aturan seperti ini” menegaskan maksud “tidak ada aturan seperti ini. Contoh 40 “mana mungkin tidak membasahi sapatu” menegaskan maksud pasti akan membasahi sepatu. Gaya bahasa ini memiliki fungsi menegaskan maksud yang diinginkan adalah maksud yang sebaliknya dari yang dipertanyakan itu. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN