60
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Besar Pengeluaran Rumah Tangga dari Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah
5.1.1 Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi Sawah
Rumah tangga petani merupakan sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan dan pada umumnya makan bersama dari satu dapur
atau seseorang yang mendiami sebagianseluruh bangunan dan mengurus rumah tangga sendiri, dengan kepala rumah tangga bekerja disektor pertanian. Anggota
rumah tangga adalah mereka yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan dan pada umumnya makan bersama dari satu dapur atau seseorang yang mendiami
sebagianseluruh bangunan dan mengurus rumah tangga sendiri yang bekerja disektor pertanian. Banyaknya anggota rumah tangga akan berpengaruh terhadap
pendapatan, pengeluaran, dan ketersediaan pangan rumah tangga. Responden pada penelitian ini berjumlah 90 orang, yang merupakan penduduk dari Desa
Purwobinangun Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. Pengeluaran rumah tangga adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi
semua anggota rumah tangga. Konsumsi rumah tangga digolongkan menjadi 2 yaitu konsumsi pangan dan non pangan tanpa memperhatikan asal barang dan
terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk pengeluaran untuk usaha.
Pada tingkat pendapatan yang rendah, pengeluaran konsumsi umumnya dibelanjakan untuk kebutuhan-kebutuhan pokok guna memenuhi kebutuhan
jasmani. Konsumsi makanan merupakan faktor terpenting karena makanan
Universitas Sumatera Utara
61
merupakan jenis barang utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Akan tetapi terdapat berbagai macam barang konsumsi termasuk sandang, perumahan,
bahan bakar, dan sebagainya yang dapat dianggap sebagai kebutuhan untuk menyelenggarakan rumah tangga. Keanekaragamannya tergantung pada tingkat
pendapatan rumah tangga. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan besarnya pendapatan yang
diterimanya. Namun demikian, pendekatan melalui pendapatan sulit dilakukan sehingga pendapatan diperkirakan dengan pengeluaran. Pengeluaran dibedakan
menurut pengeluaran untuk makanan dan dan bukan makanan. Kedua jenis pengeluaran tersebut dapat dijelaskan dengan cukup baik tentang pola konsumsi
masyarakat. Di daerah yang sedang berkembang, pengeluaran untuk keperluan makanan masih
merupakan bagian terbesar dari keseluruhan pengeluaran rumah tangga. Sebaliknya di daerah yang relatif sudah maju, pengeluaran untuk aneka barang
dan jasa seperti untuk perawatan kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga, dan sejenisnya merupakan bagian terbesardari total pengeluaran rumah tangga.
Sehingga besarnya tingkat pengeluaran non makanan menjadi salah satu ukuran dalam mengukur kemajuan suatu daerah.
Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk Langkat tahun 2013 menunjukkan peningkatan dari keadaan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 rata-
rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk Langkat sebesar Rp 533.572 meningkat dari tahun 2012 yang sebesar Rp 462.216. Jika dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
62
Sumatera Utara secara umum yang sebesar Rp 603.159 kondisi Langkat masih dibawah.
Jumlah tanggungan petani sampel berkisar 3-7 jiwa. Jumlah tanggungan akan berpengaruh terhadap pendapatan dan pengeluaran keluarga untuk memenuhi
kebutuhan hidup anggota keluarga. Besarnya pendapatan dan pengeluaran akan mempengaruhi terhadap kesejahteraan petani sampel. Semakin besar tanggungan
keluarga maka semakin besar pula tanggungan yang dipikul kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pendapatan rumah tangga
merupakan penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.
Selain pendapatan tetap, pendapatan sampingan juga termasuk pendapatan rumah tangga. Pendapatan sampingan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 5.1 Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Per Bulan Responden di Desa Purwobinangun
No Jenis Pengeluaran Rata-rata Rp
Persentase
Padi-padian 204.725,00
19,98 Umbi-umbian
10.596,67 1,03
Sayuran 28.406,67
2,77 Lauk Pauk
274.152,22 26,75
Buah 46.322,22
4,52 Minyak Tanah dan Gas
46.455,56 4,53
Minyak dan Lemak 48.938,33
4,77 Bumbu
135.097,78 13,18
Minuman 70.362,22
6,86 Konsumsi Lainnya
75.234,44 7,34
Tembakau dan Sirih 95,977.53
9,36 Jumlah
1.024.605,56 100
Sumber: Lampiran 19 Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa rata-rata total pengeluaran rumah tangga untuk
pengeluaran pangan petani padi sawah Desa Purwobinangun Kecamatan Sei Bingai per bulan sebesar Rp 1.024.605,56. Rata-rata pengeluaran pangan rumah
tangga yang terbesar adalah pengeluaran untuk lauk pauk, dimana rata-rata pengeluaran lauk pauk diperoleh dari total biaya yang dikeluarkan untuk makanan
yang dikategorikan kedalam lauk-pauk daging, telur, susu, ikan segar, ikan kering, tempe, tahu, telur, mie instan dan lain-lain dibagi dengan total
pengeluaran keseluruhan Rpbulan yaitu sebesar Rp 274.152,22 atau 26,75 dari total keseluruhan pengeluaran pangan. Lauk pauk yang sering dikonsumsi
sehari-hari adalah ikan kering, tempe, tahu, dan telur. Golongan daging meliputi sapi, ayam, kambing, dan lainnya. Diantara golongan daging, ayam merupakan
paling sering dikonsumsi tetapi tidak setiap hari, biasanya hanya dikonsumsi pada saat-saat tertentu, atau hari khusus, misalnya saat ada keluarga yang berkunjung.
Pengeluaran untuk padi-padian yang diperoleh dari total biaya untuk makanan yang dikategorikan dibagi dengan total pengeluaran keseluruhan yaitu sebesar Rp
Universitas Sumatera Utara
64
204.725,00 atau 19,98 dari total keseluruhan pengeluaran pangan. Kelompok pangan padi-padian meliputi beras, jagung, tepung beras, tepung jagung, dan jenis
produk dari padi-padian. Besarnya pengeluaran untuk padi-padian karena padiberas merupakan makanan pokok bagi setiap rumah tangga responden, hal ini
mempengaruhi pola pangan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan beras sebagai kebutuhan yang utama. Beras yang dikonsumsi petani sampel adalah beras
dari hasil usahatani padi sendiri. Jumlah rata-rata konsumsi beras per bulan sebesar 44,5 kg per rumah tangga. Jumlah konsumsi rata-rata beras per orang
sebesar 0,37 kg perhari, sehingga konsumsi beras per tahunnya adalah sebesar 135,35 kg.
Pengeluaran pangan untuk bumbu diperoleh dari total biaya yang dikeluarkan untuk bumbu dibagi dengan total keseluruhan pangan rumah tangga sebesar Rp
Pengeluaran pangan untuk bumbu diperoleh dari total biaya yang dikeluarkan untuk bumbu dibagi dengan total keseluruhan pangan rumah tangga sebesar Rp
135.097,78 atau 13,18. Golongan bumbu antara lain: cabai, garam, merica, ketumbar, terasi, kecap, bawang merah, bawang putih dan lain-lain. Pengeluaran
untuk cabai, bawang merah, dan bawang putih adalah yang terbanyak. Hal ini dikarenakan kedua jenis ini diperlukan hampir disetiap masakan dan dalam jumlah
yang lebih banyak dibanding bumbu-bumbu yang lain, garam misalnya. Walaupun garam juga diperlukan disetiap masakan, namun harganya murah.
Sedangkan merica walaupun harganya mahal tetapi hanya diperlukan sedikit. Pengeluaran untuk tembakau dan sirih sebesar Rp 95,977.53 atau 9,36 dari total
pengeluaran pangan. Hal ini disebabkan kebiasaan para anggota rumah tangga yang mengkonsumsi tembakau atau sirih. Golongan pangan yang termasuk dalam
Universitas Sumatera Utara
65
tembakau dan sirih antara lain: rokok kretek, rokok putih, cerutu, sirih, tembakau, dan pinang. Pengeluaran terbesar pada rokok kretek. Alasan memilih rokok kretek
adalah harganya yang lebih murah dibanding rokok putih, dan lebih praktis dibanding meracik sendiri tingwe.
Pengeluaran untuk minyak dan lemak diperoleh dari total biaya yang dikeluarkan untuk minyak, dan lemak dibagi dengan total pengeluaran keseluruhan yaitu
sebesar Rp 48.938,33 atau 4,77. Pengeluaran untuk minyak dan lemak meliputi minyak goreng, mentega, kelapa, dan lainnya. Pengeluaran untuk minyak goreng
adalah yang terbesar, karena semua rumah tangga menggunakan miyak goreng untuk menumis bumbu dan menggoreng lauk. Tidak semua rumah tangga
mengkonsumsi kelapa, dan mentega. Rumah tangga petani memakai minyak goreng curah untuk memasak karena harga minyak curah lebih murah daripada
minyak kemasan. Pengeluaran untuk minyak lampu dan gas sebesar Rp 46.455,56 per bulan atau
4,53. Rata-rata petani lebih banyak menggunakan gas untuk memasak daripada minyak tanah dikarenakan harga gas lebih murah dibandingkan dengan harga
minyak tanah. Pemakaian gas rata-rata per rumah tangga sebanyak 6 kg per bulan dengan kisaran harga gas Rp 18.000-23.000 per 3 kg.
Pengeluaran untuk buah sebesar Rp 46.322,22 atau 4,52 dari total pengeluaran pangan. Buah yang paling banyak dikonsumsi rumah tangga petani adalah jeruk,
rambutan, pepaya dan pisang. Buah jeruk dipilih karena harganya yang murah, dan dapat dinikmati bersama-sama karena dapat dibagi-bagi. Buah rambutan,
Universitas Sumatera Utara
66
papaya dan pisang adalah buah yang diperoleh dari pekarangan mereka sendiri, sehingga selain dapat dijual, sebagian hasilnya untuk dikonsumsi sendiri.
Pengeluaran untuk konsumsi lainnya sebesar Rp 75.234,44 atau 7,34 dari total keseluruhan pengeluaran pangan. Golongan konsumsi lainnya temasuk: biskuit,
bakso, mie ayam, gado-gado, mie instan, kerupuk, makanan jadi, dan lainnya. Konsumsi untuk mie merupakan pengeluaran terbesar pada golongan ini. Hampir
semua rumah tangga mengkonsumsi mie. Mie menjadi alternative bagi pemenuhan kebutuhan selain nasi dibandingkan dengan golongan makanan
lainnya. Banyak produk mie yang dengan cepat diolah, disajikan, dan dikonsumsi dengan kemasan yang bagus dan dengan variasi harga yang memungkinkan
masyarakat untuk melakukan pilihan-pilihan produk mie sesuai dengan kemampuannya. Selain itu mie juga dengan mudah dijumpai di berbagai tempat
tidak hanya di swalayan tetapi juga di pasar tradisional atau warung kecil di pedesaan. Kerupuk juga dikonsumsi hamper setiap rumah tangga, karena kerupuk
merupakan makanan sampingan yang hamper tiap hari pasti ada di rumah, hal itu disebabkan karena harga kerupuk yang murah dan mudah didapatkan. Rendahnya
persentase makanan jadi karena rumah tangga petani merupakan rumah tangga dengan penghasilan rendah, sehingga mereka memilih untuk memasak makanan
sendiri karena lebih menghemat dan disesuaikan dengan pendapatan mereka. Pengeluaran untuk minuman sebesar Rp 70.362,22 atau sebesar 6,86 dari total
pengeluaran pangan. Pengeluaran untuk minuman meliputi gula, susu, teh, kopi, sirup, dan lainnya. Pengeluaran terbesar merupakan gula karena gula digunakan
untuk pemanis berbagai minuman dan juga digunakan untuk memasak. Rumah tangga sampel adalah rumah tangga tangga masih memiliki anak usia sekolah
Universitas Sumatera Utara
67
yang biasanya mengkonsumsi susu. Susu yang dikonsumsi yang sering rumah tangga petani yaitu susu kental manis karena harganya yang lebih murah daripada
harga susu bubuk. Pengeluaran untuk sayuran sebesar Rp 28.406,67 atau sebesar 2,77 dari total
pengeluaran pangan keseluruhan. Golongan sayuran antara lain adalah bayam, kangkung, kubis, kacang panjang, buncis, tomat, terong, dan lain-lain. Petani
dalam mendapatkan sayuran biasa membeli diwarung ataupun penjual keliling. Selain itu, sayuran seperti kangkung, mereka dapatkan dari sawah yang tumbuh
liar, sehingga dapat menghemat pengeluaran. Pengeluaran untuk umbi-umbian sebesar 10.596,67 atau 1,03 dari keseluruhan
pangan. Golongan umbi-umbian meliputi ubi kayu, ubi rambat, kentang, talas dan, lainnya. Sebagian besar mereka memperoleh dari pekarangan rumah sendiri bukan
membelinya. Umbi-umbian yang dikonsumsi untuk makanan sampingan misalnya direbus, dikukus atau digoreng. Untuk kentang, tidak semua petani sampel
mengkonsumsinya, biasanya kentang hanya digunakan untuk tambahan sayur seperti sop, bukan dikonsumsi secara langsung seperti digoreng atau direbus.
Universitas Sumatera Utara
68
Tabel 5.2 Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga Non Pangan Per Bulan Responden di Desa Purwobinangun
Pengeluaran Non Pangan Rata-rata Rp
Persentase
Sandang 71.466,67
9,34 Perumahan
163.672,22 21,61
Kesehatan 106.250,00
14,03 Pendidikan
177.855,56 23,38
Rekreasi dan Keperluan sosial 82.433,33 10,88
Transportasi dan Komunikasi 138.322,22 18,20
Pajak dan Asuransi 17.746,67
2,34
Jumlah 757.246,67
100
Sumber: Lampiran 20 Desa Purwobinangun Kecamatan Sei Bingai memiliki rata-rata pengeluaran non
pangan rumah tangga yang terbesar adalah pengeluaran untuk pendidikan yang diperoleh dari total biaya untuk pendidikan uang SPPLes, alat tulis, dan seragam,
dan kebutuhan pendidikan lainnya dibagi dengan total pengeluaran non pangan keseluruhan Rpbulan yaitu sebesar Rp 177.855,56 atau 23,38.
Tingginya persentase pendidikan karena sebagian anakcucu responden masih bersekolah. Sebagian anak dari rumah tangga responden sudah menyelesaikan
pendidikan SMA dan tetap melanjutkan ke perguruan tinggi dengan alasan masa depan anak sudah lebih baik daripada orang tuanya meskipun dengan keterbatasan
biaya. Pengeluaran kebutuhan lainnya misalnya termasuk uang saku sekolah. Pengeluaran untuk perumahan dimana rata-rata pengeluaran perumahan
diperoleh dari total biaya yang dikeluarkan untuk perumahan biaya listrik, biaya air, elektronika, kebutuhan barang dan jasa dibagi dengan total pengeluaran non
pangan keseluruhan Rpbulan yaitu sebesar Rp 163.672,22 atau 21,61. Rumah tempat responden tinggal adalah rumah milik sendiri, sehingga biaya untuk
sewakontrak tidak ada.
Universitas Sumatera Utara
69
Kemudian pengeluaran untuk transportasi dan komunikasi merupakan pengeluaran yang cukup besar bagi petani sampel sebesar Rp 138.322,22 atau
18,20 dari total keseluruhan pengeluaran non pangan. Hal ini disebabkan harga bahan bakar minyak yang naik dan juga penggunaan pulsa handphone para
anggota rumah tangga yang besar. Pengeluaran untuk kesehatan sebesar Rp 106.250,00 atau sebesar 14,03 dari
total pengeluaran non pangan keseluruhan. Petani sampel di daerah penelitian sudah mengikuti asuransi kesehatan dari pemerintah dengan biaya Rp 25.500 per
orang per bulan. Pengeluaran untuk rekreasi dan keperluan sosial sebesar Rp 82.433,33 atau
10,88 dari total pengeluaran non pangan keseluruhan. Hal ini dikatakan masih sederhana dikarenakan rekreasi dan olahraga bukan merupakan prioritas utama
bagi rumah tangga petani sampel seperti layaknya masyarakat di kota yang sangat memproritaskan rekreasi. Golongan keperluan sosial termasuk sumbangan
perkawinan, khitanan, kematian, perayaan agama, perayaan adat, dan lainnya. Kehidupan bermasyarakat di pedesaan bagi rumah tangga responden masih sangat
diutamakan. Responden beranggapan bahwa sumbangan yang diberikan adalah tabungan yang suatu saat nanti pasti akan kembali ketika responden punya
hajatan. Pada saat musim panen, petani juga bersedekah ke masjid sebagai rasa syukur atas hasil panennya. Besarlah pengeluaran per bulan untuk keperluan sosial
tidaklah sama, tergantung dari berapa banyaknya undangan. Pengeluaran terbanyak untuk sumbangan perkawinan, umumnya responden mengeluarkan
uang sebesar Rp 20.000.
Universitas Sumatera Utara
70
Pengeluaran untuk sandang pakaian, peralatan mandi, make up, dan kebutuhan sandang lainnya sebesar Rp 71.466,67 atau 9,34 dari total pengeluaran non
pangan keseluruhan. Seluruh rumah tangga petani sampel mengaku hanya membeli pakaian pada saat hari besar saja seperti lebaran dan natal. Hal ini
dilakukan untuk penghematan, karena mereka lebih mementingkan untuk keperluan konsumsi yang lainnya daripada untuk membeli pakaian.
Pengeluaran paling rendah terdapat pada pajak yaitu sebesar Rp 17.746,67 atau 2,34 dari total pengeluaran non pangan keseluruhan. PBB dikeluarkan untuk
pajak tanah yang mereka punya dan juga bangunan yang mereka tempati rumah. Biaya lainnya adalah biaya untuk pajak motor, bagi rumah tangga yang memiliki
kendaraan bermotor, dan keperluan sosial. Pajak PBB maupun pajak kendaraan bermotor dikeluarkan setiap setahun sekali, sehingga jika dirata-rata perbulannya
menjadi sedikit.
Tabel 5.3 Total Pengeluaran Rumah Tangga Pangan dan Non Pangan Rata-rata Petani Padi Sawah
No
Uraian Rata-rata Rp
Persentase
1 Pangan
1.024.605,56 57,5
2 Non Pangan
757.246,67 42,5
Jumlah 1.781.852,22
100
Sumber: Lampiran 21 Dari tabel 5.3 memperlihatkan bahwa total pengeluaran rata-rata rumah tangga
petani padi sawah Desa Purwobinangun Kecamatan Sei Bingai sebesar Rp 1.781.852,22 per bulan yaitu meliputi pengeluaran pangan sebesar Rp
1.024.605,56 atau 57,5 dan pengeluaran non pangan sebesar Rp 757.246,67 atau 42,5. Dari total pengeluaran rumah tangga, pengeluaran untuk pangan lebih
besar daripada pengeluaran untuk non pangan. Pengeluaran pangan mempunyai
Universitas Sumatera Utara
71
pengeluaran yang lebih besar daripadi pengeluaran non pangan, artinya rumah tangga responden masih mengeluarkan sebagian besar pendapatnnya untuk
memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu, yaitu kebutuhan pangannya daripada kebutuhan non pangan.
Secara keseluruhan, di Desa Purwobinangun memiliki jumlah penduduk sebanyak 4210 orang maka dapat dihitung besar pengeluaran untuk konsumsi pangan per
orang seperti dapat dilihat di tabel dibawah ini:
Tabel 5.4 Jumlah Konsumsi Pangan di Desa Purwobinangun Kecamatan Sei Bingai
No Uraian Rata-rata Rp
1 Per Hari
35.946.579,8 2
Per Bulan 1.078.397.394
Dari tabel 5.4 memperlihatkan bahwa jumlah konsumsi pangan di Desa Purwobinangun per harinya adalah sebesar Rp 35.946.579,8 dan jumlah per
bulannya sebesar Rp 1.078.397.394.
5.1.2 Pendapatan Usahatani Padi Sawah
Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya total yang telah dikeluarkan
dalam usahatani padi sawah. Dalam analisis usahatani padi sawah ini, pendapatan petani padi sawah digunakan sebagai indikator penting untuk mengetahui apakah
usahatani padi sawah tersebut menguntungkan atau tidak. Oleh karena itu, untuk lebih jelasnya mengenai komponen yang menentukan pendapatan petani padi
sawah di Desa Purwobinangun akan diuraikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
72
5.1.2.1 Biaya Total
Dalam menjalankan suatu usahatani dibutuhkan biaya. Biaya adalah pengorbanan- pengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat
diperoleh suatu hasil. Begitu pula pada usahatani padi sawah yang membutuhkan biaya. Biaya total adalah keseluruhan biaya yang digunakan untuk membiayai
keseluruhan proses usaha tersebut yang dihitung dari jumlah biaya tetap Fix Cost dan biaya tidak tetap Variable Cost. Besarnya biaya total rata-rata
yang dikeluarkan petani pada usahatani padi sawah adalah Rp 13.784.751,42 per petani per musim tanam. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya total rata-rata yang
dikeluarkan petani pada usahatani padi sawah di Desa Purwobinangun dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.5 Biaya Rata-rata Usahatani Padi Sawah per petani di Desa Purwobinangun
No
Komponen Biaya Total Biaya rata-rata
1 Biaya Tetap fixed cost 4.202.926,39
2 Biaya Variabel Variabel Cost
9.581.825,03 Total
13.784.751,42
Sumber: Lampiran 17 Dari tabel 5.5, dapat diketahui bahwa komponen biaya terbesar yang dikeluarkan
petani padi sawah pada usahataninya di Desa Purwobinangun adalah biaya tidak tetap sebesar Rp 9.581.825,03 per petani per musim tanam dan biaya tetapnya
sebesar Rp 4.202.926,39 per petani per musim tanam. Untuk lebih jelasnya mengenai komponen-komponen biaya yang termasuk biaya tetap dan biaya tidak
tetap pada usahatani padi sawah di Desa Purwobinangun akan diuraikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
73
5.1.1.2 Biaya Tetap Fixed Cost
Biaya tetap fixed cost adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.Jadi, besarnya
biaya tetap ini tidak bergantung pada besar kecilnya produksi yng diperoleh. Biaya tetap pada usahatani padi sawah di Desa Purwobinangun meliputi biaya
sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan. Besarnya biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan petani padi sawah pada usahataninya adalah sebesar Rp 4.202.926,39
per petani per musim tanam. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya tetap rata-rata usahatani padi sawah di Desa Purwobinangun dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.6 Biaya Tetap Rata-Rata Usahatani Padi Sawah Per Petani di Desa Purwobinangun
No
Komponen Biaya Biaya Rata-rata
1 Sewa Lahan
4.130.555,56 2
Penyusutan Alat 72.370,83
Total 4,202,926.39
Sumber: Lampiran 15 Untuk lebih jelasnya mengenai komponen biaya tetap tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut : •Biaya Sewa Lahan
Status kepemilikan lahan petani padi sawah di Desa Purwobinangun adalah menyewa lahan. Biaya sewa lahan dikenakan tergantung luas lahan yang disewa
oleh petani tersebut dengan kisaran harga Rp 1.500.000 sampai Rp 7.000.000 per musim tanam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 15.
Universitas Sumatera Utara
74
•Biaya Penyusutan Peralatan Adapun peralatan yang digunakan petani padi sawah pada usahataninya adalah
cangkul, garu, sekop, sabit, parang, mesin babat dan sprayer. Biaya penyusutan ini dihitung dengan menggunakan Metode Garis Lurus, yaitu perhitungan
berdasarkan nilai pembelian dikurangi nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis pemakaian dengan asumsi bahwa nilai sisa dianggap nol.
• Biaya Tidak Tetap Variable Cost
Biaya tidak tetap merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap pada usahatani padi sawah di daerah penelitian
meliputi biaya tenaga kerja, biaya bibit, biaya pupuk, dan biaya pertisida, biaya tenaga kerja, biaya irigasi, dan biaya bahan bakar. Besarnya biaya tidak tetap rata-
rata yang dikeluarkan petani padi sawah pada usahataninya di daerah penelitian adalah sebesar Rp 9.581.825,03 per petani per musim tanam. Untuk lebih jelasnya
mengenai biaya tidak tetap rata-rata di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.7 Biaya Tidak Tetap Rata-Rata Usahatani Padi Sawah Per Petani di Desa Purwobinangun
No Komponen Baya Tidak Tetap
Biaya Rata-rata
1 Biaya Benih
299.851,67 2
Biaya Pupuk 1.672.931,67
3 Biaya Pestisida
642.494,61 4
Biaya Tenaga Kerja 6.763.350,69
5 Biaya Irigasi
104.140,83 6
Biaya Bahan Bakar 99.055,56
Total 9.581.825,03
Sumber: Lampiran 14
Universitas Sumatera Utara
75
Untuk lebih jelasnya mengenai komponen biaya tetap tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
•Biaya Benih Benih yang digunakan petani padi sawah di Desa Purwobinangun adalah varietas
siherang dengan kebutuhan rata-rata per petani 30 kg. Harga benih padi varietas siherang adalah Rp 10.026,67 per kg.
•Biaya pupuk Adapun tahap pemupukan padi sawah di Desa Purwobinangun sebanyak 2 kali.
Pupuk yang digunakan oleh petani adalah pupuk urea, Sp 36, ZA, KCL, dan NPK dengan biaya penggunaan pupuk rata-rata per petani sebesar Rp 1.697.656.
Adapun kisaran harga pupuk urea yang digunakan petani sebesar Rp 2.500, SP 36 dengan harga kisaran sebesar Rp 3.000, pupuk ZA dengan harga kisaran Rp
2.000, pupuk KCL dengan harga RP. 7.000 dan pupuk NPK Rp 3.000. Penggunaan rata-rata pupuk per petani per musim tanam yaitu pupuk urea sebesar
Rp 578.522,22, pupuk SP 36 sebesar Rp 558.520, pupuk ZA sebesar Rp 93.891,67, pupuk KCL sebesar Rp 145.930 dan pupuk NPK sebesar Rp
303.901,11. •Biaya Pestisida
Obat-obatan yang digunakan petani padi sawah pada usahataninya adalah Prepathon, Score, Bextox, Gramoxone, Besnoid, joker, dan U 46 .Harga obat-
obatan ini pun bervariasi, Prepathon dengan harga Rp 140.000 per botol, Score dengan harga berkisar Rp 65.000, bextox dengan harga bekisar Rp 65.000 per
botol, Gramoxone dengan harga Rp 60.000 per botol, besnoid dengan harga Rp 55.000, joker Rp 45.000 dan U 46 Rp 25.000. Adapun biaya kebutuhan obat-
Universitas Sumatera Utara
76
obatan yang digunakan petani padi sawah di daerah penelitian adalah Rp 642.494,61 per tahun per petani.
•Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dipakai untuk usahatani padi sawah di Desa Purwobinangun
adalah Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK dan Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan adalah mulai dari tahap
pengolaham lahan,
pembibitan, penanaman,
penyiangan, pemupukan,
pengendalian hama dam penyakit, dan panen. Dalam penelitian ini, besarnya biaya tenaga kerja dalam usahatani padi sawah dihitung berdasarkan upah per hari
kerja orang HOK, denganupah berkisar antara Rp 50.000 sampai Rp 100.000 per hari per orang. Rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani adalah
Rp 6.763.350,69 per petani per musim tanam. Total penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah yaitu 53,56 HOK.
•Biaya irigasi Biaya irigasi yang dikenakan kepada petani padi sawah di Desa Purwobinangun
adalah 30 kg gabah per Ha dengan harga gabah sebesar Rp 4200 sampai dengan Rp 4500 per Kg. Rata-rata biaya irigasi yang dibayarkan oleh petani adalah
sebesar 104.140,83. Irigasi di Desa Purwobinangun ini berasal dari bendungan Namu Sira-sira yang mengalir ke seluruh lahan padi sawah di Kecamatan Sei
Bingai dengan cara bergiliran.
Universitas Sumatera Utara
77
•Biaya Bahan Bakar Biaya bahan bakar yang digunakan petani berkisar dari Rp 35.000 sampai dengan
Rp 150.000. Rata-rata penggunaan bahan bakar pada usahatani padi sawah di Desa Purwobinangun ini sebesar Rp 99,055.56.
5.1.1.4 Penerimaan Usahatani
Penerimaan adalah total produksi padi sawah yang dihasilkan dikali dengan harga jual padi sawah. Besar kecilnya penerimaan yang diperoleh dari suatu usaha
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dan harga jual yang berlaku. Untuk lebih jelasnya mengenai penerimaan rata-rata yang diperoleh petani pada
usahatani padi sawah di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 5.8 Rata-Rata Penerimaan Usahatani Padi Sawah Per Petani di Desa Purwobinangun
No
Uraian Nilai
1 Produksi Kg
5.112,67 2
Harga Jual 4.312,22
Total 21.998.163,89
Sumber: Lampiran 16 •Produksi
Produksi 1 ha lahan sawah mampu menghasilkan padi sebanyak 6000-6600 kg gabah. Berdasarkan hasil penelitian di daerah penelitian, tanaman padi sawah
dipanen sebanyak dua kali dalam setahun. Oleh karena itu, diperoleh produksi padi sawah dengan rata-rata sebanyak 5.112,67 kg per petani per musim tanam.
•Harga Jual Harga jual padi sawah di daerah penelitian adalah berkisar yaitu Rp 4.200kg-Rp
4.500. Harga jual gabah tengantung dengan kualitas gabah yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
78
5.1.1.5 Pendapatan Petani
Dalam usahatani, pendapatan petani adalah penghasilan yang diterima oleh petani yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya total yang telah
dikeluarkan dalam usahatani padi sawah. Oleh karena itu, untuk lebih jelasnya mengenai komponen pendapatan petani padi sawah per musim tanam di Desa
Purwobinangun akan diuraikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 5.9 Rata-Rata Penerimaan Usahatani Padi Sawah Per Petani di Desa Purwobinangun
No
Komponen Pendapatan Rupiah
1 Penerimaan
21.998.163,89 2
Total Biaya Usahatani 13.784.751,42
Pendapatan 8.213.412,47
Sumber: Lampiran 18 Rata-rata pendapatan usahatani padi sawah di Desa Purwobinangun adalah Rp
8.213.412,47 per petani per musim tanam. Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih penerimaan dengan total biaya usahatani biaya tetap dan biaya tidak
tetap. Dari hasil penelitian dapat diketahui besar pengeluaran rumah tangga petani dari
total pendapatan usahatani padi sawah diuraikan pada tabel berikut:
Tabel 5.10 Rata-rata Pendapatan, Pengeluaran, dan Tabungan Rumah Tangga Responden Per Bulan di Desa Purwobinangun
No Uraian
Rupiah
1 Pendapatan
2.053.353 2
Pengeluaran Rumah Tangga 1.781.852
Tabungan 271.500,00
Sumber: Lampiran 23 Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa besarnya tabungan adalah Rp 271.500,00 atau
10,59. Dari penjelasan diatas pengeluaran rumah tangga masih mengambil
Universitas Sumatera Utara
79
sebagian besar pendapatan sebesar 89,41 dari total pendapatan usahatani padi sawah per bulan. Pada penelitian ini, tabungan masih merupakan proporsi terkecil
yang merupakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama pengeluaran rumah tangga
petani sebesar lebih dari 50 dari total pendapatan petani padi sawah diterima.
5.2 Besar Nilai Tukar Petani Padi Sawah di Desa Purwobinangun