1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan pokok yang akan dibahas pada penelitian ini adalah berapa banyak jumlah produksi yang harus
ditentukan dalam suatu siklus produksi yang optimal untuk meminimumkan total biaya persediaan produksi CPO pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk.
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu meluasnya masalah dan adanya penyimpangan dalam pengambilan kesimpulan, perlu adanya batasan-batasan untuk menyelesaikan
permasalahan, yaitu: a.
Model yang dikembangan untuk persediaan produk tunggal. b.
Selama produksi dilakukan, tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan.
c. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari PT Bakrie
Sumatera Plantation Tbk yang meliputi : •
Data Jumlah Produksi tahun 2013-2014. •
Data Jumlah Penyaluran tahun 2013-2014. •
Biaya Pengadaan dan Penyimpanan tahun 2013-2014. d.
Proses pengolahan dan kebijakan perusahaan tidak berubah selama jangka waktu pemecahan masalah.
e. Tidak terjadi kekurangan persediaan shortages.
f. Bahan baku tersedia sewaktu diperlukan untuk proses produksi lead time
atau waktu tunggu adalah nol. g.
Diasumsikan besarnya permintaan sama dengan penyaluran
1.4 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan sebagai acuan yang digunakan penulis untuk menjadi landasan teori dalam penulisan skripsi. Tinjauan pustaka berikut dikutip dari
buku-buku dan jurnal-jurnal serta makalah yang berhubungan dengan pengendalian tingkat produksi optimal dengan metode EPQ.
Yamit 2002 mengemukakan bahwa persediaan produk dalam suatu perusahaan berkaitan dengan volume produksi dan besarnya permintaan pasar.
Perusahaan harus mempunyai kebijakan untuk menentukan volume produksi dengan disesuaikan besarnya permintaan pasar agar jumlah persediaan pada
tingkat biaya minimal. Metode EPQ dimaksudkan untuk menentukan besarnya volume produksi yang optimal, dalam artian cukup untuk memenuhi kebutuhan
dengan biaya yang serendah-rendahnya. Penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel
saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah
persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi set- up cost.
2. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan
rata-rata yang disebut biaya penyimpanan holding cost.
Baroto 2002 mengemukakan biaya persiapan produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan sebelum produksi berlangsung. Biaya ini timbul karena
perusahaan memproduksi sendiri bahan baku yang akan digunakan. Biaya ini terdiri dari : 1 biaya mesin-mesin menganggur, 2 biaya persiapan tenaga kerja
langsung, 3 biaya scheduling, 4 biaya ekspedisi dan sebagainya.Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila rata-rata persediaan semakin
tinggi.
Menurut P Siagian dalam bukunya “ Penelitian Operasional Teori dan Praktek” untuk mencari tingkat produksi optimal dalam satu putaran produksi
adalah sebagai berikut: •
Tingkat produksi optimal dalam satu putaran produksi adalah =
2 −
• Interval waktu optimal dalam satu putaran produksi adalah
=
• Biaya Persediaan Minimum Produksi
Dimana : =
Jumlah pesanan optimal atau produksi optimal tiap putaran produksi = Waktu optimal satu putaran produksi
= Laju penyaluran produksi per satuan waktu = Laju produksi per satuan waktu.
= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi = Carrying costs atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu
Yus Louri P Sitepu 2013 dalam jurnalnya yang berjudul “Pengendalian
Persediaan Produksi CPO ddengan metode EPQ” menerangkan bahwa Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola
distribusi. Pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan uji kenormalan Lilliefors.
1.5 Tujuan Penelitian