2.2 Metode Pengendalian Persediaan Economic Production QuantityEPQ
Metode persediaan pada penelitian ini, dimana pemakainya terjadi pada perusahaan yang pengadaan bahan baku atau komponennya dibuat sendiri oleh
perusahaan. Dalam hal ini, tingkat produksi perusahaan untuk membuat bahan baku komponen diasumsikan lebih besar dari tingkat pemakaiannya PD.
karena tingkat produksi P bersifat tetap dan konstan, maka model EPQ disebut juga model dengan jumlah produksi tetap FPQ Nasution, 2003.
Tujuan dari model EPQ ini adalah menentukan berapa jumlah bahan baku komponen yang harus diproduksi, sehingga meminimalisasi biaya persediaan
yang terdiri biaya setup produksi dan biaya penyimpanan Parameter – parameter yang dipakai dalam model ini adalah sebagai
berikut. D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode.
P = tingkat produksi perusahaan dalam satu periode .
= Set Up Cost atau biaya pengadaan untuk tiap putaran produksi .
?
= Carrying costs atau biaya penyimpanan per unit per satuan waktu
Gambar 2.3 Grafik Persediaan EPQ
Jumlah produksi selama waktu t harus memenuhi jumlah permintaan D selama waktu t tersebut dinotasikan sebagai Q = Dt. Produksi dilakukan pada masa
?
dengan tingkat produksi sebesar P, seiring dengan pemenuhan permintaan. Karena jumlah produksi adalah Q=
?
. P, maka
?
=
A
pada tahap ini persediaan mencapai maksimum yaitu sebesar
-
B C
=
A
3 − 2, sedangkan rata-rata persediaan adalah
ADE A
. Pada masa proses produksi berhenti sedangkan
permintaan tetap dipenuhi, sehingga terjadinya penurunan sebesar D. Jika persediaan telah mencapai tingkat R maka harus dilakukan pengadaan produksi
untuk proses produksi selanjutnya selama masa L. Karena jumlah putaran produksi adalah
E
maka biaya rata-rata pengadaan set up cost adalah
E
. dimana .
adalah set up cost untuk tiap kali produksi Soraya dkk, 2011.
Jadi Total Inventory Cost adalah P.Siagian,2007. ,-. = + + 4+GH+
,-. = 3 − 2
23 .
I
+ 2
. H,-.
H = 3 − 2
23 .
I
− 2
. = 0
Atau =
223. 3 − 2.
I
Jadi Produksi Optimal untuk setiap produksi adalah: = K
223. 3 − 2.
I
Dengan interval waktu yang optimum :
= 2
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Singkat PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk
PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk. PT. BSP merupakan Perusahaan Penanam Modal Dalam Negeri PMDN yang bergerak di bidang usaha
perkebunan dan pengolahan karet. Bunut Rubber Factory merupakan pabrik bagian dari PT. BSP yang mengolah karet dari bahan baku berupa lateks, getah
mangkok cup lump, lateks yang dibekukan coagulum dan getah tarik tree lace menjadi barang setengah jadi sebagai bahan baku industri ban, sepatu,
peralatan medis, jok, pakaian dan lain sebagainya. Pada mulanya perusahaan hanya bergerak di bidang perkebunan karet.
Namun pada tahun 1992 perusahaan mulai melaksanakan konversi atas sebagian perkebunan karet menjadi perkebunan kelapa sawit. Keputusan untuk memasukan
kelaspa sawit ke dalam bisnis ini didasari pertimbangan bahwa bisnis ini menguntungkan. selain itu kelapa sawit dikenal dengan tanaman yang memiliki
produktivitas tinggi diibanding komoditas perkebunan lainnya.
3.2 Pengumpulan Data
Data yang di perlukan diperoleh berdasarkan pengamatan langsung di PT. Bakrie Sumatera Plantation, wawancara dan diskusi dengan pihak perusahan serta
mengutip data dan informasi dari arsip Laporan Manajemen Bulanan LMB yang sesuai dengan data yang diperlukan untuk pemecahan masalah.