4.5. Analisis Multivariat
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh bahwa variabel independen yang memiliki p 0,25 dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 Variabel yang Akan di Ikut Sertakan dalam Analisis Multivariat Variabel
p RP
95 Cl
Empati 0,044
1,374 1.000-1.888
Sikap Mendukung 0,001
2,138 1,439-3,176
Sikap Positif 0,001
1,958 1.325-2,892
Kesetaraan 0,134
1,253 0,953-1.649
Selanjutnya semua variabel tersebut dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang tidak signifikan p 0,05 secara otomatis dikeluarkan komputer dari
dalam model secara bertahap backward LR. Hasil akhir analisis mutlivariat dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7. Pengaruh Pengawas Menelan Obat Sikap Mendukung dan Sikap Positif terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita TB Paru di Puskesmas
Glugur Darat Kota Medan Variabel Independen
Nilai B
Nilai P
RP 95 C.I.for RP
Lower Uppr
Sikap Mendukung 1,857
0,002 6,404
2,027 20,231
Sikap Positif 1,207 0,038
3,344 1,071
10,438 Constant
-5,408 0,000
0.005 Hasil analisis uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel sikap
mendukung dengan pvalue 0,002 p0,05 dan sikap positif dengan pvalue 0,038 p0,05 berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat penderita TB Paru di
Puskesmas Glugur Darat.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis uji regresi logistik ganda juga menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat penderita TB Paru
di Puskesmas Glugur Darat adalah variabel sikap mendukung yaitu pada nilai RP 6,404. Hal ini menunjukkan variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepatuhan minum obat penderita TB Paru di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan.
Variabel sikap positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh yang searah positif terhadap kepatuhan minum obat penderita TB Paru di
Puskesmas Glugur Darat Kota Medan. Jadi dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa kepatuhan minum obat penderita TB Paru di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan
akan meningkat jauh lebih baik apabila terjadi peningkatan sikap positif dari pengawas menelan obat.
Pada tabel 4.7 juga terlihat bahwa variabel sikap mendukung dan sikap positif bernilai positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh yang
searah positif terhadap kepatuhan minum obat penderita TB Paru di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan, yaitu variabel sikap mendukung pada nilai RP 6,404 dan
variabel sikap positif pada nilai RP 3,344. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan sikap positif dan sikap mendukung terhadap kepatuhan minum obatpenderita TB Paru
di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan memiliki peluang yang besar untuk ditingkatkan.
Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, variabel sikap mendukung diperoleh nilai Exp B atau Ratio PrevalenRP sebesar 6,404 pada Confidence
Universitas Sumatera Utara
Interval 95 yaitu antara 2,027 sampai 20,231, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penderita TB Paru yang memperoleh sikap mendukung komunikasi interpersonal dari pengawas menelan obat mempunyai kemungkinan 6,4 kali akan patuh minum obat
dibandingkan penderita yang tidak memperoleh sikap mendukung komunikasi interpersonal dari pengawas menelan obat. Variabel sikap positif diperoleh nilai Exp
B atau Ratio PrevalenRP sebesar 3,344 pada Confidence Interval 95 yaitu antara 1,071 sampai 10,438, sehingga dapat disimpulkan bahwa penderita TB Paru
yang mendapat sikap positif saat berkomunikasi dari pengawas menelan obat mempunyai kemungkinan 3,344 kali akan patuh minum obat dibandingkan yang
tidak mendapatkan sikap positif saat berkomunikasi dari pengawas menelan obat Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda tersebut dapat ditentukan
model persamaan regresi logistik ganda yang dapat menafsirkan faktor komunikasi interpersonal sikap mendukung dan sikap positif yang berpengaruh terhadap
variabel dependen kepatuhan minum obat di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan adalah sebagai berikut :
1 P X =
1 + e
–-5,408 + 1,857 X1 + 1,207X2
1 P X =
1 + 2,71828
–-2,344
x
p 0,12
x
p 12
Universitas Sumatera Utara
PX = Probabilitas Kepatuhan minum obat α
= Konstanta ß
1
- ß
5
= Koefisien regresi X
1
= Sikap Mendukung X
2
= Sikap Positif E
= Error tingkat kesalahan Persamaan di atas diketahui bahwa penderita TB Paru yang mendapatkan
sikap mendukung dan sikap positif dari pengawas menelan obat berpeluang untuk patuh minum obat sebesar 12 . selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
termasuk dalam variabel penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Kepatuhan Minum Obat Penderita TB Paru Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan minum obat penderita TB
Paru di Puskesmas Glugur Darat masih tinggi yaitu sebesar 72 sedangkan penderita TB Paru yang tidak patuh untuk minum obat sebesar 28 . Ketidakpatuhan
penderita TB Paru dalam minum obat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor dari komunikasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Panjaitan 2013 di Kecamatan Sibolangit Kabupeten Deli Serdang menunjukkan bahwa penderita TB Paru yang
patuh minum obat sebesar 68,7 sedangkan penderita TB Paru yang tidak patuh minum obat sebesar 31,3 . Selain itu hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian Nasution 2013 di Kecamatan Medan Teladan Kota Medan yang menunjukkan bahwa penderita TB Paru yang patuh minum obat sebesar 35,6
sedangkan penderita TB Paru yang tidak patuh minum obat sebesar 64,4. Menurut Wayne 2002, dalam berkomunikasi harus dapat menciptakan
tujuan dan memberikan energi dan dukungan bagi perilaku seseorang. Dukungan merupakan dorongan bertindak untuk memenuhi suatu kebutuhan, dirasakan sebagai
kemauan, keinginan, yang kemudian terwujud dalam bentuk perilaku nyata.
69
Universitas Sumatera Utara