BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan melakukan pendekatan cross sectional yaitu penelusuran sesaat, artinya tiap
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel dependent dan variabel independent secara bersamaan Chandra, 2008.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat. Alasan dilakukan penelitian adalah karena belum pernah dilakukan penelitian sejenis
serta berdasarkan hasil survei awal terlihat bahwa masih terdapat ketidakpatuhan penderita TB Paru untuk mengkonsumsi OAT.
Penelitian ini dimulai bulan Januari - Agustus 2014 yaitu mulai melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis
data dan penyusunan laporan akhir.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pengawas Menelan Obat pada penderita TB Paru pada tahun 2012- 2013 di Puskesmas Glugur Darat berjumlah 167
orang.
42
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui jumlah sampel minimal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Lemeshow dkk., 1997,
� −� � �
2
−
∝ 2
�
2
Dimana : �
−
∝ 2
: tingkat kepercayaan 95, nilainya 1,96 P
: proporsi yang dipakai adalah 0,5 d
: derajat akurasipresisi sebesar 0,1
, − , � ,9
2
,
2
96,04 Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh sampel minimal sebesar 96
orang. Maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan cara sistematik random sampling.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh dari responden langsung melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner.
Jenis Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan tertutup. Data sekunder diambil dari Puskesmas Glugur Darat Kota Medan. Dalam pengambilan data dibantu oleh
Petugas TB dari Puskesmas Glugur Darat dan Kader dari LSM Aisyiyah, yang n =
n = n =
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya dilatih dahulu untuk pengisian kuesioner tersebut sehingga punya persepsi yang sama tentang apa yang ingin ditanyakan kepada responden.
3.4.2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data sebelumnya dilakukan uji coba kuesioner instrument yang bertujuan untuk mengukur validitas
dan reabilitas. Uji validitas dan reabilitas dilakukan pada 30 orang penderita TB Paru dengan karakteristik yang sama di Puskesmas Sering.
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variable, Uji validitas memakai korelasi pearson Product Moment r, dengan ketentuan, jika r hitung r table, maka dinyatakan valid atau
sebaliknya . Nilai r-tabel untuk 30 responden yang diuji coba adalah sebesar 0,361. Ketentuan kuesioner dikatakan valid pada penelitian ini, jika :
1. Nilai r- hitung variabel ≥ 0,361 dikatakan valid.
2. Nilai r-hitung variabel 0,361 dikatakan tidak valid. Adapun hasil uji validitas variabel independen adalah variabel keterbukaan
pertanyaan 1 – 5 dengan nilai r hitung ≥ 0,361, maka seluruh pertanyaan dikatakan
valid. Variabel empati pertanyaan 1- 5 dengan hasil r hitung ≥ 0,361, maka seluruh
pertanyaan dikatakan valid. Variabel sikap mendukung pertanyaan 1-5 dengan hasil r hitung ≥ 0,361 maka seluruh pertanyaan dikatakan valid, begitu juga dengan
pertanyaan sikap positif dan kesetaraan masing-masing memiliki 5 pertanyaan dengan hasil r hitung ≥ 0,361 sehingga seluruh pertanyaan dikatakan valid. Variabel
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan pertanyaan 1- 10 dengan hasil r hitung ≥ r tabel maka seluruh
pertanyaan tersebut adalah valid. Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat
ukur menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya, dengan menggunakan metode Cronbach’s alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran
dengan ketentuan, jika nilai r alpha r table, maka dinyatakan reliable Ryanto, 2009.
Nilai r Alpha untuk penentuan reliabilitas adalah : 1.
Nilai r Alpha ≥ r table 0,6 dikatakan reliable 2. Nilai r Alpha r tabel 0,6 dikatakan tidak reliabel.
Adapun hasil uji reliabilitas variabel independen bahwa seluruh variabel independen yang diuji reliabilitasnya mempunyai nilai r-alpha cronbach 0,6 maka
dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan adalah reliabel.
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1. Variabel IndependentBebas
1. Keterbukaan adalah adanya komunikasi pengawas menelan obat secara terbuka dengan penderita TB Paru untuk mengungkapkan segala informasi yang penting
bagi penderita TB Paru yang berhubungan dengan pengobatan TB Paru. Kategori Keterbukaan : 1. Ada Keterbukaan
2. Tidak Ada Keterbukaan Pengukuran variabel keterbukaan disusun 5 pertanyaan yang diajukan dengan
Universitas Sumatera Utara
jawaban ”ya bobot nilai 3”, ”kadang-kadang bobot nilai 2” dan ”tidak bobot nilai 1”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. Ada Keterbukaan, jika responden memperoleh skor 50 yaitu 8-15 2. Tidak Ada Keterbukaan , jika responden memperoleh skor
≤ 50 yaitu 5-7 2. Empati adalah kemampuan pengawas menelan obat dalam berkomunikasi untuk
memahami perasaan dan pikiran penderita TB Paru, juga ikut merasakan apa yang dirasakan penderita TB Paru tentang pengobatan TB Paru.
Kategori Empati : 1. Ada Empati 2. Tidak Ada Empati
Pengukuran variabel empati disusun 5 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban” ya bobot nilai 3”, ”kadang-kadang bobot nilai 2” dan ”tidak bobot
nilai 1”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: 1. Ada Empati, jika responden memperoleh skor 50 yaitu8-15
2. Tidak Ada Empati, jika responden memperoleh skor ≤ 50 yaitu 5-7
3. Sikap mendukung adalah sikap pengawas menelan obat yang menunjukkan dukungan moral atau motivasi saat berkomunikasi dengan penderita TB Paru
yang dapat membangkitkan semangat penderita TB Paru dalam pengobatan. Kategori Sikap mendukung : 1. Mendukung
2. Tidak mendukung Pengukuran variabel sikap mendukung disusun 5 pertanyaan yang diajukan
jawaban ”ya bobot nilai 3”, ”kadang-kadang bobot nilai 2” dan ”tidak bobot
nilai 1”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Mendukung, jika responden memperoleh skor 50 yaitu 8-15 2. Tidak mendukung jika responden memperoleh skor
≤ 50 yaitu 5-7 4. Sikap positif adalah cara atau sikap pengawas menelan obat untuk menempatkan
atau membawa diri saat berkomunikasi dengan penderita TB Paru, yang menunjukkan perasaan penderita TB Paru dengan objek yang sedang
dikomunikasikan tentang pengobatan. Kategori Sikap positif :
1. Bersikap positif 2. Tidak bersikap positif
Pengukuran variabel sikap positif disusun 5 pertanyaan yang diajukan jawaban”
ya bobot nilai 3”, ”kadang-kadang bobot nilai 2” dan ”tidak bobot nilai 1”,
dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: 1. Bersikap Positif, jika responden memperoleh skor 50 yaitu 8-15
2. Tidak Bersikap Positif, jika responden memperoleh skor ≤ 50 yaitu 5-7
5. Kesetaraan adalah sikap pengawas menelan obat yang menunjukkan tidak ada perbedaan antara pengawas menelan obat dengan penderita TB Paru saat
berkomunikasi tanpa memandang penderita TB Paru sebagai keluarga yang sedang sakit.
Kategori Kesetaraan : 1. Ada kesetaraan 2. Tidak ada kesetaraan
Pengukuran variabel kesetaraan disusun 5 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban” ya bobot nilai 3”, ”kadang-kadang bobot nilai 2” dan ”tidak bobot
nilai 1”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Ada kesetaraan, jika responden memperoleh skor 50 yaitu 8-15 2. Tidak ada kesetaraan jika responden memperoleh skor
≤ 50 yaitu 5-7 6. Siapa PMO adalah siapa dari anggota keluarga yang menjadi pengawas menelan
obat. Kategori Siapa PMO : 1. Keluarga inti
2. Tidak keluarga inti Pengukuran variabel siapa PMO disusun 1 pertanyaan yang diajukan, responden
hanya memberikan tandacheck list pada jawaban yang responden anggap benar. 7. Pengetahuan adalah Ketetapan pengawas menelan obat dalam memberikan
informasi secara jelas tentang tuberkulosis untuk menjamin keteraturan pengobatan penderita TB Paru
Kategori Pengatahuan : 1. Pengetahuan Baik 2.Pengetahuan Cukup
Pengukuran variabel pengetahuan disusun 10 pertanyaan yang diajukan, apabila responden menjawab dengan benar dari pilihan jawaban yang ada maka diberi
nilai 1 dan apabila responden menjawab dengan salah dari pilihan jawaban yang ada maka diberi nilai 0, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. Pengetahuan Baik, jika responden memperoleh skor ≥75 yaitu7 - 10
2. Pengetahuan Cukup, jika responden memperoleh skor 75 yaitu 0 - 6
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Variabel DependentTerikat
Kepatuhan minum obat penderita Tb Paru adalah sejauh mana penderita TB Paru mengikuti aturan pengobatan TB Paru sesuai dengan ajuran dokter.
Kategori Kepatuhan minum obat : 1. Patuh
: bila penderita TB paru minum obat secara teratur tanpa pernah terputus sekalipun dalam pengobatan TB paru dan dilihat
catatan data pasien di puskesmas TB 01 2. Tidak Patuh : bila penderita TB paru tidak minum obat secara teratur dan
pernah terputus dalam pengobatan TB paru dan dilihat catatan pasien di puskesmas TB 01
3.6. Aspek Pengukuran
Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel
Cara dan Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur Variabel Bebas
1. Komunikasi Interpersonal a. Keterbukaan
Wawancara kuesioner
Ordinal 1. Ada Keterbukaan
2. Tidak ada keterbukaan b. Empati
Wawancara kuesioner
Ordinal 1. Ada Empati
2. Tidak Ada Empati c. Sikap Mendukung
Wawancara kuesioner
Ordinal 1. Mendukung
2. Tidak Mendukung d. Sikap Positif
Wawancara kuesioner
Ordinal 1. Bersikap Positif
2. Tidak Bersikap Positif e. Kesetaraan
Wawancara kuesioner
Ordinal 1. Ada kesetaraan
2. Tidak ada kesetaraan 2. Siapa PMO
Wawancara kuesioner
Nominal 1. keluarga inti
2. Tidak keluarga inti 3. Pengetahuan
Wawancara kuesioner
Ordinal 1. Pengetahuan Baik
2. Pengetahuan cukup
Variabel Terikat 1.Kepatuhan minum obat
Wawancara kuesioner
Ordinal 1. Patuh
2. Tidak patuh
Universitas Sumatera Utara
3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat