Pengaruh Suku Bunga Dan Nilai Tukar Terhadap Kebutuhan Penyediaan Modal PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

(1)

PENGARUH SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR TERHADAP

KEBUTUHAN PENYEDIAAN MODAL PT. BANK MANDIRI

(PERSERO) TBK.

TESIS

Oleh

PRICILLIA ARYANTI

037019067/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

S

EK O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N A


(2)

PENGARUH SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR TERHADAP

KEBUTUHAN PENYEDIAAN MODAL PT. BANK MANDIRI

(PERSERO) TBK.

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

PRICILLIA ARYANTI

037019067/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2006


(3)

Judul Tesis : PENGARUH SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR TERHADAP KEBUTUHAN PENYEDIAAN MODAL PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK

Nama Mahasiswa : Pricillia Aryanti

Nomor Pokok : 037019067

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) Ketua

(Drs. Syahyunan, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS)

Direktur


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 15 September 2006

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si

2. Dr. Rismayani, SE, M.Si

3. Dr. Muslich Lutfie, SE, MBA, Ak


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: “PENGARUH

SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR TERHADAP KEBUTUHAN

PENYEDIAAN MODAL PT. BANK MANDIRI (PERSERO) TBK”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 15 September 2006 Yang membuat pernyataan,

(Pricillia Aryanti) NIM: 037019067/IM


(6)

PENGARUH SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR TERHADAP KEBUTUHAN PENYEDIAAN MODAL PT. BANK

MANDIRI (PERSERO) TBK ABSTRAK

Permodalan dibutuhkan oleh sebuah bank dalam mencapai tujuannya untuk memperoleh keuntungan. Konsekuensinya adalah bank harus dapat mendayagunakan modal tersebut agar dapat mengalokasikan biaya dana yang relatif murah.

Tingginya tingkat suku bunga dan resiko nilai tukar yang dapat terdepresiasi secara besar-besaran mengakibatkan perbankan mengalami kondisi negative spread, dimana jumlah kerugian bank melebihi modal yang dimiliki. Biaya bunga terhadap dana yang dihimpun bank yang salah satunya dalam bentuk deposito lebih tinggi dibandingkan pendapatan bunga yang berasal dari kredit.

Di dalam menghadapi kondisi yang demikian maka PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai bank devisa yang memiliki aset terbesar dari hasil penggabungan empat bank selama tujuh tahun berusaha untuk dapat mengimbangi perolehan Net Interest Margin (NIM) yang wajar antara beban bunga dan pendapatan bunga agar tidak terjadi Negative Spread. Untuk itu PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. dituntut agar selalu mampu menjaga tingkat likuiditas yang wajar dalam arti pemenuhan kewajiban segera dan sekaligus juga mampu mengejar tingkat rentabilitas yang maksimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor suku bunga dan nilai tukar berpengaruh terhadap kebutuhan penyediaan modal bank. Objek penelitian adalah PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., sedangkan yang dipilih sebagai sampel adalah laporan keuangan bulanan untuk suku bunga deposito dan nilai tukar periode bulan Januari 2002 sampai dengan Desember 2005. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan terlebih dahulu menggunakan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikoloniaritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor suku bunga deposito dan nilai tukar secara simultan berpengaruh terhadap kebutuhan penyediaan modal. Sedangkan secara parsial variabel nilai tukar tidak berpengaruh. Lebih lanjut diketahui bahwa faktor suku bunga untuk deposito adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi kebutuhan penyediaan modal.

Kontribusi model dalam menganalisis pengaruh faktor suku bunga dan nilai tukar yang dipergunakan terhadap kebutuhan penyediaan modal untuk deposito ditunjukkan oleh nilai R² adalah sebesar (0.879). Sehingga perlu untuk dilakukan

penelitian selanjutnya dengan memasukkan variabel-variabel lain yang secara teoritis dapat mempengaruhi kebutuhan penyediaan modal untuk memperoleh hasil yang lebih baik.


(7)

THE INFLUENCE OF INTEREST RATE AND FOREIGN EXCHANGE FOR THE CAPITAL SUPPLIES NEEDS OF PT. BANK MANDIRI

(PERSERO) TBK

ABSTRACT

Capital is needed by a bank to operate their goals to get the profit. The consequence is that the bank must using it efficiently to allocate the lower cost of fund.

High interest rates and foreign exchange which can depreciated greatly causing banking get a negative spread condition, where the loss is more than the capital that they have. Interest cost for funds collecting by bank that the one is time deposit higher than the interest income from credit.

In facing that condition, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. as a biggest assets devisa bank merge from four banks for seven years try to balance the fair net interest margin achievment between interest cost and interest income to avoid from the negative spread. For that reason, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk has always to keeps its fair liquidity which means to fulfillment soon their obligation and also able to get the maximum rentability.

This research response issue about knowing interest rates and foreign exchange factors influencing the capital supplies needs. The object in this research is capital supplies needs of PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. while those selected to be the samples are the the time deposits monthly financial reports and the foreign exchange for period from Januari 2002 until December 2005. Hypothesis testing was done through the multiple regression analysis and prior to that a classic assumption test including normality, molticoliniearity, heteroscedasticity, and auto-correlation test was conducted.

The findings of this study reveal that the interest rates and foreign exchange factors for time deposit simultaneously influence the capital of supplies needs. While the variables of foreign exchange factors not influence. Further, it is found out that the most dominant factor influencing the capital supplies needs is interest rates factor through time deposit.

The contribution of model in analyzing the influence of its independent variables is shown for time deposit by the value of R² (0.879). Therefore, it is

suggested that further study including other variables which can theoretically influence capital supplies needs, needs to be conducted.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini untuk memenuhi persyaratan kelulusan di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana USU.

Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan tugas akhir ini, namun Alhamdulillah semua dapat diatasi berkat dorongan, bimbingan, pengarahan, dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma, MAFIS, MBA, Ak., selaku Ketua Pembimbing yang

telah memberikan waktu dan masukannya mengenai literatur serta kesabarannya membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Anggota Pembimbing, terima kasih atas

masukan mengenai bahan-bahan bacaan dan literatur serta perbaikan dalam penulisan serta penyusunan format penelitian yang berkaitan dengan penulisan ini dan terlebih terhadap dukungan beliau untuk dapat segera merampungkan dan menyempurnakan penulisan ini.

3. Dr. Rismayani, SE, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana USU dan juga sebagai pembanding yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan dan memberikan banyak masukkan dan perbaikan untuk kesempurnaan tesis ini.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nissa B, M.Sc. Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana USU yang telah memberikan kesempatan kepada dalam menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 5. Dr. Muslich Luthfie, SE, MBA sebagai Dosen Pembanding yang telah

membukakan pikiran kepada penulis dalam memilih manajemen keuangan sebagai topik dalam penyelesaian tugas akhir ini.


(9)

6. Kasyful Mahalli, SE., M.Si., sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan wacana ekonomi secara makro mengenai bahan pembahasan penulisan tugas akhir ini.

7. Semua Dosen Program Studi Magister Ilmu Manajemen beserta seluruh staf Sekolah Pascasarjana USU atas bimbingan dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi.

8. Edi Rizliyanto, AVP-Regional Treasury Manager for Sumatera PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang telah banyak membantu membuka wawasan penulis khususnya dalam penerapan risk and capital. Terima kasih buat referensinya.

9. Keluarga tercinta yang sangat bangga dan berbahagia menyaksikan penulis bisa berhasil mencapai pendidikan yang tinggi. Papa, Darwizam, B.E dan Mama, Hj. S. Mulyati Ningsih Dipura, yang tidak bosan-bosannya memberikan do’a restu yang tulus serta dik Jerry dan Aji yang selalu memberikan dorongan dan semangat.

10. Tidak pernah terlupakan buat suami tercinta atas bantuan moril, semangat, perhatian, tenaga, waktu, dan kasih sayangnya yang selalu memotivasi dan membantu penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Irwansyah, atasan langsung di bagian penulis bekerja yang menjadi motivator spirituil bagi penulis yang senantiasa mengingatkan untuk selalu konsisten dalam berusaha, bekerja dan beribadah dan tak lupa juga kepada Siti Nilam Sari selaku atasan di tempat kerja yang selalu memberikan keringanan kerja dan kelonggaran waktu bagi penulis semasa perkuliahan.

12. Sahabat-sahabatku, Khairul, Khomeiny, dan Pak Wid atas toleransi dan kerja tim di setiap tugas kelompok perkuliahan. Serta teman-teman angkatan VI yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

13. Billy, dari divisi Market Risk Kantor Pusat yang telah memunculkan ide penelitian beserta bantuan metodologi dan ulasan datanya.


(10)

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas dukungannya.

Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna dan dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penelitian ini. Atas saran dan masukkannya penulis ucapkan terima kasih.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Medan, September 2006


(11)

RIWAYAT HIDUP

Pricillia Aryanti, agama Islam, lahir di Bandung, Jawa Barat, tanggal 09 April 1977. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Darwizam, BE dan Hj. S. Mulyati Ningsih Dipura.

Pendidikan Umum

1. 1983-1989 Sekolah Dasar Negeri XI Manado

2. 1989-1992 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Manado

3. 1992-1993 Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Manado

4. 1993-1993 Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Medan

5. 1993-1994 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Manado

6. 1994-1995 Sekolah Menengah Atas Negeri Simpang Tiga Pekanbaru

7. 1995-1999 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Medan Jurusan

Manajemen

Pekerjaan

1. 1996-1996 Sales Promotion Girl PT. ABS Medan

2. 1996-1996 PT. Sinar Mas Group Medan

3. 1996-1996 PT. Namoriam Estate Garden Medan

4. 1997-1999 Branch Manager Secretary, Teller, Sundries PT. Bank Niaga Tbk. Medan

5. 1999-2000 Kasir Kantor Konsultan Makanan Kesehatan Pekanbaru


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

RIWAYAT HIDUP ……… vi

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR………...……… x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Balakang………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 5

1.3 Tujuan Penelitian………... 5

1.4 Manfaat Penelitian………. 5

1.5 Kerangka Pemikiran……….. 6

1.6 Hipotesis……… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 9

2.1 Penelitian Terdahulu……….. 9

2.2 Suku Bunga……… 12

2.2.1 Pengertian Suku Bunga……….. 12

2.2.2 Risiko Suku Bunga………. 14

2.2.3 Deposito………. 15

2.3 Nilai Tukar………. 18

2.3.1 Pengertian Nilai Tukar………... 18

2.3.2 Risiko Nilai Tukar………. 20

2.3.3 Manajemen Valuta Asing……….. 21

2.3.4 Pasar Valuta Asing………. 22

2.3.5 Transaksi Valuta Asing……….. 23

2.3.6 Posisi Devisa Netto……… 25

2.3.7 Pemenuhan Kebutuhan Dana Valas………... 27

2.4 Modal Bank……… 28

2.4.1 Pengertian Modal Bank……….. 28

2.4.2 Fungsi Modal Bank……… 32

2.4.3 Sumber Dana Bank……… 34

2.4.4 Penggunaan dan Alokasi Dana Bank………. 34


(13)

2.4.6 Perhitungan Kebutuhan Modal……….. 40

BAB III METODE PENELITIAN………. 41

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……… 41

3.2 Metode Penelitian……….. 41

3.3 Teknik Pengumpulan Data……… 41

3.4 Jenis dan Sumber Data……….. 42

3.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel………. 43

3.5.1 Identifikasi Variabel……….. 43

3.5.2 Definisi Operasional Variabel……… 43

3.6 Model Analisis Data……….. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 49

4.1 Pembentukan dan Privatisasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.……… 49

4.1.1 Pembentukan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk……. 49

4.1.2 Privatisasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk……….. 50

4.2 Visi, Misi dan Corporate Culture PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk………. 51

4.2.1 Visi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk……… 51

4.2.2 Misi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk………... 52

4.2.3 Corporate Culture PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 53 4.3 Struktur Organisasi dan Manajemen……….. 54

4.4 Kinerja PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk……….. 56

4.5 Teknologi dan Sumber Daya Manusia……….. 61

4.6 Karakteristik Data………. 62

4.7 Deskriptif Variabel……… 63

4.7.1 Suku Bunga……… 63

4.7.2 Nilai Tukar………. 64

4.7.3 Modal………. 65

4.8 Pengujian Asumsi Klasik……….. 66

4.8.1 Uji Normalitas Data……….. 66

4.8.2 Uji Multikolinieritas……….. 66

4.8.3 Uji Autokorelasi………...………. 67

4.8.4 Uji Heteroskedastisitas……….. 68

4.9 Pengujian Hipotesis……….. 69

4.9.1 Uji Serempak………. 69

4.9.2 Uji Parsial……….. 71


(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 79

5.1 Kesimpulan……… 79

5.2 Saran……….. 80


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Kinerja Bank Mandiri Triwulan II/2005……… 3

2.1 Perbedaan Deposito Berjangka dengan Sertifikat Deposito.…….. 17

2.2 Posisi Devisa Netto………. 26

2.3 Permodalan Bank………..……….. 32

2.4 Perbedaan Pool of Funds Approach dengan Assets Alocation Approach………. 37

4.1 Produk Perbankan….………..……… 60

4.2 Suku Bunga Dana Pihak Ketiga (Deposito) Periode Januari 2002 – Desember 2005……… 63

4.3 Kurs Transaksi Nilai Tukar Mata Uang USD Periode Januari 2002 – Desember 2005…………...……… 64

4.4 Ketersediaan Dana Pihak Ketiga (Deposito) Periode Januari 2002 – Desember 2005……… 65

4.5 Uji Kolmogorov-Smirnov Data Deposito...……… 66

4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Data Deposito…...……… 67

4.7 Hasil Uji Durbin-Watson Data Deposito……….……... 67

4.8 Hasil Uji Determinan………...………. 70

4.9 Hasil Uji Serempak……….………. 71


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian……….……….. 8

2.1 Pool of Fund……….……… 35

2.2 Assets Allocation Approach……....………. 36

4.6 Uji Heteroskedastisitas Variabel Suku Bunga..……….………….. 68 4.7 Uji Heteroskedastisitas Variabel Nilai Tukar……….. 69


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Olah Data dengan SPSS……….………… 87


(18)

PENGARUH SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR TERHADAP KEBUTUHAN PENYEDIAAN MODAL PT. BANK

MANDIRI (PERSERO) TBK ABSTRAK

Permodalan dibutuhkan oleh sebuah bank dalam mencapai tujuannya untuk memperoleh keuntungan. Konsekuensinya adalah bank harus dapat mendayagunakan modal tersebut agar dapat mengalokasikan biaya dana yang relatif murah.

Tingginya tingkat suku bunga dan resiko nilai tukar yang dapat terdepresiasi secara besar-besaran mengakibatkan perbankan mengalami kondisi negative spread, dimana jumlah kerugian bank melebihi modal yang dimiliki. Biaya bunga terhadap dana yang dihimpun bank yang salah satunya dalam bentuk deposito lebih tinggi dibandingkan pendapatan bunga yang berasal dari kredit.

Di dalam menghadapi kondisi yang demikian maka PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai bank devisa yang memiliki aset terbesar dari hasil penggabungan empat bank selama tujuh tahun berusaha untuk dapat mengimbangi perolehan Net Interest Margin (NIM) yang wajar antara beban bunga dan pendapatan bunga agar tidak terjadi Negative Spread. Untuk itu PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. dituntut agar selalu mampu menjaga tingkat likuiditas yang wajar dalam arti pemenuhan kewajiban segera dan sekaligus juga mampu mengejar tingkat rentabilitas yang maksimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor suku bunga dan nilai tukar berpengaruh terhadap kebutuhan penyediaan modal bank. Objek penelitian adalah PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., sedangkan yang dipilih sebagai sampel adalah laporan keuangan bulanan untuk suku bunga deposito dan nilai tukar periode bulan Januari 2002 sampai dengan Desember 2005. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan terlebih dahulu menggunakan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikoloniaritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor suku bunga deposito dan nilai tukar secara simultan berpengaruh terhadap kebutuhan penyediaan modal. Sedangkan secara parsial variabel nilai tukar tidak berpengaruh. Lebih lanjut diketahui bahwa faktor suku bunga untuk deposito adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi kebutuhan penyediaan modal.

Kontribusi model dalam menganalisis pengaruh faktor suku bunga dan nilai tukar yang dipergunakan terhadap kebutuhan penyediaan modal untuk deposito ditunjukkan oleh nilai R² adalah sebesar (0.879). Sehingga perlu untuk dilakukan

penelitian selanjutnya dengan memasukkan variabel-variabel lain yang secara teoritis dapat mempengaruhi kebutuhan penyediaan modal untuk memperoleh hasil yang lebih baik.


(19)

THE INFLUENCE OF INTEREST RATE AND FOREIGN EXCHANGE FOR THE CAPITAL SUPPLIES NEEDS OF PT. BANK MANDIRI

(PERSERO) TBK

ABSTRACT

Capital is needed by a bank to operate their goals to get the profit. The consequence is that the bank must using it efficiently to allocate the lower cost of fund.

High interest rates and foreign exchange which can depreciated greatly causing banking get a negative spread condition, where the loss is more than the capital that they have. Interest cost for funds collecting by bank that the one is time deposit higher than the interest income from credit.

In facing that condition, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. as a biggest assets devisa bank merge from four banks for seven years try to balance the fair net interest margin achievment between interest cost and interest income to avoid from the negative spread. For that reason, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk has always to keeps its fair liquidity which means to fulfillment soon their obligation and also able to get the maximum rentability.

This research response issue about knowing interest rates and foreign exchange factors influencing the capital supplies needs. The object in this research is capital supplies needs of PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. while those selected to be the samples are the the time deposits monthly financial reports and the foreign exchange for period from Januari 2002 until December 2005. Hypothesis testing was done through the multiple regression analysis and prior to that a classic assumption test including normality, molticoliniearity, heteroscedasticity, and auto-correlation test was conducted.

The findings of this study reveal that the interest rates and foreign exchange factors for time deposit simultaneously influence the capital of supplies needs. While the variables of foreign exchange factors not influence. Further, it is found out that the most dominant factor influencing the capital supplies needs is interest rates factor through time deposit.

The contribution of model in analyzing the influence of its independent variables is shown for time deposit by the value of R² (0.879). Therefore, it is

suggested that further study including other variables which can theoretically influence capital supplies needs, needs to be conducted.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank tidak terlepas dari modal yang harus dimilikinya. Permodalan bank dititikberatkan kepada cost of money yang relatif rendah dan bagaimana mendayagunakan modal tersebut supaya berhasil dalam mencapai tujuan.

Tingginya tingkat suku bunga dan resiko nilai tukar yang dapat terdepresiasi secara besar-besaran mengakibatkan perbankan mengalami kondisi negative spread, di mana biaya bunga lebih tinggi dibandingkan pendapatan bunga yang berasal dari kredit. Peluang terjadinya kredit macet juga akan semakin besar, akibatnya modal bank hanya akan habis untuk menutup biaya operasional.

Dana pihak ketiga (DPK) yang salah satunya dihimpun dalam bentuk deposito pada bank, tentunya tidak mungkin dibiarkan mengendap begitu saja. Dana tersebut menimbulkan biaya dana (cost of fund), yaitu berupa kewajiban yang harus dibayarkan oleh bank dalam bentuk bunga.

Diawali dengan adanya kenaikan harga minyak dunia dan kenaikan suku bunga The Fed, kebijakan penetapan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) November 2005 lalu berada di level 12,5%. Rupiah hanya bisa berkutat di level Rp. 9.000-an per US$1. Hingga puncaknya, Rupiah menembus batas psikologis, yaitu di level Rp. 10.000-an per US$1 pada pertengahan tahun 2005 (InfoBank No. 320, November 2005, Vol. XXVII, hal. 33).


(21)

Dalam meredam laju inflasi akibat merosotnya nilai tukar rupiah, Bank Sentral melakukan upaya penambahan jumlah setoran Giro Wajib Minimum (GWM) yang didasarkan kepada besar kecilnya rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). Kebijakan ini juga untuk mengantisipasi terjadinya spekulasi oleh beberapa bank terhadap jumlah DPK yang mereka miliki di dalam perdagangan valuta asing.

Ditambah lagi dengan adanya kriteria yang diumumkan oleh Bank Indonesia Juni 2005, mengenai Bank dengan Kinerja baik (BKB) dan Bank Jangkar (Anchor Bank), memaksa bank-bank untuk memiliki struktur permodalan yang kuat. Bagi bank-bank yang memiliki modal inti kurang dari Rp. 100 milyar dalam penetapan kerangka waktu hingga tahun 2007 harus dapat memenuhi modal inti minimum sebesar Rp. 80 milyar (BisnisBank Vol. 1 No. 06 edisi Agustus 2005, hal. 34).

Bank dengan Kinerja Baik (BKB) adalah kriteria bagi bank yang selama tiga tahun terakhir memiliki modal inti lebih besar dari Rp. 100 milyar dan dengan rasio kecukupan modal (CAR) minimal 10% serta secara kualitatif memiliki tingkat kesehatan memiliki kriteria CAMELS (Capital, Assets, Management, Earning, Likuidation, Sensibility to Market). Sementara konsep mengenai Bank Jangkar (Anchor Bank) menurut Bank Indonesia adalah bank dengan kinerja baik (BKB) ditambah dengan persyaratan bahwa bank tersebut memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang dengan baik dengan CAR minimum 12%, rasio modal inti minimun 6%, return on asset (ROA) minimum 1,5%, LDR minimum 50% dan NPL net 5%. Syarat lainnya adalah bank tersebut telah menjadi perusahaan terbuka, serta memiliki


(22)

kemampuan dan kapasitas untuk menjadi konsolidator (BisnisBank Vol. 1 No. 06 Edisi Agustus 2005).

Oleh karena itu, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai bank devisa yang memiliki aset terbesar dari hasil penggabungan empat bank selama 7 tahun, dengan tingkat NPL sebesar 24,6% per 30 Juni 2005 atau setara dengan Rp. 25,2 trilyun, mentargetkan untuk dapat mencapai NPL (Non Performing Loan) 5% pada akhir 2007 serta meraih predikat Bank Kinerja Baik (BKB) dan menjadi Bank Jangkar (Anchor Bank). Upaya ini berkelanjutan agar PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk mampu menjaga tingkat likuiditas yang wajar dalam arti pemenuhan kewajiban segera dan sekaligus juga mampu mengejar tingkat rentabilitas yang maksimal.

Tabel 1.1. Kinerja Bank Mandiri Triwulan II/2005

Indikator 30 Juni 2004 30 Juni 2005 Persentase

Aset (Rp milyar) 234.686 256.784 9,4

Kredit (Rp milyar) 82.250 104.032 26,48

Dana Pihak Ketiga (Rp milyar) 171.617 183.184 6,74 Obligasi Rekapitalisasi (Rp milyar) 102.277 92.536 (9,48) CAR- credit & market risk 25,6% 23,3%

LDR 47,9% 56,8%

Total NPL (Rp milyar) 6.781 25.550

NPL (gross) 8,2% 24,6%

NPL (nett) 1,8% 15,4%

NIM 4,6% 4,1%

Pencadangan NPL 129,9% 42,8%

Laba Bersih (Rp milyar) 3.073 616 (80,0)

EPS (Earning Per Share) (dalam Rupiah

penuh) 154 31 (80,1)

Book Value/Share (dalam Rupiah penuh) 1.138 1.132 (0,6) Sumber: Buletin Mandiri Edisi 170, Tahun VI, 12 September 2005, hal. 8-9


(23)

Hingga semester I Tahun 2005 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 616 milyar, turun 80% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan masih berlanjutnya proses konsolidasi segmen korporasi dan penurunan kolektibilitas kredit yang menyebabkan meningkatnya pencadangan untuk NPL. Dari NPL sebesar Rp. 25,6 triliun, provisi kas mencapai 42,8%. Jumlah ini telah melebihi kebutuhan pencadangan yang ditetapkan Bank Indonesia.

Rasio net interest margin (NIM) per 30 Juni 2005 masih relatif stabil dikisaran 4,1%. NIM pada semester I-2004 adalah 4,6%. Dana pihak ketiga naik 6,7% menjadi Rp. 183,2 triliun. Ini disebabkan karena adanya kenaikan dari tabungan sebesar 13,8%, deposito 5,6%, dan giro relatif masih stabil.

Untuk mengimbangi jumlah dana deposan yang ada atau paling tidak mempertahankan dana yang sudah ada agar tidak sampai pindah ke bank lain, terhitung mulai tanggal 1 September 2005, seiring dengan pergerakan SBI yang memiliki trend meningkat, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk menaikkan suku bunga kredit consumer, dari 13,5% menjadi kisaran 15,50-16,75%.

Akibatnya pasar menjadi sulit untuk menyerap kredit dengan bunga yang semakin tinggi. Peluang pendapatan utama bank melalui pemberian kredit yang diharapkan dapat mengimbangi beban bunga pun akan semakin kecil.


(24)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana pengaruh suku bunga dan nilai tukar terhadap kebutuhan penyediaan modal PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh suku bunga dan nilai tukar terhadap kebutuhan penyediaan modal PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat:

1. Sebagai bahan dasar pemikiran dan penerimaan persepsi yang wajar khususnya terhadap kebijakan pemberian tingkat bunga dan penentuan nilai valuta asing bagi manajemen perbankan umumnya dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk secara khusus dalam kaitannya terhadap kebutuhan penyediaan modal.

2. Bagi pihak akademisi, yang melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan penyediaan modal bank, khususnya faktor suku bunga dan nilai tukar.

3. Sebagai tambahan wawasan bagi peneliti dalam melatih diri berpikir secara ilmiah dan sistematis pada bidang manajemen keuangan, khususnya yang berkaitan dengan masalah kebutuhan penyediaan modal bank.


(25)

4. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya pada permasalahan atau subjek yang sama.

1.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan (Sekaran, 2002).

Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (Sugiyono, 1999).

Menurut Basel (e-Learning, 2004), ada 3 macam risiko yang diperhitungkan dalam menentukan permodalan bank, yaitu risiko pasar, risiko kredit dan risiko operasional.

Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio bank yang dapat merugikan bank. Risiko pasar terbagi menjadi dua macam, yaitu (1) risiko suku bunga; merupakan potensi kerugian yang timbul akibat pergerakan suku bunga di pasar yang berlawanan dengan posisi atau transaksi bank yang mengandung risiko suku bunga dan (2) risiko nilai tukar; yaitu risiko kerugian akibat pergerakaan berlawanan dari nilai tukar pada saat bank memiliki posisi terbuka.

Bessis (2001), menyatakan bahwa risiko adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan potensial kerugian yang akan diderita oleh suatu Bank akibat adanya ketidakpastian (uncertainty) di masa yang akan datang.


(26)

Jorion (2001), menyatakan bahwa risiko adalah volatilitas dari suatu kejadian yang tidak diharapkan (unexpected outcomes) yang akan berpengaruh terhadap nilai dari aset dan kewajiban suatu Bank.

Bank Indonesia mendefinisikan risiko sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kerugian Bank.

Berdasarkan PBI (Peraturan Bank Indonesia) Manajemen Risiko (2003) risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh Bank, yang dapat merugikan Bank. Variabel pasar adalah suku bunga dan nilai tukar.

Tampubolon (2004), menyatakan bahwa modal dan earning bank sensitif terhadap risiko pasar karena adanya perubahan tingkat harga di pasar, seperti perubahan-perubahan terhadap suku bunga, harga saham (bagi bank publik), harga komoditi dan nilai tukar valuta asing di pasar.

Menurut Ali (2004), menyatakan bahwa equity (modal) atau net assets bank merupakan selisih antara assets dan liabilities bank. Dengan demikian, apabila market value (harga pasar) dari assets dan liabilities berubah, maka perubahan itu dapat pula mempengaruhi besaran modal dari bank.

Berdasarkan uraian teori-teori tersebut di atas, maka dapat disusun kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut:


(27)

Suku Bunga Paramater: Suku Bunga Penempatan Deposito

Kebutuhan Penyediaan Modal Bank

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

1.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah suku bunga dan nilai tukar berpengaruh terhadap kebutuhan penyediaan modal PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Nilai Tukar Paramater: Nilai Tukar Mata Uang Dolar terhadap Rupiah


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Mariani (2002), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Simpanan Masyarakat pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2001. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perkembangan suku bunga SBI sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi simpanan masyarakat selama tahun 2001 pada bank umum di Indonesia. Dalam proses pengujian hipotesis, digunakan alat analisa data berupa analisa regresi linier, Uji-t, dan Uji-F. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara suku bunga bank, suku bunga SBI dan jumlah simpanan masyarakat. Setelah melalui serangkaian tes dalam rangka pengujian hipotesis di atas, didapat hasil bahwa memang terdapat hubungan antara suku bunga bank, suku bunga SBI dan simpanan masyarakat. Namun faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam pengujian yaitu kondisi ekonomi yang belum memperlihatkan indikasi yang belum pulih, nilai tukar dan inflasi yang tidak stabil, penerapan kebijakan moneter yang kurang efektif serta perkembangan moneter yang belum membaik justru lebih mendominasi perkembangan simpanan masyarakat.

Triyana (2000) melakukan penelitian dengan judul Analisis Negative Spread dan Pengaruhnya terhadap Capital Adequacy Ratio Perbankan Nasional. Penelitian ini khususnya meneliti mengenai depresiasi mata uang rupiah yang berakibat kepada


(29)

kemampuan debitur terutama pinjaman dalam mata uang asing. Dampak tersebut mengakibatkan bank menanggung kredit macet akibat dari keterbatasan likuiditas, maka bank berlomba-lomba untuk menarik dana dari pihak ketiga dengan iming-iming bunga tinggi yang tidak pula diimbangi oleh pendapatan bunga pinjaman yang memadai sehingga bank mengalami negative spread. Penelitian ini membahas mengenai manajemen dana bank dan hubungannya terhadap pengukuran tingkat kesehatan bank dari aspek kecukupan modal minimum (Capital Adequacy Ratio).

Adanya negative spread di mana pada umumnya terjadi selisih antara pendapatan dan beban bunga mengakibatkan bank mengalami defisit, terutama minus dalam kecukupan membiayai penarikan uang pihak ketiga. Sehingga kondisi tersebut mengakibat CAR bank ikut mengalami penurunan. Penelitian ini merumuskan masalah kepada penelaahan pada negative spread dua bank yaitu Bank ABC dan Bank CDE. Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus, artinya suatu metode penelitian yang dilandaskan pada pengungkapan-pengungkapan secara riil dan nyata serta observatif terhadap suatu gejala atau peristiwa yang telah terjadi.

Kemudian dilanjutkan dengan kondisi perbankan pada umumnya ketika krisis moneter dan program pemulihan perbankan nasional. Kesimpulan secara umum berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa negative spread mempengaruhi tingkat kesehatan kinerja perbankan nasional.


(30)

Trimulyani (1999) melakukan penelitian dengan judul Analisis Korelasi Biaya Sumber Dana terhadap Rentabilitas pada Bank Duta Indonesia yang meneliti mengenai pemanfaatan sumber-sumber penyediaan dana yang dapat memberikan keuntungan maksimal dan biaya sumber dana terhadap rentabilitas Bank Duta Indonesia yang dipengaruhi dengan biaya bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dengan adanya pengaruh biaya bunga yang ditetapkan Bank Indonesia menyebabkan spread bunga pinjaman dengan bunga kredit yang diberikan lebih kecil dibandingkan dengan biaya administrasi dan umum yang harus dikeluarkan sehingga menyebabkan kenaikan rentabilitas kecil. Di mana metode penelitian yang digunakan adalah korelasi antara rentabilitas aktiva (r) dengan tingkat bunga efektif (i). Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah jika r > i, maka setiap penambahan hutang akan menyebabkan bertambahnya besar tingkat suku bunga efektif sehingga meningkatkan rentabillitas modal sendiri. Jika r = i, maka setiap penambahan/pengurangan jumlah hutang tidak akan berpengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri. Jika r < I, maka penambahan proporsi financial leverage akan cenderung menurunkan rentabilitas modal sendiri.

Penelitian-penelitian sebelumnya yang dikemukakan di atas memperlihatkan adanya persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mencoba meneliti mengenai biaya bunga dan nilai tukar dengan kajiannya terhadap spread yang akan diperoleh, serta pemanfaatan dana yang optimal dalam hal rentabilitas bank. Sedangkan perbedaannya, penelitian ini mencoba mencari pengaruh suku bunga dan nilai tukar


(31)

terhadap kebutuhan penyediaan modal bank. Perbedaannya terutama pada identifikasi variabel penelitian suku bunga yaitu penelitian ini hanya pada lingkup suku bunga simpanan dana pihak ketiga (deposito) dan nilai tukar yang hanya kepada penetapan kurs counter bank terhadap kebutuhan penyediaan modal bank.

2.2. Suku Bunga

2.2.1. Pengertian Suku Bunga

Bunga bagi bank bisa menjadi biaya (cost of fund) yang harus dibayarkan kepada penabung, tetapi di lain pihak, bunga dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan.

Menurut Boediono dalam Hasibuan (2005), yang dimaksud dengan suku bunga (rate of interest) adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.

Menurut Hasibuan (2005), bunga adalah balas jasa atas pinjaman uang atau barang yang dibayar oleh debitor kepada kreditor.

Beberapa Teori Bunga yang dikenal, yaitu: 1. Teori Nilai

Teori ini didasarkan pada anggapan bahwa nilai sekarang (present value) lebih besar dari nilai yang akan datang (future value). Perbedaan nilai inilah yang dimaksudkan dengan bunga, Menurut teori ini, bunga merupakan pengganti atas perbedaan nilai tersebut. Bunga adalah besarnya penggantian perbedaan antara


(32)

2. Teori Pengorbanan

Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa pengorbanan yang diberikan

seharusnya mendapatkan balas jasa berupa pembayaran. Teori ini

mengemukakan bahwa jika pemilik uang meminjamkan uangnya kepada debitur atau bank, kreditur tidak dapat mempergunakan uang tersebut. Pengorbanan kreditur inilah yang harus dibayar debitur dan pembayaran inilah yang disebut bunga.

3. Teori Laba

Teori ini mengemukakan bahwa bunga ada karena adanya motif laba (spread profit) yang ingin dicapai. Bank dan para pelaku ekonomi mau membayar bunga atas dasar laba yang akan diperolehnya. Bank menerima deposito dan jenis tabungan lainnya dan membayar bunga atas deposito dan tabungan lainnya tersebut karena bank akan memperoleh laba dari pemberian kredit. Spread Profit bank sama dengan price credit dikurangi dengan cost of moneynya. Masyarakat SSU (Surplus Spending Unit) yang cara menabungnya bersifat non produktif atau hoarding (idle money) menjadi efektif produktif apabila salah satu motifnya untuk memperoleh laba dari tabungan yang dilakukannya. Jadi, laba merupakan pendorong bagi terciptanya bunga baik bagi pengusaha, maupun bagi SSU untuk menabungkan uangnya secara efektif dan produktif (Hasibuan, 2005).

4. Teori Klasik

Teori ini dikemukan oleh John Maynard Keynes dalam teori Liquidity Preference. Teori klasik menjelaskan bahwa semakin lama jangka waktu kredit,


(33)

suku bunganya akan semakin besar. Hal ini disebabkan semakin singkat pinjaman maka orang merasa semakin likuid. Teori ini pada dasarnya hanya dapat diterapkan dalam kondisi moneter dan perbankan yang normal. Tetapi dalam kondisi moneter dan perbankan yang kurang sehat, suku bunga deposito berjangka 1 bulan lebih besar daripada suku bunga deposito berjangka 12 bulan. Hal ini terjadi karena perbankan berusaha untuk mempertahankan posisi giro wajib minimum serta batas maksimum pemberian kredit (Legal Lending Limit).

5. Teori Kelompok Pasar

Teori kelompok pasar (The Preferred Market Habitat Theory) mengemukakan bahwa jika permintaan pasar kelompok dana besar untuk jangka waktu 1 bulan, tingkat bunga 1 bulan akan lebih besar daripada tingkat bunga 3 bulan, Alasannya adalah peranan harapan masuk sulit dan hubungan kelompok sangat menentukan.

6. Teori Paritas Tingkat Bunga

Menurut teori ini, tingkat bunga penting dalam sistem devisa bebas. Dalam hal ini, paritas tingkat yang sama besarnya dalam negara yang menganut devisa bebas (Hasibuan, 2005).

2.2.2. Risiko Suku Bunga

Bessis (2000), risiko suku bunga biasanya diukur oleh sensitivitas margin suku bunga, yang menjadi perbedaan antara pendapatan bunga dan biaya bunga terhadap variasi unit suku bunga, atau pada setiap tingkat pendapatan sebesar 1%


(34)

(diasumsikan perubahan yang sama terhadap suku bunga pada setiap jangka waktunya).

2.2.3. Deposito

Deposito di Indonesia didasarkan pada Instruksi Presiden No. 28 Tahun 1968 tanggal 9 September 1968. Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Bab I Pasal I Butir 7.

Menurut Siamat (1993), dilihat dari sudut biaya dana, dana bank yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau tabungan. Kelebihan sumber dana ini adalah sifatnya yang dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi tetap, karena penarikannya dapat diperkirakan dengan berdasarkan tanggal jatuh temponya sehingga tingkat fluktuasinya dapat diantisipasi.

Terdapat berbagai jenis deposito, yakni

1. Deposito berjangka (Time Deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Jangka waktu deposito adalah 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan atau 24 bulan.

Berdasarkan perpanjangannya simpanan deposito berjangka dibedakan atas: a. Deposito Automatic Roll Over (ARO) yaitu deposito berjangka yang otomatis

diperpanjang oleh bank jika deposito tersebut telah jatuh tempo tetapi belum dicairkan oleh pemiliknya. Perpanjangannya sama dengan jangka waktu


(35)

deposito sebelumnya, tetapi dengan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu, atau bersifat floating rate.

b. Deposito Non Automatic Roll Over yaitu deposito berjangka yang tidak otomatis diperpanjang olrh bank jika deposito tersebut telah jatuh tempo tetapi belum dicairkan oleh pemiliknya.

Deposito berjangka pada dasarnya dapat dicairkan setelah jatuh tempo tetapi ada kebijaksanaan yang diambil oleh pihak bank dengan syarat deposan deposito tersebut bersedia dikenakan denda finalti sebesar X % dari nilai nominal deposito tersebut.

Perhitungan bunga deposito berjangka yang ditetapkan oleh beberapa bank berbeda, yaitu:

a. Dihitung per bulan tanpa menghitung jumlah hari, jadi bunga setiap bulannya sama besar.

b. Dihitung berdasarkan jumlah hari dalam tiap bulan, jadi besarnya bunga per bulannya tidak sama. Misalnya bunga bulan Januari dihitung 31 hari, sedang bulan Pebruari hanya 28 hari saja.

2. Deposit on call adalah simpanan deposan yang jatuh tempo dan penarikannya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak yang bersangkutan. Jangka waktunya tidak sampai dengan 1 bulan, yaitu 7, 14, 21, hari. Oleh karena itu bunga deposit on call dihitung harian saja. DOC tersedia dalam mata uang rupiah dan valas. 3. Sertifikat deposito adalah deposito berjangka atas unjuk dan dapat


(36)

di muka. Sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan (UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Bab I Pasal I ayat 8). Sertifikat deposito hanya dapat diterbitkan dan diedarkan oleh suatu bank yang telah mendapat izin khusus dari Bank Indonesia. Izin ini meliputi keseluruhan sertifikat deposito, nilai nominal per lembar dan jangka waktu sertifikat deposito tersebut. Jenis sertifikat deposito ini dalam rupiah dan valuta asing.

Tabel 2.1. Perbedaan Deposito Berjangka dengan Sertifikat Deposito

Deposito Berjangka Sertifikat Deposito

1. atas nama deposan 1. atas nama pemegang

2. bunga dibayar di belakang 2. bunga dibayar dimuka

3. tidak dapat diperjualbelikan 3. dapat diperjualbelikan 4. nilai nominalnya ditentukan oleh

deposan

4. nilai nominalnya ditentukan oleh bank penerbit

5. dapat diterima setiap bank tanpa izin khusus dari Bank Indonesia

5. hanya dapat diedarkan oleh bank tertentu seizin Bank Indonesia 6. bukan merupakan instrumen pasar

uang 6. merupakan instrumen pasar uang

Sumber: Sinungan, M., 2000.

Tingkat bunga deposito ditetapkan sesuai dengan kondisi pasar oleh Divisi Treasury dengan persetujuan Pricing Committee, yang disampaikan kepada cabang secara periodik.

Setiap penerbitan Deposito atas nama bank berikut yayasan yang terkait, cabang wajib menghubungi Kantor Pusat cq Divisi Global Market untuk penetapan suku bunganya.


(37)

Tanggal pembayaran bunga adalah tanggal yang sama saat pembukaan deposito, kecuali apabila tanggal pembayaran bunga deposito tersebut ternyata pada bulan itu tidak terdapat tanggal yang sama dengan tanggal pembukaan deposito, maka tanggal pembayaran bunga adalah pada tanggal akhir bulan.

Pembagi tetap dalam perhitungan bunga, satu bulan dihitung 30 (tiga puluh) hari dan satu tahun 360 (tiga ratus enam puluh) hari tanpa membedakan jumlah hari riil pada bulan dan atau dengan menggunakan rumus:

Nominal x Tingkat Bunga x Jumlah Hari Bulan Bunga = 

365

2.3. Nilai Tukar

2.3.1. Pengertian Nilai Tukar

Apabila sesuatu barang ditukar dengan barang lain, tentu di dalamnya

terdapat perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar (valuta asing) merupakan harga di dalam pertukaran tersebut. Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut.

Menurut Ali (2004), nilai tukar (foreign exchange rate) adalah harga di mana suatu currency (mata uang) dapat dibeli atau dijual terhadap currency lainnya.

Sementara, foreign currency (valuta asing) menurut Ali (2004) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau


(38)

membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan memiliki catatan kurs resmi pada Bank Sentral.

Bank devisa, tidak hanya menikmati keuntungan dalam bentuk komisi atau fee atas transaksi valas. Melainkan menikmati spread yang merupakan selisih antara kurs jual dan kurs beli.

Besarnya spread adalah:

(kurs jual kurs beli)

Spread = ——————————

kurs jual

Basel (1998) dalam Teori Purchasing Power Parity (PP) menyatakan bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh daya beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-masing negara. Ada dua versi teori menurut teori ini, yakni interprestasi absolut dan relatif.

Menurut interprestasi absolut Purchasing Power Parity, perbandingan nilai satu mata uang dengan nilai mata uang lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing negara. Sedangkan dalam arti relatif kurs Purchasing Power Parity didasarkan pada perubahan harga.

Pelaksanaan transaksi valuta asing Nasabah Perorangan/CBT adalah transaksi yang menggunakan kurs nilai tukar mata uang asing TT yang akan mempengaruhi rekening perorangan di rekening tabungan, giro, deposito berjangka, pinjaman, remittance dan hubungan lain.

Kurs nilai tukar mata uang asing TT (Intranet PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., e-Learning: modul transfer valuta asing) adalah kurs nilai tukar mata uang


(39)

asing (kurs beli default dan kurs jual default) melawan rupiah atau mata uang asing lainnya yang ditetapkan oleh kantor pusat PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., dalam hal ini oleh Wealth Management Group melalui Consumer Banking Treasury Department. Penetapan kurs nilai tukar mata uang asing TT digunakan untuk pelaksanaan transaksi valuta asing perorangan dan non perorangan.

Counter Rate TT adalah kurs nilai tukar mata uang asing TT yang digunakan cabang untuk melakukan transaksi jual beli valuta asing dengan nasabah perorangan ataupun non perorangan dengan jumlah transaksi di bawah eqv. USD 25.000.

Special Rate TT CBT adalah kurs nilai tukar mata uang asing TT yang digunakan cabang untuk melakukan transaksi jual beli valuta asing dengan nasabah perorangan dengan jumlah transaskis di atas eqv.USD 25.000.

Kurs yang digunakan cabang dimaksud adalah kurs yang ditetapkan pleh Consumer Banking Treasury Dept-Wealth Management Group.

2.3.2. Risiko Nilai Tukar

Menurut Kuncoro & Suhardjono (2002), jenis-jenis risiko yang dapat muncul dari kegiatan valuta asing (nilai tukar) adalah:

1. Risiko mata uang (currency risk); apabila bank dalam posisi long (aktiva valas lebih besar dari pasiva valas) atau overbought dalam suatu mata uang dan nilai tukarnya turun (mengalami depresiasi) maka bank akan menanggung rugi akan karena nilai uang yang dipelihara dalam posisi tertentu menjadi turun. Karena perubahan kurs demikian cepat, maka nilai suatu posisi juga cepat berubah,


(40)

karena memelihara posisi yang cukup besar dalam suatu mata uang akan mengandung risiko yang tinggi.

2. Risiko likuiditas (liquidity risk); risiko ini muncul pada saat kewajiban dalam suatu mata uang jatuh tempo lebih cepat dari aktivanya (mismatch maturity). Risiko ini mengakibatkan outflow sehingga menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengelola bank.

3. Risiko suku bunga (interest rate risk); risiko yang timbul karena adanya perubahan tingkat suku bunga.

4. Risiko kredit (credit risk); risiko yang timbul bila nasabah gagal memenuhi kewajibannya (wan prestasi) pada saat kredit jatuh tempo.

Perubahan nilai tukar suatu mata uang asing yang dapat terjadi setiap saat berasal dari peristiwa-peristiwa ekonomi dan politik dalam suatu negara. Misalkan tingkat suku bunga dalam negeri dan perubahan suku bunga negara luar (The Fed), neraca perdagangan, ketidakpastian politik terhadap kepemerintahan yang sedang berlangsung, inflasi, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter oleh bank sentral.

2.3.3. Manajemen Valuta Asing

Menurut Kuncoro & Suhardjono (2002), manajemen valuta asing (valas) adalah suatu kegiatan membeli atau menjual mata uang suatu negara. Kegiatan jual beli valuta asing membentuk suatu pasar yang disebut dengan pasar valas.

Manajemen valas ditujukan untuk membatasi posisi eksposur masing-masing mata uang asing (foreign currency) serta memonitor kegiatan jual beli valas supaya posisinya terkendali. Secara garis besar tindakan manajemen valas dapat berupa:


(41)

1. Pengendalian kesenjangan mata uang asing (foreign currency mismatch), yang meliputi rekayasa portofolio masing-masing mata uang, mengendalikan ambang batas posisi terbuka valas (Net Open Position/NOP), memonitor arus transaksi devisa, pemusatan dan monitoring rekening devisa (nostro), menetapkan kebijakan dan penggunaan devisa, dan melakukan forecasting nilai tukar (exchange rate).

2. Pengendalian keuntungan netto dari nilai tukar (net exchange gain), yang meliputi penetapan break even exchange rate, mengendalikan spread, melakukan cut loss, dan membatasi eksposur.

Ada 2 (dua) tujuan pokok dalam proses pengelolaan valuta asing, yaitu: 1. Mengelola jumlah dan risiko valas keseluruhan dikaitkan dengan kesenjangan

pada mata uang asing (baik neraca valas kantor pusat maupun cabangnya). 2. Memaksimalkan pendapatan valas bank dengan batas risiko yang dapat diterima.

2.3.4. Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing menurut Ali (2004) adalah suatu tempat atau wadah dan sistem di mana perorangan, perusahaan dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan melakukan pembelian atau permintaan (demand) dan penjualan atau penawaran (supply) atas valuta asing.

Pasar valuta asing tidaklah hanya menyangkut kurs/harga valuta asing saja, tetapi juga pihak-pihak yang melakukan transaksi. Pihak-pihak ini antara lain: eksportir-importir, bank, pedagang perantara, Bank Sentral. Pihak-pihak yang saling


(42)

berhubungan sehingga membentuk pasar valuta asing tersebut, dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut:

Menurut Ali (2004), fungsi pasar valuta asing adalah: 1. Menyelenggarakan transaksi pembayaran internasional.

2. Menyediakan fasilitas kredit jangka pendek untuk pembayaran internasional. 3. Memberikan fasilitas hedging (lindung nilai), yaitu berupa tindakan pengusaha

atau pedagang valas untuk menghindari kerugian atas fluktuasi kurs valas atau forex rate.

2.3.5. Transaksi Valuta Asing

Dalam kegiatan valas dikenal dua golongan transaksi, yakni transaksi komersial (derivatif); yaitu transaksi yang dilakukan untuk keperluan perusahaan dan nasabah dan transaksi spekulatif (autonomous); yaitu transaksi yang dimaksud untuk mendapatkan keuntungan bagi bank yang bersangkutan dari fluktuasi nilai tukar mata uang.

Terdapat beberapa transaksi valuta asing (valas), menurut Ali (2004), yaitu: 1. Spot transaction, adalah suatu jenis transaksi jual beli valuta asing yang

penyerhan (delivery) valutanya dilakukan selambat-lambatnya dua hari kerja setelah tanggal kontrak.

2. Contoh: Deal date: Oct. 11, 1999. Value Date: Oct. 13, 1999.

3. Forward transaction, adalah transaksi jual beli valuta asing dengan penyerhan valuta yang dilakukan pada suatu tanggal tertentu di masa yang akan datang dengan kurs yang telah disepakati pada tanggal kontrak atas transaksi tersebut.


(43)

4. Contoh: Deal date: Oct. 11, 1999. Value Date: Dec. 11, 1999. 5. Swap transaction, adalah gabungan dari transaksi forward dan spot.

6. TOD transaction, adalah kurs yang disepakati pada transaksi spot yang penyerahan valutanya dilakukan pada hari yang sama.

7. TOM transaction, adalah kurs yang disepakati pada transaksi spot yang penyerahan valutanya dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Sedangkan menurut Kuncoro & Suhardjono (2002), untuk mengendalikan posisi valuta asing diperlukan berbagai instrumen pasar valuta asing, yaitu:

1. Instrumen valuta asing

a. Transaksi Spot; adalah transaksi valas secara tunai di mana penyerahan valutanya dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi dengan nilai tukar yang telah disepakati sebelumnya. Perhitungan dua hari untuk spot dimaksudkan untuk memberikan waktu yang cukup bagi pengiriman dana, konfirmasi atau memperbaiki kesalahpahaman yang timbul karena kurang jelas komunikasi melalui telepon pada waktu transaksi dilakukan.

b. Transaksi Forward; adalah transaksi valas secara berjangka di mana penyerahan valutanya dilakukan pada suatu tanggal tertentu di kemudian hari (umumnya lebih dari dua hari kerja), dengan menggunakan nilai tukar yang telah disepakati pada tanggal terjadinya transaksi tersebut. Tujuan transaksi berjangka adalah menghindari risiko atas perubahan nilai tukar (kurs) selama jangka waktu tersebut.


(44)

c. Transaksi Swap; adalah pertukaran dua valuta asing yang berbeda melalui perjalanan secara tunai dan pembelian kembali secara berjangka atau transaksi valas yang simultan antrara transaksi Spot (jual) dengan transaksi Forward (beli) atau sebaliknya, biasanya dilakukan untuk menjaga posisi valas sementara waktu dengan biaya tertentu.

2. Instrumen pasar uang

a. Penempatan antarbank (Interbank placement); adalah penempatan dana lebih pada bank lain yang memerlukan untuk suatu jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh pendapatan yang lebih banyak selagi kelebihan dana tersebut belum dimanfaatkan.

b. Pinjaman antarbank (Interbank borrowing); adalah meminjam dana pada bank lain untuk keperluan menutupi kekurangan dana valas atau untuk menciptakan sumber dana valas yang lebih murah.

c. Instrumen pasar uang; berupa foreign exchange (FX) loan dan deposit, Call dan notice loan dan deposit, Repo/reserve repos, Bankers acceptance, Certificate of deposit, Commercial paper, Treasury bills (T-bills).

Securities adalah transaksi membeli atau menjual surat-surat berharga yang dapat dinegosiasikan untuk mendapatkan laba dari perbedaan tingkat bunga dan kurs.

2.3.6. Posisi Devisa Netto

Menurut Kuncoro & Suhardjono (2002), Posisi Devisa Netto (PDN) merupakan selisih bersih antara aktiva dan pasiva valas setelah memperhitungkan rekening-rekening administratifnya.


(45)

Kegiatan valas dapat menempatkan bank dalam posisi tertentu seperti posisi long, posisi short, atau square (seimbang). Bank dikatakan mempunyai posisi long dalam suatu mata uang apabila aktiva valas lebih besar daripada aktiva pasiva valas dalam mata uang tersebut. Sedang posisi short apabila pasiva valas lebih besar dari aktiva valas dalam mata uang yang bersangkutan. Apabila jumlah aktiva dan pasiva sama, maka bank dikatakan dalam posisi square.

Tabel 2.2. Posisi Devisa Netto

Aktiva Valas > Pasiva Valas Posisi Long

Aktiva Valas < Pasiva Valas Posisi Short

Aktiva Valas = Pasiva Valas Posisi Square

Sumber: Teguh Pudjo, 1996.

Apabila bank mempunyai posisi long dan short dalam beberapa jenis mata uang, maka untuk dapat mengukur posisi keseluruhannya dapat digunakan satu jenis mata uang yang dapat dipergunakan sebagai tolok ukur. Tolok ukur ini diperlukan karena risiko perubahan kurs akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup bank. Bank Indonesia mengatur posisi valas ini dengan peraturan yang disebut Posisi Devisa Netto (Net Open Posistion).

SK Direksi Bank Indonesia No. 31/178/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998 menetapkan bahwa besarnya PDN secara keseluruhan jumlahnya maksimum 20% dari modal bank yang bersangkutan. Sedangkan untuk setiap jenis valuta asing tidak ditentukan batasnya. Posisi tersebut berlaku secara harian dan pelampauan dari batas


(46)

tersebut akan dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank. Secara ringkas PDN dapat digambarkan sebagai berikut:

(Aktiva + Rekening Adm. Aktiva) – (Pasiva + Rekening Adm. Pasiva)

PDN = ——————————————————————————————— X 100%

Modal Bank

Bila PDN hasilnya positif disebut posisi long, sebaliknya bila negatif disebut posisi short.

PDN Positif Posisi Long

PDN Negatif Posisi Short

Penetapan besarnya PDN ini dimaksudkan agar bank-bank dalam mengambil posisi selalu dalam pengawasan, apabila terjadi perubahan nilai tukar yang mendadak dalam jumlah besar, tidak mengalami gangguan yang dapat berakibat fatal.

2.3.7. Pemenuhan Kebutuhan Dana Valas

Menurut Ali (2004), untuk memenuhi kebutuhan dana valas bagi berbagai keperluan transaksi, bank maupun perorangan atau pihak manapun dapat memperolehnya melalui:

a. Forex Exchange Market, adalah tempat bertemunya para pihak untuk melakukan jual-beli valas.

b. Karakteristik Forex Exchange Market tidak mempunyai tempat tertentu secara fisik dan merupakan electronic market di mana keputusan penyerahan dan penerimaan dana ditransfer melalui jaringan sistem SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication). Untuk itu beberapa sarana


(47)

komunikasi yang digunakan berupa telepon, teleks atau reuters dealing. Di mana setelah trading, barulah dilakukan penegasan kembali (confirmation) per surat atau mail confirmation.

c. Money Market (pasar uang), adalah tempat berlangsungnya transaksi pinjam meminjam (taken dan placement atau borrowing dan lending) antara borrowers dan lenders atau antara debitur dan kreditur.

Pelaksanaan transaksi dapat dilakukan melalui:

a. Interbank market, berupa bank to bank trading yang telah mencakup sebagian besar dari transaksi valas.

b. Retail market, berupa transaksi antara bank pada customer-nya atau sebaliknya.

2.4. Modal Bank

2.4.1. Pengertian Modal Bank

Marrison (2002), the difference between the value of assets minus the value of liabilities is called capital.

Atau dengan kata lain, modal adalah selisih dari nilai aktiva dikurangi dengan nilai pasiva.

Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 23/67/Kep/Dir tanggal 28 Pebruari 1991 Pasal 3 ayat (1) modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.


(48)

1. Komponen modal inti (primary capital)

Komponen ini terdiri atas modal yang disetor oleh pemegang saham bank dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Perincian atas komponen model inti bank meliputi:

a. modal yang disetor oleh pemegang saham bank dapat berupa saham preferen (preferred stock), saham biasa, (common stock), dan berupa pinjaman subordinasi (sub-ordinated debt).

Saham preferen merupakan saham di mana pemegang saham jenis ini memiliki hak untuk mendapatkan dividen dan hak klaim sesuai dengan besarnya nilai saham yang dimilikinya itu terhadap harta bank terlebih dahulu sebelum pembayaran kepada para deposan bank serta pembayaran untuk memenuhi kewajiban-kewajiban bank lainnya.

b. agio saham, berupa selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank akibat dari harga saham yang melebihi nominalnya.

c. cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan RUPS sesuai dengan isi anggaran dasar masing-masing bank.

d. cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan setelah mendapatkan persetujuan RUPS.

e. laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan.


(49)

f. laba tahun yang lalu, berupa laba bersih yang diperoleh pada tahun-tahun yang lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh RUPS. Jumlah laba tahun lalu diperhitungkan sebagai bagian modal inti hanya sebesar 50%-nya. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun yang lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. g. laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan

yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%-nya. Jika bank mengalami kerugian pada tahun buku berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan, yaitu bagian dari modal inti anak perusahaan (bank atau perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan lainnya yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank) setelah dikompensasikan dengan bagian nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.

2. Komponen modal pelengkap (secondary capital)

a. cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapatkan persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

b. cadangan penghapusan atas aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba-rugi (income statement) bank pada tahun berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang


(50)

mungkin timbul akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh produktif bank.

c. modal kuasi, yaitu berupa modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal, misalnya pinjaman yang berjangka waktu sangat panjang dan tanpa pembebanan bunga pula.

d. pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti adanya perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapatkan persetujuan dari Bank Sentral.

Sesuai dengan SE Bank Indonesia No. 26 BPPP tanggal 29 Mei 1993 susunan permodalan dalam perbankan dapat disajikan sebagai berikut:


(51)

Tabel 2.3. Permodalan Bank Keterangan Jumlah Setiap Komponen Jumlah I. II. III. IV. MODAL 1. Modal Inti Modal disetor Agio saham Modal sumbangan Cadangan umum Cadangan tujuan

Laba ditahan setelah diperhitungkan pajak Laba tahun-tahun lalu -/-

Rugi tahun-tahun lalu

... laba tahun berjalan setelah diperhitungkan pajak (50%)

Rugi tahun berjalan -/- Sub total

Goodwill -/-

... kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang seharusnya dibentuk

... jumlah modal inti

2. Modal Pelengkap Cadangan revaluasi aktiva tetap

... penyisihan penghapusan aktiva produktif (maksimum 1,25% dari ATMR)

... modal pinjaman

... pinjaman subordinasi (maksimum 50% dari jumlah modal inti)

... jumlah modal pelengkap

Jumlah modal pelengkap yang diperhitungkan (maksimum 100% dari jumlah modal inti)

3. Jumlah modal (1.14 + 2.6)

MODAL MINIMUM (12% X Jumlah ATMR) KELEBIHAN ATAU KEKURANGAN MODAL RASIO MODAL (II : ATMR) x 100%

………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ………… ……… ……… ……… ……… ……… _____ %

Sumber: Bank Budgeting, Profit Planning & Control 2.4.2. Fungsi Modal Bank

Wood, Jr. dalam Reksoprayitno (1992), menyebutkan fungsi utama modal bank, sebagai berikut:

1. Untuk menghapus kerugian tidak terduga;

2. Menyajikan dana yang diperlukan untuk kegiatan operasional; 3. Mengukur kepemilikan bank; dan


(52)

4. Sebagai sumber tekanan bagi pelaksana bank untuk bekerja efisien.

Modal yang akan dijadikan sebagai penggunaan dana sendiri mempunyai fungsi yang sangat strategis, sifatnya tetap, bunganya tidak dibayar dan operasional bank baru dapat dilakukan setelah dana efektif ini ada.

Hasibuan (2005), menyatakan bahwa fungsi dana bagi bank, antara lain untuk:

1. Membiayai kegiatan operasional; 2. Investasi primer dan investasi sekunder;

3. Memberikan proteksi/perlindungan kepentingan deposan;

4. Memenuhi CAR terhadap ketentuan BI;

5. Menanggung resiko kredit atau kerugian bank;

6. Mempertinggi tingkat kepercayaan SSU kepada bank; 7. Memberikan keamanan bagi modal asing;

8. Sebagai bukti kepemilikan.

Sedangkan menurut American Banker Association (1970), fungsi modal sendiri suatu bank adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bantalan untuk menyerap kerugian dalam rangka melindungi

kepentingan penabung.

2. Merupakan sumber dana bagi pembelian gedung, peralatan kantor, dan aktiva produktif lainnya yang diperlukan dalam operasional bank.

3. Untuk memenuhi ketentuan persyaratan permodalan yang ditetapkan Bank Sentral.


(53)

4. Untuk memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa bank mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu dan agar bank tetap mampu memberikan pelayanan walaupun dalam keadaan merugi.

2.4.3. Sumber Dana Bank

Menurut Kuncoro & Suhardjono (2002) dana bank adalah semua hutang dan modal yang tercatat pada neraca bank sisi pasiva yang dapat dipergunakan sebagai modal operasional bank dalam rangka kegiatan penyaluran atau penempatan dana.

Menurut Siamat (1993), dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.

Menurut Sinungan (1993), dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasionil suatu bank bersumber dari dana-dana sebagai berikut:

1. Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari para pemegangan saham.

2. Dana pihak kedua adalah dana pinjaman dari pihak luar.

3. Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari pihak masyarakat.

2.4.4. Penggunaan dan Alokasi Dana Bank

Menurut Kuncoro & Suhardjono (2002), penggunaan dana bank terdiri dari aktiva yang tidak menghasilkan (non earning assets) yang terdiri dari primary reserve dan penanaman dalam aktiva tetap; dan aktiva yang menghasilkan (earning assets) yang terdiri dari secondary reserve, kredit yang diberikan dan investasi dana jangka panjang (penyertaan). Apabila sumber dana bank tercatat pada neraca bank


(54)

Alokasi atau penempatan dana oleh suatu bank umum dengan mempertimbangkan sumber dana yang diperolehnya, menurut Ali (2004), terdiri atas dua pendekatan, yaitu:

1. Pool of Funds Approach, adalah penempatan dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana seperti sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehannya.

Demand Deposit (Giro)

Primary Reserve

Secondary Reserve Saving

Deposit (Tabungan)

POOL

OF FUNDS

LOANS

Time Deposit (Deposito)

Other Securities

Capital Funds

(Modal) Assets Fixed


(55)

2. Assets Allocation Approach, adalah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehan dana tersebut.

Primary Reserve Demand Deposit (Giro) Secondary Reserve Saving Deposit (Tabungan) Loans (Kredit) Time Deposit (Deposito) Other Securities (efek-efek) Capital Funds (Modal) Fixed Assets


(56)

Sedangkan perbandingan Kelebihan dan Kelemahan antara Pool of Funds dan Assets Alocation Approach dapat ditunjukkan seperti tabel di bawah ini:

Tabel 2.4. Perbedaan Pool of Funds Approach dengan Assets Alocation Approach

Pool of Funds Approach Assets Alocation Approach Kelebihan:

- Perhitungan biaya relatif sederhana - Pengelolaannya tidak kompleks

Kelebihan:

- Mengalihkan penekanan likuiditas kepada profitabilitas

- Jumlah rata-rata cadangan likuiditas mengalami penurunan sehingga alokasi dana dapat dialihkan lebih banyak pada penyaluran kredit dan penanaman modal dalam surat-surat berharga yang memiliki keuntungan lebih tinggi

Kelemahan:

- Tidak diberikan dasar untuk memperkirakan standar likuiditas

- Tidak terdapat pertambangan terhadap perubahan giro, tabungan, deposito dan sumber lainnya

- Mengabaikan likuiditas yang berasal dari portofolio kredit melalui pembayaran cicilan dan bunga secara terus menerus - Memperkecil peranan cadangan sekunder

sebagai sumber likuiditas

- Mengabaikan kenyataan mengenai kemampuan bank untuk memperoleh laba dari operasinya

- Mengabaikan peran interaksi aktiva dan pasiva dalam penyediaan likuiditas secara musiman

Kelemahan:

- Keputusan mengenai jumlah likuiditas dilakukan berdasarkan perkiraan atau perputaran simpanan

- Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang menyebabkan keuntungan menjadi berkurang

- Portofolio kredit dianggap sama sekali tidak likuid sehingga kredit tidak dianggap sebagai sumber likuiditas yang potensial - Keputusan mengenai manajemen aktiva

pasiva dibuat secara independen

2.4.5. Penghitungan Biaya Dana

Biaya dana atau sering disebut Cost of Fund, menurut Siamat (1993) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh bank untuk setiap rupiah dana yang dihimpunnya dari berbagai sumber sebelum dikurangi dengan likuiditas wajib (reserve requirement). Tinggi rendahnya biaya dana bagi setiap bank sangat beragam tergantung dari struktur dana yang dapat dihimpun oleh bank tersebut.


(57)

Dalam penyusunan anggaran dana dan rencana kerja bank, menurut Muljono (1996) sangat tergantung pada biaya dana yang dihimpunnya, yaitu:

1. Faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dana.

a. Komposisi jenis dana, masing-masing jenis dana mempunyai struktur biaya yang berbeda satu sama lain. Bank yang komposisinya terdiri dari deposito dan sertifikat deposito, merupakan biaya yang relatif tinggi dibandingkan dengan bank yang komposisi dananya lebih banyak berasal dari giro.

b. Tingkat bunga dana di masyarakat, bunga dana yang berlaku di pasar/ masyarakat selalu berfluktuasi naik dan turun. Tingkat suku bunga yang terjadi di masyarakat ini tentu akan mempunyai pengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya biaya dana bank.

c. Jangka waktu pengendapan dana, dalam kondisi perekonomian normal semakin panjang jangka waktu pengendapan suatu dana biasanya tingkat bunga yang diminta pemilik dana juga akan semakin mahal.

d. Volume dana itu sendiri, volume dana yang semakin besar akan semakin mengakibatkan cost of borrowing yang semakin kecil untuk setiap rupiah dana yang dihimpun, tetapi disisi lain biaya overhead nya akan semakin kecil. Apabila dihitung cost of money-nya maka dengan volume dana yang semakin besar akan menghasilkan biaya dana (cost of money) yang semakin kecil dan sebaliknya.


(58)

e. Biaya operasionil, besar kecilnya biaya dana juga akan bergantung terhadap biaya operasionil (biaya overhead) yang diperlukan oleh bank untuk menghimpun dananya.

f. Unloanable fund, yang terdiri dari legal reserve requirement, working capital reserve requirement, seasonal reserve requirement, cylical reserve requirement, idle fund; semakin besar jumlahnya, maka harga/biaya dana yang dihimpun juga akan semakin mahal, dan sebaliknya.

2. Pendekatan yang ditempuh dalam menghitung biaya dana. a. Pendekatan historis >< pendekatan marginal.

b. Pendekatan historis dapat dipakai apabila dalam suatu kurun waktu perhitungan biaya dana bank tidak terdapat kenaikan suku bunga dana. Sedangkan marginal cost, dipakai apabila dari periode ke periode terdapat trend kenaikan biaya (suku bunga dana) di masyarakat.

c. Pendekatan variable costing >< pendekatan full absorption costing.

d. Variable costing dipakai untuk perhitungan biaya variabel yang dianggap relevan dengan proses pengumpulan dana itu sendiri yang bertujuan untuk pricing/penetapan lending rate dalam rangka, penetrasi pasar, memaksimalkan usaha, dan kebijakan-kebijakan jangka pendek. Sedangkan full absorption costing dipakai untuk tujuan kebijakan jangka panjang.

Beberapa macam biaya dana yang digunakan yaitu:

1. Cost of borrowing, yaitu biaya dana yang langsung dikeluarkan oleh bank untuk mendapatkan dana dari pinjaman yang dilakukan.


(59)

2. Cost of fund, biaya dana yang langsung dikeluarkan oleh bank untuk mendapatkan sejumlah dana.

3. Cost of loanable fund, yaitu biaya dana yang dikeluarkan oleh bank setelah dikurangi dengan cost of unloanable fund.

4. Marginal cost of fund, yaitu biaya dana yang dikeluarkan untuk memperoleh tambahan dana pada periode terakhir.

5. Cost of investible fund, yaitu biaya atas dana yang dapat diinvestasikan ke dalam earning assets.

6. Cost of money, yaitu biaya dana yang dikeluarkan oleh bank setelah diperhitungkan dengan overhead expenses-nya.

2.4.6. Perhitungan Kebutuhan Modal

Muljono (1996), perhitungan kebutuhan modal bank didasarkan kepada: 1. Kebutuhan modal berdasarkan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko)

yang merupakan aktiva neraca dan ATMR aktiva administrasi.

2. Ketentuan penyediaan modal minimum.

3. Penghitungan rasio modal dengan membandingkan modal tersebut dengan ATMR.

4. Perbandingan rasio modal tersebut dengan kewajiban penyediaan modal minimum.


(1)

Kuhlemeyer, Gregory A., Financial Management by Van Homme, Tenth Edition, Van Horne/Wachonvic.

Kuncoro, Mudrajad & Suhardjono 2002. Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE, Anggota IKAPI.

Latuamerissa, Julius R., 1996. Esensi-esensi Perbankan Internasional, Cetakan Pertama, Surabaya: PT Bumi Aksara

Manurung dan Rahardja, 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Marrison, Chris, 2002. The Fundamentals of Risk Management, New York: Mc Graw-Hill.

Matten, Chris, 2000. Managing Bank Capital: Capital Allocation and Performance

Measurement, 2nd edition, Chicester, England: John Wiley & Sons Ltd.

Measurement and Capital Standards, 1998. BIS: Basel, Switzerland.

Muljono, Teguh Pudjo, 1996. Bank Budgeting: Profit Planning & Control, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE, Anggota IKAPI.

Nopirin, Ekonomi Moneter, 2000. Ekonomi Moneter, Edisi Pertama, Cetakan Kesepuluh, Yogyakarta: BPFE, Anggota IKAPI.

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko

Bagi Bank Umum.

Reksoprayitno, Soediyono, 1992. Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Bank Umum:

Penerapannya di Indonesia, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta:

BPFE, Anggota IKAPI.

Riyadi, Selamet, 2004. Banking Asset and Liability Management, Edisi kedua, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketujuh, Bandung: CV. Alfabeta. Sinungan, M., 2000. Manajemen Dana Bank, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Tampubolon, Robert, 2004. Risk Management: Manajemen Risiko Pendekatan

Kualitatif untuk Bank Komersial, Cetakan Kedua, Jakarta: PT Elex Media


(2)

Umar, Husein, 2002. Research Methods in Finance and Banking, Cetakan Kedua, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Von Greuning, Hennie & Brajovic Bratanovic, Sonja, 2000. Analyzing Banking Risk:

A Framework for Assessing Corporate Governance and Financial Risk Management, Washington DC: The World Bank.

Majalah:

Fadilah, Syarif, 2005. Dampak Bank Jangkar: Perpindahan Dana Mulai Terjadi,

BisnisBank Vol. 1 No. 06 edisi Agustus 2005, hal. 34

Iskandar, Tofik, 2005. Fokus Utama: Keseimbangan Memulihkan Ekonomi Nasional,

InfoBank, Vol. XXVII, No. 320, hal. 33

Marbun, Ojak P., 2005. Enterprise-Wide Risk Management, Info Risk Management,

Indonesian Risk Professional Association, No. 04/II/Mar 2005-Mei 2005, hal.

20-21.

Internet:

Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, November 2005. Buku Statistik

Perbankan Indonesia, Bank Indonesia, www.bi.go.id. Dikunjungi tanggal 5

Desember 2005.

Mariani, Septi, 2002. Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Simpanan Masyarakat

pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2001. Dikunjungi tanggal 22 Desember

2005.

Prihanto, Gatot Teguh, 2005. Masih Suramnya Dunia Perbankan, www.google.com Dikunjungi tanggal 24 Sepetember 2005.

Purwanto, Djoko, 2005. Dilema Rekapitalisasi Perbankan, www.google.com Dikunjungi tanggal 24 Sepetember 2005.

Siahaan, Johanes H.P., 2005. Perhitungan Kebutuhan Modal dalam Proses Merger

Bank X & Y, MM-FEUI, www.google.com Dikunjungi tanggal 24

Sepetember 2005.

Siregar, Agus E, 2005. Rencana Penerapan CAR 12% dan Transparansi Perbankan, www.google.com Dikunjungi tanggal 24 Sepetember 2005.


(3)

Trimulyani, Sulistining, 1999. Analisis Korelasi Biaya Sumber Dana terhadap

Rentabilitas pada Bank Duta Indonesia. Dikunjungi tanggal 22 Desember

2005.

Triyana, 2000. Analisis Negative Spread dan Pengaruhnya terhadap Capital

Adequacy Ratio Perbankan Nasional. Dikunjungi tanggal 22 Desember 2005.

Intranet PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk:

e-Learning, 2004. BASEL II Overview, Modul 2 : Pilar I : Minimum Capital

Requirement. Dikunjungi tanggal 26 Oktober 2005.

e-Learning, 2004. Treasury dan Pengelolaan Dana, Modul 3 : Suku Bunga.

Dikunjungi tanggal 26 Oktober 2005.


(4)

(5)

(6)