Besar Nilai Tukar Petani Padi Sawah di Desa Purwobinangun

79 sebagian besar pendapatan sebesar 89,41 dari total pendapatan usahatani padi sawah per bulan. Pada penelitian ini, tabungan masih merupakan proporsi terkecil yang merupakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama pengeluaran rumah tangga petani sebesar lebih dari 50 dari total pendapatan petani padi sawah diterima.

5.2 Besar Nilai Tukar Petani Padi Sawah di Desa Purwobinangun

Nilai tukar petani NTP merupakan ukuran kemampuan daya tukar produk pertanian yang dihasilkan petani terhadap produk barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga petani, baik dalam rangka usaha produksi pertanian maupun konsumsi rumah tangga petani. Alat ukur daya beli petani yang mencerminkan tingkat kesejahteraan diformulasikan dalam bentuk nilai tukar petani NTP .Nilai tukar petani NTP merupakan hubungan antara hasil pertanian yang dijual petani denganharga barang dan jasa lain yang dibeli petani. NTP berfungsi mengukurkemampuan tukar barang-barang produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga petani dan keperluan dalam memproduksi barang-barang pertanian. Nilai Tukar Petani NTP dapat dikalkulasikan dengan rumus konsep pendapatan yaitu : NTP = x 100 Keterangan : TR = Total Revenue TC = Total Cost Universitas Sumatera Utara 80 Jenis komoditas yang diteliti adalah padi sawah, sedangkan jenis komoditas yang harus dibayar petani adalah konsumsi bahan makanan, kebutuhan perumahan, kebutuhan pakaian, aneka barang dan jasa, faktor produksi, dan upah tenaga kerja. Jumlah produksi yang dihasilkan petani sampel bervariasi. Harga yang digunakan untuk menghitung NTP adalah harga pada tahun 2015. Dengan menggunakan konsep perhitungan Nilai Tukar Petani NTP terhadap variabel-variabel sampel, berikut ini diuraikan hasil kalkulasi NTP di daerah penelitian. Universitas Sumatera Utara 81 Tabel 5.11 Hasil Kalkulasi Nilai Tukar Petani di Desa Purwoninangun Sampel NTP Sampel NTP Sampel NTP 1 102.18 31 100.07 61 105.14 2 100.78 32 115.23 62 109.23 3 106.22 33 95.10 63 93.06 4 108.65 34 110.00 64 95.26 5 104.32 35 100.50 65 82.26 6 108.74 36 87.28 66 118.21 7 109.70 37 104.09 67 101.69 8 80.23 38 112.37 68 92.11 9 113.42 39 103.27 69 96.75 10 93.85 40 104.49 70 106.74 11 100.47 41 102.99 71 119.86 12 110.72 42 88.67 72 100.11 13 105.61 43 109.01 73 82.56 14 106.92 44 88.77 74 106.52 15 112.52 45 120.10 75 110.32 16 105.20 46 111.77 76 103.71 17 112.31 47 119.24 77 90.68 18 107.52 48 103.44 78 112.67 19 109.59 49 89.34 79 97.24 20 103.35 50 101.16 80 100.73 21 84.55 51 109.52 81 106.22 22 93.23 52 112.38 82 100.20 23 89.65 53 108.36 83 103.01 24 104.89 54 101.46 84 95.44 25 106.71 55 102.61 85 109.80 26 92.40 56 108.36 86 107.70 27 114.94 57 109.00 87 110.98 28 116.82 58 102.55 88 117.05 29 105.04 59 88.65 89 84.87 30 109.98 60 94.77 90 102.77 Sumber: Lampiran 24 Tabel 5.10 memperlihatkan bahwa dari keseluruhan sampel 90, terdapat 60 sampel yang memiliki NTP diatas 100 . Dengan demikian, sampel ini mencapai surplus hasil usahatani. Dengan kata lain, pendapatan petani lebih tinggi dari pengeluarannya sehingga ke 60 sampel ini dikatakan sejahtera. Dari ke 60 sampel petani yang memiliki NTP 100 maka akan dapat dilihat sampel yang memiliki Universitas Sumatera Utara 82 NTP paling tinggi yaitu sampel ke 45. Dari hasil wawancara dengan petani sampel ke 45, dapat dihitung berapa besar indeks harga yang diterima dan indeks harga yang harus dibayar petani. Sesuai dengan teori sebelumnya bahwa jika indeks harga yang diterima total penerimaan petani lebih besar daripada indeks harga yang dibayar total pengeluaran petani maka NTP 100. Dapat kita lihat pada petani sampel ke 45, indeks harga yang diterima petani lebih besar daripada indeks harga yang dibayar petani. Jadi total keseluruhan yang diterima petani sampel ke 45 adalah Rp 35.955.000. Sedangkan total pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani yang terdiri dari pengeluaran rumah tangga pangan dan non pangan dan biaya produksi usahatani adalah sebesar Rp 29.938.220. Biaya konsumsi rumah tangga terdiri dari harga bahan makanan, perumahan, sandang, tansportasi, dan lain sebagainya. Sedangkan biaya produksi usahatani terdiri dari harga faktor produksi dan upah tenaga kerja. Berdasarkan harga dari kedua indeks tersebut maka dapat dihitung NTP sebesar 120.10, artinya rumah tangga petani sampel sudah sejahtera. Indikasi ini disebabkan karena totalpengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi pangan, non pangan, dan biaya produksi yang dikeluarkan rumah tangga lebih kecil dari penerimaan atau dengan kata lain penerimaan yang diperoleh masih mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan pengeluaran. Selanjutnya, ada 7 petani sampel yang mengalami impas karena memiliki nilai NTP=100. Dari ke 7 sampel petani yang memiliki NTP=100 maka akan dilihat lebih lanjut satu sampel petani yaitu sampel no 2. Dari hasil wawancara dengan petani sampel no 2, dapat dihitung berapa besar total penerimaan dari usahatani Universitas Sumatera Utara 83 padi sawah. Sesuai dengan teori sebelumnya bahwa jika total penerimaan usahatani sama dengan total pengeluaran petani konsumsi rumah tangga dan biaya produksi usahatani maka NTP=100. Dapat kita lihat pada petani sampel no 2, total penerimaan petani hampir sama dengan total pengeluaran petani. Walaupun dalam kenyataannya indeks harga yang diterima total penerimaan dari usahatani petani lebih besar dari indeks harga yang dibayar total pengeluaran keseluruhan petani. Indeks harga yang diterima petani terdiri dari harga yang diterima dari produksi padi. Jadi total keseluruhan yang diterima petani no sampel 2 adalah Rp 14.362.000. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani terdiri dari harga yang harus dibayar dari konsumsi rumah tangga dan harga yang harus dibayar untuk biaya produksi usahatani. Harga konsumsi rumah tangga terdiri dari harga bahan makanan, perumahan, pakaian, dan aneka barang dan jasa. Sedangkan operasi produksi usahatani terdiri dari harga faktor produksi dan upah tenaga kerja. Jadi total keseluruhan yang harus dibayar petani adalah Rp 14.250.910. Dengan diperolehnya harga dari kedua indeks tersebut maka dapat dihitung NTP sebesar 100,78. Artinya NTP petani mengalami impas karena harga yang diterima petani sama dengan harga yang dibayar petani. Selanjutnya, ada 23 petani sampel yang memiliki nilai NTP 100. Dari ke 23 sampel petani yang memiliki NTP 100 maka akandilihat lebih lanjut satu sampel petani yang memiliki NTP paling rendah yaitu sampel no 8. Dari hasil wawancara dengan petani sampel no 8, dapat dihitung berapa besar indeks harga yang diterima dan indeks harga yang harus dibayar petani. Sesuai dengan teori Universitas Sumatera Utara 84 sebelumnya bahwa jika indeks harga yang diterima petani lebih kecil dari indeks harga yang dibayar petani maka NTP 100. Pada petani sampel no 8, indeks harga yang diterima petani lebih kecil dari indeks harga yang dibayar petani. Walaupun dalam kenyataannya indeks harga yang diterima petani lebih kecil dari indeks harga yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani terdiri dari harga yang diterima dari produksi padi sawah. Jadi total keseluruhan yang diterima petani no sampel 8 adalah Rp 8.439.000. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani terdiri dari harga yang harus dibayar dari konsumsi rumah tangga dan harga yang harus dibayar dari operasi produksi usahatani. Harga konsumsi rumah tangga terdiri dari hargabahan makanan, perumahan, pakaian, dan aneka barang dan jasa. Sedangkan biaya produksi usahatani terdiri dari harga faktor produksi dan upah tenaga kerja. Jadi total keseluruhan yang harus dibayar petani adalah Rp 10.517.945. Dengan diperolehnya harga dari kedua indeks tersebut maka dapat dihitung NTP sebesar 80.23. Artinya rumah tangga petani sampel belum sejahtera. Indikasi ini disebabkan karena total pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi pangan, non pangan, dan biaya produksi yang dikeluarkan rumah tangga lebih besar dari pendapatan atau dengan kata lain pendapatan yang diperoleh tidak mencukupi untuk memenuhi semua kebutuhan pengeluaran karena tidak mencapai 100. Turunnya NTP lebih disebabkan karena tingginya kenaikan indeks harga konsumsi rumah tangga terutama untuk perumahan dan makanan. Universitas Sumatera Utara 85 Tabel 5.12 Rata-rata Nilai Tukar Petani Padi Sawah Di Desa Purwobinangun No Uraian Rata-rata Rp 1 Total Penerimaan 22.672.555,56 2 Total Pengeluaran 20.912.160,31 Nilai Tukar Petani 103,20 Sumber: Lampiran 24 Secara rata-rata, NTP yang diperoleh ke 90 petani sampel adalah sebesar 103,20 atau 100. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan petani sampel di Desa Purwobinangun Kecamatan Sei Bingai tahun 2015 adalah tergolong tinggi sejahtera. Dampaknya terhadap petani sampel adalah tingkat harga yang diterima petani, yang didasari bahwa harga berperan penting dalam pembentukan penerimaanpendapatan dari usahatani. Peningkatanperbaikan nilai tukar petani berkaitan erat dengan produktivitas usahatani yang dikelola oleh petani, dengan dampak ganda yaitu peningkatan partisipasi petani dan produksi pertanian serta menghidupkan perekonomian pedesaan, penciptaan lapangan perkerjaan di pedesaan, yang berarti akan menciptakan sedikitnya keseimbangan pembangunan antar daerah dan antar wilayah serta optimalisasi. Dengan kata lain, tingkat keberhasilan petani ditinjau dari nilai NTP ke 90 petani sampel adalah sebesar 6090 x 100 = 66,66. Jika dibandingkan NTP di Desa Purwobinangun dengan NTP di Provinsi Sumatera Utara pada November 2015 2012=100, tercatat sebesar 99,54 atau mengalami kenaikan 0,78 persen dibandingkan dengan NTP Oktober 2015 sebesar 98,76. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks pada 5 kelompok konsumsi rumah tangga, yaitu indeks kelompok bahan makanan sebesar 1,04 persen, indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau sebesar Universitas Sumatera Utara 86 0,54 persen, indeks kelompok perumahan sebesar 0,38 persen, indeks kelompok sandang sebesar 0,37 persen, dan indeks kelompok kesehatan sebesar 0,18 persen. Sementara 2 kelompok konsumsi rumah tangga lainnya mengalami penurunan, yaitu indeks kelompok pendidikan, rekreasi olah raga turun sebesar 0,02 persen dan indeks kelompok transportasi komunikasi turun sebesar 0,17 persen. NTP di daerah penelitian lebih besar atau lebih sejahtera karena lebih besar 100.

5.3 Fluktuasi Nilai Tukar Petani Padi Sawah di Sumatera Utara Selama 5 Tahun 2009-2013

Dokumen yang terkait

Analisis Perhitutungan Biaya Sumberdaya Domestik Komoditi Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

2 102 247

Akses Pangan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Studi Kasus Di Desa Sempung Polding Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi

2 48 112

Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

0 58 112

Beberapa Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Toba Samosir

0 29 113

Analisis Luas Lahan Mininmum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Studi Kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

16 122 101

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

Tinjauan Program Penyuluhan Pertanian Petani Padi Sawah Di Wkpp Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

11 126 106

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kelompok Tani Di Kabupaten Deli Serdang. (Studi Hasil : Kelompok Tani Kampung Baru, Tani Jaya, Hotma Jaya, Desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam)

3 44 87

Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah Di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

3 60 99

Nilai Tukar Petani Padi Sawah di Sentra Produksi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Purwabinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat)

1 10 198