Kumpulan Konsep
Sumbang Saran Untuk Kemajuan Dunia Peternakan Di Indonesia
Hasnudi Sayed Umar
Iskandar Sembiring Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
1. MEMOTIVASI PETANI UNTUK MENINGKATKAN SKALA PEMILIKAN TERNAK SAPI
1. Pendahuluan.
Menurut Undang-undang nomor : 6 Tahun 1967, bahwa bentuk penyelenggaraan usaha peternakan dibagi menjadi 2 dua ialah peternakan rakyat dan perusahaan
peternakan. Selanjutnya dijelaskan bahwa peternakan rakyat adalah peternakan yang dilakukan oleh rakyat antara lain petani disamping usaha pertaniannya. Sedangkan
perusahaan peternakan merupakan kegiatan usaha dibidang peternakan yang diselenggarakan dalam bentuk suatu perusahaan secara komersil. Kaitannya dengan
peternakan rakyat, maka sebagian dari peranan Pemerintah dalam pembangunan bidang peternakan adalah mengusahakan agar sebanyak mungkin rakyat dapat
menyelenggarakan peternakan, berusaha mempertumbuhkan dan memperkembangkan badan-badan hukum yang diperlukan seperti koperasi-koperasi dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan peranan Pemerintah diatas, maka melalui berbagai Instansi Pemerintah terutama Ditjennak Departemen Pertanian melakukan kegiatan yang salah
satu bentuknya berupa penyelenggaraan kegiatan pengadaan dan penyebaran ternak kepada rakyat petani di pedesaan, termasuk diberbagai daerah Transmigrasi.
Khusus untuk kegiatan penyebaran dan pengembangan ternak sapi yang dilaksanakan oleh pemerintah, umumnya disebarkan kepada setiap petani terpilih dengan
jumlah ternak diterimakan disesuaikan menurut paket, dimana jumlahnya berkisar pada 1 atau 2 ekor ternak betina per keluarga, dan sebagian diantara petani penerima paket
tersebut juga menerima paket ternak jantan sebagai pemacek pejantan terhadap ternak betina lainnya. Selanjutnya atas penerimaan ternak betina calon induk tersebut, petani
berkewajiban untuk memberikan pengembalian kepada pemerintah berupa anak keturunan ternak yang diterimanya, yang selanjutnya oleh petugas pemerintah melakukan
penilaian untuk penetapan kelayakannya sebagai bibit. Ternak pengembalian yang layak bibit segera disebarkan kembali kepada petani sebagai ternak calon induk baru sering
juga disebut dengan ternak redistribusi dengan sistem yang sama seperti dilakukan pada induknya ternak distribusi atau ternak pokok. Petani penerima ternak redistribusi
tersebut dapat merupakan petani yang telah menerima kredit sebelumnya, tetapi juga dapat merupakan petani baru. Sedangkan ternak yang tidak layak bibit dijual dan hasil
penjualannya disetorkan ke Kas Negara. Disamping itu pemerintah juga melakukan
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 1
penyebaran ternak bakalan untuk penggemukan dibeberapa wilayah pedesaan di Indonesia, dengan sistem bagi hasil atau pembagian atas pertambahan nilai ternak
tersebut.
Salah satu perkembangan lebih lanjut dari kegiatan seperti uraian diatas adalah adanya suatu pemikiran untuk meningkatkan skala pemilikan ternak oleh rakyat petani
terutama terhadap ternak sapi, dimana rata-rata pemilikannya 1-2 ekor per petani, yang dinilai oleh berbagai kalangan masyarakat kurang memberikan keutungan bagi petani
peternak. Penilaian ini tercermin dari berbagai pandangan yang mengemuka pada berbagai kesempatan, misalnya pada : rapat-rapat, lokakarya, seminar dibidang
peternakan, dimana tidak jarang oleh penyelenggara ataupun pesertanya memunculkan perihal skala pemilikan ternak tersebut sebagai topik bahasan. Pandangan tersebut antara
lain berupa penilaian bahwa skala pemilikan yang kecil tersebut adalah sebagai faktor penyebab para petani tidak dapat menerapkan teknologi peternakan dalam usahanya,
sebagai faktor penyebab atas rendahnya pendapatan petani dari bidang peternakan, dan selanjutnya dinilai sebagai usaha yang tidak ekonomis. Namun demikian, siapa
sebenarnya yang paling tepat untuk menetapkan skala usaha pemilikan ternak tersebut dan untuk itu perlu juga untuk dilihat tentang alasan petani memelihara ternak sapi dan
faktor yang mempengaruhinya.
2.
Alasan Petani memelihara Ternak Sapi
Pada umumnya petani di Indonesia adalah petani yang mengusahakan komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Perkebunan dan Perikanan serta Peternakan secara
bersama-sama sesuai dengan dukungan lingkungan dan sumber daya yang dimilikinya. Usahatani yang dilakukan petani mengarah pada “Sistem Usahatani Terpadu”. Komoditi
yang paling disukai oleh petani adalah Padi dan untuk itu terlihat upaya petani untuk menanamnya pada lahan kering maupun basah, sehingga pada perkembangan selanjutnya
tanaman padi terseleksi menjadi tanaman padi di lahan kering padi gogo dan padi lahan sawah. Untuk pengolahan lahan tanaman padi tersebut sangat dibutuhkan tenaga ternak,
yang belakangan ini secara perlahan tapi pasti perannya digantikan oleh traktor. Namun demikian petani tetap menginginkan memelihara ternak sebagai komoditi tambahan yang
penting bagi usahatani terpadu yang telah dilakukan petani secara turun-temurun. Untuk daerah perkebunan keberadaan ternak sapi sebagai sumber tenaga kerja terutama
dikaitkan dengan gerobak, sebagai sarana angkutan hasil kebun. Disamping itu petani sadar bahwa lahan usahatani yang terpadu tersebut sangat memerlukan pupuk kandang
sebagai salah satu input pengembangan komoditi tanam-tanaman, baik tanaman perkebunan maupun tanaman pangan.
Para petani dapat memanfaatkan waktunya yang tidak digunakan untuk kegiatan tanaman pangan ataupun kebun. Petani dapat memanfaatkan rerumputan disela-sela
usahataninya sebagai pakan untuk ternaknya. Ternak sapi sebagai suatu “tabungan” yang sewaktu-waktu dapat mereka uangkan manakala ada kebutuhan keperluan mendesak.
Dari uraian diatas, menggambarkan bahwa ternak sapi merupakan komoditi yang saling mendukung dengan bebagai komoditi lainnya dalam usahatani yang dilakukan petani.
Ternak adalah salah satu komoditi yang dikembangkan petani sebagai pelengkap dan sebagai upaya optimalisasi penggunaan lahan usahataninya dan waktunya serta
pemanfaatan hasil sampingan dari usahataninya. Sehingga jumlah ternak yang akan dipelihara petani sangat tergantung pada ketersediaan waktu serta daya dukung lahan dan
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 2
lingkungan atas ketersediaan pakan yang dimiliki petani. Semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara petani akan semakin banyak mendesak pengembangan komoditi lainnya
dari bidang tanaman pangan dan perkebunan atau perikanan. Petani umumnya di Indonesia adalah petani bercocok-tanam, apakah tanaman semusim atau tanaman tahunan
atau campuran keduanya. Upaya untuk mengganti atau merubah dominasi komoditi tanaman dengan komoditi ternak sapi menghadapi tolakan yang kuat dari para petani. Hal
ini dapat dibuktikan oleh pengalaman dari kegiatan penyebaran ternak oleh berbagai proyek pemerintah dimasa lalu, antara lain misalnya adalah melalui proyek P3TK-IFAD
phase I dan II yang telah melibatkan sekitar 200.000 petani yang tersebar di Pulau Sumatera dan Pulau Sulawesi; Proyek ADB di Pulau Kalimantan, yang juga melibatkan
puluhan ribu petani. Dari jumlah tersebut, pada saat ini setelah lebih kurang 15 tahun, ternyata bahwa persentase petani yang memelihara ternak, katakanlah dengan skala
pemilikan 5 - 10 ekor sangat sedikit sekali jumlahnya. Kenyataan ini adalah sebagai hasil dari pengaruh berbagai faktor dalam suatu pendekatan yang dilakukan petani dalam
mengelola usahataninya yakni optimalisasi pemanfatan Sumber daya yang tersedia dan yang dimiliki.
Pendekatan yang dilakukan oleh petani umumnya yang mengarah pada optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang tersedia dan termiliki, menimbulkan
pertanyaan apakah masih perlu kita membicarakannya dalam banyak kesempatan perihal penetapan Skala pemilikan ternak yang layak atau ekonomis bagi seorang petani.
Kiranya lebih bijak perihal penetapan skala pemilikan yang ekonomis tersebut diserahkan kepada petani sepenuhnya tanpa perlu dibicarakan secara serius dalam rapat-
rapat, lokakarya ataupun seminar, yang sering dimaksudkan sebagai upaya dalam kerangka meningkatkan pengembangan peternakan rakyat. Namun demikian, secara Uji
kelayakan yang bermanfaat bagi pengusaha peternakan dapat saja disiapkan atau didukung oleh semua jajaran instansi pemerintah dibidang peternakan.
3.
Meningkatkan Motivasi Petani Beternak.
Motivasi petani untuk melakukan pemeliharaan ternak sapi, tentunya sangat berhubungan dengan sejauhmana usaha ternak dapat memberikan pemenuhan kebutuhan
dan keinginan petani serta tingkat kesulitan yang bakal dihadapi petani dalam menyelenggarakannya.
Sehubungan dengan itu, maka upaya untuk lebih menumbuh-kembangkan peternakan rakyat perlu dilakukan melalui upaya-upaya meningkatkan motivasi para
petani untuk memelihara ternak. Untuk itu dapat ditempuh melalui pelaksanaan berbagai kegiatan yang selama ini berhubungan dengan kendala utama yang dihadapi petani, tanpa
harus mengganggu usahatani yang telah dikembangkannya yakni sistem usahatani terpadu, misalnya: kemudahan atau ketersediaan faktor-faktor produksi dilingkungan
petani, sebagai contoh: ketersediaan hijauan pakan yang berkualitas dan berkesinambungan di pinggir jalan atau ditempat-tempat yang biasanya petani memotong
hijauan pakan disekitar pedesaan, untuk itu
Pemerintah dapat melakukan kegiatan pengembangan tanaman hijauan pakan yang berkualitas dan sesuai pada areal tersebut. Kenyataan lain yang sudah terlihat bahwa
petani memiliki lahan yang sempit, usahataninya terpadu dan upaya yang telah lama dilakukan untuk pengembangan tanaman pakan di lahan petani tidak pernah
menunjukkan hasil optimal walau sudah didorong dengan berbagai pendekatan dan
e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara 3
model, sehingga pakan sebagai salah satu faktor produksi untuk ternak ruminansia menjadi terbatas; Disamping itu, pemasaran juga masih merupakan kendala, kurangnya
jaminan pemasaran kemudahan menjualnya dengan harga yang berpihak kepada petani. Dari berbagai kesempatan menunjukkan bahwa harga ternak ditingkat petani sangat
rendah dibandingkan dengan harga ternak hasil ternak di tingkat konsumen.
Untuk itu pemerintah dapat melakukan kegiatan pembangunan Pasar Hewan dan mengembangkan sistem penentuan harga yang lebih menguntungkan petani, misalnya
adalah berdasarkan hasil timbangan untuk ternak potong dan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu untuk ternak bibit. Kegiatan lainnya adalah yang berhubungan dengan keamanan
ternak dari ulah jahat para pencuri. Banyak media cetak telah menuliskan bahwa motivasi petani untuk beternak menjadi sangat rendah dikarenakan ulah jahat para
pencuri tersebut. Untuk itu pemerintah perlu segera menciptakan suatu kawasan yang aman dan tindakan hukum yang tegak terhadap para pelaku pencuri ternak. Kualitas
Bibit dan kesehatan ternak sangat menentukan terhadap pendapatan petani, sehingga untuk ini pemerintah dapat mendorong untuk tersedianya jasa pelayanan Inseminasai
Buatan dan Kesehatan ternak yang mandiri.
4. Penutup.
Skala pemilikan ternak yang layak dan ekonomis bagi seorang petani sangat ditentukan oleh pemilikan sumber daya termiliki oleh petani, yang beragam diantara
petani. Menumbuh-kembangkan pemeliharaan ternak sapi rakyatpetani seyogianya dilakukan melalui upaya peningkatan motivasinya.
Tulisan ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk partisipasi penulis dalam rangka pembangunan peternakan di Indonesia, yang saat ini sedang bergelut untuk
pencapaian usaha swasembada daging sapi pada tahun 2005 mendatang. Semoga memberikan manfaat bagi para pembaca.
2. BEBERAPA PRINSIP DARI SISTEM PAKAN TERNAK BERDASARKAN TANAMAN KACANG-KACANGAN