Cara Memperoleh Bidang Tanah oleh Masyarakat Gunung Sitoli

B. Cara Memperoleh Bidang Tanah oleh Masyarakat Gunung Sitoli

Pada umumnya kebanyakan bidang-bidang tanah yang ada di Indonesia ini bersifat komunal milik bersama, yang selanjutnya seiring dengan perkembangan zaman sifat komunal ini semakin menghilang menjadi hak milik pribadi. Dimana hal ini dapat terjadi karena misalnya pada awalnya sekelompok orang membuka hutan untuk perkampungan dan perladangan, maka yang muncul pertama adalah hak komunal bagi seluruh anggota kelompok, kemudian karena terjadi perkembangan, maka sebagian anggota kelompok memisahkan diri menurut suku, dan secara otomatis timbullah hak suku. Kemudian selanjutnya suku tersebut kemudian pecah lagi dalam beberapa margakerabat, maka tanah yang mereka kuasai disebut hak marga, lalu kemudian marga-marga tersebut memisahkan diri lagi menjadi desa-desa sehingga lahirlah hak desa atas tanah seperti pekulen dan gogolan yang dikenal di daerah Pulau Jawa. Kemudian oleh kepala desa hak gogolan diberikan hak-hak keluarga yang dinamakan hak gogolan tetap, dan dari hak gogolan tetap ini lahirlah hak-hak perorangan. 42 Pada proses individualisasi pertanahan tersebut yaitu proses perubahan hak komunal menjadi hak perorangan, terjadi secara alamiah dan anggota masyarakat yang mendapatkan hak-hak perorangan dari hak-hak komunal terlebih dahulu mealalui seleksi yang sangat ketat, seperti tanahnya dikuasai secara terus menerus dan luasnya terbatas kemampuan untuk mengusahakanya sendiri. 43 Proses individualisasi tersebut juga terjadi pada tanah-tanah di kota Gunung Sitoli. Dimana pada mulanya tanah-tanah di kota gunung sitoli itu 42 Muhammad Yamin Abdul Rahim Lubis, Beberapa Masalah Aktual Hukum Agraria, Pustaka Bangsa Press : Medan, 2004, hlm.71 43 Ibid., hlm.71 merupakan tanah-tanah dengan hak komunal, namun dengan seiring perkembangan zaman, perkembangan laju ekonomi, serta perkembangan administrasi pemerintahan pada masyarakat kota Gunung Sitoli, menyebabkan tanah hak komunal tadi berubah menjadi tanah dengan hak perorangan. 44 Namun berbeda halnya dengan tanah hak komunal yang ada pada daerah- daerah lain seperti misalnya pada masyarakat Sumatera Barat, yang mengenal tanah hak komunal tersebut sebagai tanah hak ulayat. Dimana pada masyarakat Gunung Sitoli sendiri tidak mengenal adanya tanah ulayat seperti di Sumatera Barat, hal ini disebabkan karena tanah-tanah di kota Gunung Sitoli tidaklah memenuhi unsur-unsur untuk dikatakan sebagai tanah ulayat. 45 adapun unsur- unsur untuk menentukan adanya suatu hak ulayat masyarakat adat menurut Budi Harsono sebagaimana yang dikutip oleh Urip Santoso antara lain: 46 1. Masih adanya suatu kelompok orang sebagai warga suatu persekutuan hukum adat tertentu, yang merupakan suatu masyarakat hukum adat; 2. Masih adanya wilayah yang merupakan ulayat masyarakat hukum adat tersebut, yang disadari sebagai tanah kepunyaan bersama para warganya sebagai ”Labensraum”-nya; 3. Masih adanya penguasa adat yang pada kenyataanya dan diakui oleh para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan, melakukan kegiatan sehari- hari sebagai pelaksana hak ulayat. 44 Jeremias Silalahi, Wawancara, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Nias, Nias, 17 Juni 2015 45 Ibid., Tanggal 17 Juni 2015 46 Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Kencana:Jakarta, 2012, hlm.82 Sementara itu menurut ketentuan Pasal 2 ayat 2 Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN Nomor 5 Tahun 1999, hak ulayat masyarakat hukum adat dianggap masih ada apabila: 47 1. Terdapat sekelompok orang yang masih merasa terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum tertentu, yang mengakui dan menerapkan ketentuan-ketentuan persekutuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari; 2. Terdapat tanah ulayat tertentu yang menjadi lingkungan hidup para warga persekutuan hukum tersebut dan tempatnya mengambil keperluan hidupnya sehari-hari; 3. Terdapat tatanan hukum adat mengenai pengurusan, penguasaan, dan penggunaan tanah ulayat yang berlaku dan ditaati oleh para warga persekutuan hukum tersebut. Berdasarkan unsur-unsur yang diuraikan tadi, maka tanah-tanah pada kota Gunung Sitoli dapat dikatakan bukanlah merupakan tanah yang berasal dari tanah hak ulayat, dimana pada tanah-tanah di kota Gunung Sitoli tidaklah memenuhi salah satu unsur untuk dapat dikatakan sebagai tanah ulayat. Dimana adapun unsur yang tidak terpenuhi adalah tidak adanya ketua adat yang melaksanakan hak ulayat tersebut. Sehingga dengan begitu tanah-tanah yang ada pada kota Gunung Sitoli bukanlah merupakan tanah ulayat melainkan tanah negara. 48 Oleh karena itu berdasarkan uraian tadi maka dapat dikatakan bahwa cara memperoleh bidang tanah di kota Gunung Sitoli untuk pertama sekali adalah melalui suatu proses 47 Ibid., hlm.82-83 48 Jeremis Silalahi, Wawancara, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Nias, Nias, 17 Juni 2015 permohonan untuk pemberian hak yang berasal dari tanah negara, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN Nomor 9 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolahan. 49

C. Kegiatan Pendaftaran Tanah di Kota Gunung Sitoli