Objek Pendaftaran Tanah Sistem Pelaksanaan Pendaftaran Tanah di Indonesia

D. Objek Pendaftaran Tanah

Pasal 9 PP. Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ditentukan beberapa bidang-bidang tanah yang dapat dijadikan objek dalam Pendaftaran Tanah, adapun objek Pendaftaran Tanah meliputi: 1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik, Hak Guna Bangunan HGB, Hak Guna Usaha HGU, dan Hak Pakai; 2. Tanah Hak Pengelolahan; 3. Tanah Wakaf; 4. Hak milik atas satuan rumah susun; 5. Hak Tanggungan; 6. Tanah Negara. Mengenai objek pendaftaran tanah seperti Hak Milik, HGU, HGB, dan Hak Pakai telah diatur secara jelas di dalam UUPA, dan dipertegas lagi pengaturanya dengan dikeluarkanya PP. Nomor 40 dan 41 Tahun 1996. dan selanjutnya mengenai tanah wakaf, hak milik satuan rumah susun, serta tanah hak tanggungan telah jelas diatur di dalam Undang-Undang tersendiri. Sementara itu mengenai hak pengelolahan haruslah didaftarkan dan diterbitkan sertifikatnya, akan tetapi hak pengelolahan ini tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau badan hukum dan juga hak pengelolahan ini tidak dapat dijadikan jaminan hutang, akan tetapi di atas tanah hak pengelolahan dapat diterbitkan Hak Milik, HGU, dan HGB diatas tanahnya, dengan persyaratan ada perjanjian yang dibuat antara pemegang hak pengelolahan dengan seseorang ataupun badan hukum. 27 Berbeda halnya dengan objek-objek Pendaftaran Tanah yang lain, dalam hal tanah negara pendaftaranya dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang bersangkutan dalam daftar tanah. Untuk tanah negara tidak disediakan buku tanah dan karenanya juga tidak diterbitkan sertifikat haknya. 28

E. Sistem Pelaksanaan Pendaftaran Tanah di Indonesia

Pendaftaran Tanah sendiri, diseluruh dunia ada dikenal 2 dua sistem pendaftaran tanah, adapun kedua sistem tersebut antara lain: 29 1. Sistem positif Sistem Pendaftaran Tanah Positif adalah suatu sistem dimana kepada yang memperoleh Hak atas tanah ini akan diberikan jaminan yang lebih kuat. Jadi dengan demikian, maka mereka atau orang-orang yang tercatat pada Daftar UmumBuku Tanah itu adalah si pemilik tanah yang pasti, sehingga pihak ketiga harus percaya dan tidak perlu khawatir bahwa pada suatu ketika, mereka atau orang-orang yang tercatat dalam Daftar UmumBuku Tanah akan kehilangan Haknya atau dirugikan. Adapun Negara yang menerapkan Sistem Positif ini antara lain: a. Jerman; b. Swiss; c. Austria; 27 A.P. Parlindungan , Op.Cit.,hlm.85 28 Budi Harsono, Op.Cit.,hlm.476 29 Ali Ahmad Chomzah, Op.Cit., hlm.16 d. Australia . 2. Sistem negatif Sistem pendaftaran tanah negatif adalah suatu sistem bahwa kepada si pemilik tanah ini, diberikan jaminan lebih yang lebih kuat, apabila dibandingkan perlindungan yang diberikan kepada pihak ketiga. Jadi dengan demikian, maka si pemilik tanah dapat menggugat haknya atas sebidang tanah dari mereka yang terdaftar pada daftar umum danatau buku tanah. Adapun Negara yang menerapkan Sistem negatif ini antara lain: a. Cina b. Perancis c. Philipina Indonesia sendiri menganut sistem pendaftaran tanah negatif dengan tendensi-tendensi Positif, dimana hal ini dapat dilihat dari pendapat A.P Parlindungan yang menyatakan bahwa : 30 ” Secara Implisit di dalam UUPA ditegaskan bahwa dalam Pendaftaran Tanah di Indonesia diterapkan Sistem Negatif yang bertendensi Positif. Hal ini didasarkan kepada sejarah kepemilikan tanah secara individual serta demikian luasnya wilayah Indonesia yang jika hanya mengandalkan ingatan dan keterangan saksi pasti tidak teliti serta tidak tercatat secara akurat dan tidak pula didokumentasi secara sentral, selain itu penerapan Sistem Negatif ini dapat dilihat dengan adanya lembaga Exemainer Of Title Panitia Tanah yang memberikan kesempatan kepada orang atau pihak yang merasa Haknya lebih kuat dari yang terdapat dalam sertifikat dapat mengklaim hal ini dengan mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri. Namun Sistem Negatif ini jelaslah mempunyai aspek Positif oleh karena bergerak dari adanya suatu publikasi yang memancing orang orang yang lebih berhak untuk menyanggahnya, sehingga objektifitas hak ini akan mengarah kepada kesempurnaan.” 30 A.P. Parlindungan, Op.Cit.,hal.36 Indonesia menganut Pendaftaran Tanah dengan sistem negatif yang bertendensi positif juga dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 32 ayat 2 PP Nomor 24 Tahun 1997 yang menyatakan bahwa pendaftaran tanah yang penyelenggaraanya diperintahkan oleh UUPA tidak menggunakan sistem publikasi positif, yang kebenaran data yang disajikan dijamin oleh negara, melainkan menggunakan sistem publikasi negatif. Dalam sistem publikasi negatif negara tidak menjamin kebenaran data yang disajikan. Tetapi walaupun demikian tidaklah dimaksudkan untuk menggunakan sistem publikasi negatif secara murni. 31 Oleh karena itu, dengan adanya sistem negatif yang bertendensi positif ini, keterangan-keterangan yang ada itu apabila ternyata tidak benar, maka dapat diubah dan dapat dibetulkan. Sistem Pendaftaran Tanah di Indonesia juga dapat disebut quasi positif positif yang semu. Adapun ciri-ciri sistem quasi positif Pendaftaran Tanah di Indonesia adalah sebagai berikut: 32 1. Nama yang tercantum dalam buku tanah adalah pemilik tanah yang benar dan dilindungi oleh hukum. Sertifikat adalah bukti yang terkuat, tetapi tidaklah mutlak; 2. Setiap peristiwa balik nama, melalui prosedur dan penelitian yang seksama dan memenuhi syarat-syarat keterbukaan Openbaar Beginsel; 3. Setiap persil batas diukur dan digambar dengan peta Pendaftaran Tanah dengan skala 1: 1000, ukuran mana yang memungkinkan untuk dapat 31 Tampil Anshari, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Bagan, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat, Medan, 2001, hlm.230 32 Ali Ahmad Chomzah, Loc.Cit., hlm.16-17 dilihat kembali batas persil, apabila dikemudian hari terdapat sengketa batas; 4. Pemilik tanah yang tercantum dalam buku tanah dan sertifikat dapat dicabut melalui proses keputusan pengadilan negeri atau dibatalkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional, apabila terdapat cacat hukum; 5. Pemerintah tidak menyediakan dana untuk pembayaran ganti rugi pada masyarakat, karena kesalahan administrasi Pendaftaran Tanah, melainkan masyarakat sendiri yang merasa dirugikan melalui proses pengadilan negeri untuk memperoleh haknya.

F. Mekanisme Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Menurut PP. No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah