86
0,54 persen, indeks kelompok perumahan sebesar 0,38 persen, indeks kelompok sandang sebesar 0,37 persen, dan indeks kelompok kesehatan sebesar 0,18 persen.
Sementara 2 kelompok konsumsi rumah tangga lainnya mengalami penurunan, yaitu indeks kelompok pendidikan, rekreasi olah raga turun sebesar 0,02 persen
dan indeks kelompok transportasi komunikasi turun sebesar 0,17 persen. NTP di daerah penelitian lebih besar atau lebih sejahtera karena lebih besar 100.
5.3 Fluktuasi Nilai Tukar Petani Padi Sawah di Sumatera Utara Selama 5 Tahun 2009-2013
Fluktuasi Nilai Tukar Petani NTP menunjukkan fluktuasi kemampuan pembayaran atau tingkat pendapatan riil petani. Bagi pemerintah, perhitungan
NTP digunakan untuk pengambilan langkah –langkah yang strategis untuk
mencapai tujuan pembangunan pertanian yaitu meningkatkan kesejahteraan petani.
Penelitian NTP diharapkan dapat memberikan masukan bagi aparat terkait dalam menetapkan kebijakan harga komoditas pertanian sehingga petani sebagai
produsen memperoleh nilai tambah yang layak dari usahataninya. Perhitungan NTP menurut konsep Badan Pusat Statistik BPS hanya
menggabungkan pendapatan rumah tangga petani dari usahatani tanaman bahan makanan dan perkebunan rakyat. Dalam realitasnya, sebagian besar rumah
tangga tani di Indonesia memperoleh pendapatan terbesar dari luar usahatani tanaman peternakan, perikanan dan non-pertanian.
Perhitungan NTP menurut konsep BPS di satu sisi memberikan tambahan informasi yang amat berguna dalam menarik kesimpulan mengenai pengaruh
Universitas Sumatera Utara
87
perubahan struktur harga terhadap kesejahteraan petani, di sisi lain data yang selama ini disediakan dapat digunakan lebih optimal.
Metode perhitungan Nilai Tukar Petani NTP menurut konsep BPS dapat dirumuskan sebagai berikut :
NTP = x 100 Dimana :
It : indeks harga yang diterima petani Ib : indeks harga yang dibayar petani
Data Nilai Tukar Petani NTP petani berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara untuk tahun 2009 -2013 dapat disajikan sebagai berikut :
Nilai Tukar Petani selama 5 tahun terakhir ini selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi
Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.13 Nilai Tukar Petani Dirinci Menurut Subsektor dari Tahun 2009- 2013
Subsektor Tahun
2009 2010
2011 2012
2013 Tanaman Pangan
96,24 98,47 99,5
100,29 99,46
Holtikultura 111,95
109,69 194,72 108,68
103,4
Perkebunan 101,68
105,7 106,5
100,15 96,96
Perternakan 100,43
102,26 104,35
105,13 104,2
Perikanan 102,34
99,09 99,23
99,15 97,89
Gabungan 100,82
102,36 103,42 101,71
99,49
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumetera Utara, 2013 Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa pada tahun 2009 nilai tukar petani
subsektor tanaman pangan berada paling rendah diantara subsektor lainnya yaitu
Universitas Sumatera Utara
88
96,24 sementara pada subsektor holtikultura merupakan nilai tukar petani paling tinggi yaitu sebesar 111,95. Pada tahun 2009 nilai tukar petani pada subsektor
tanaman pangan mengalami defisit dimana harga yang dibayarkan oleh petani lebih tinggi daripada harga yang diterima petani atau keadaan petani tanaman
belum sejahtera. Nilai tukar petani gabungan semua subsektor mencapai 100,82, artinya mengalami impas dimana indeks harga yang dibayar petani sama dengan
indeksa harga yang di terima petani.
Pada tahun 2010 nilai tukar petani pada subsektor tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan mengalami kenaikan, yaitu tanaman pangan sebesar 98,47,
perkebunan sebesar 105,7 dan peternakan sebesar 102,26.Namun pada subsektor tanaman pangan masih berada dibawah 100 yang mengalami defisit. Sementara
nilai tukar petani pada subsektor holtikultura dan perikanan mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,26 dan 5,51 persen. Nilai tukar petani gabungan semua
subsektor mengalami peningkatan menjadi sebesar 102,36.
Pada tahun 2011 pada nilai tukar petani pada masing-masing subsektor mengalami kenaikan dan pada subsektor holtikultura mengalami kenaikan yang
signifikan yaitu sebesar 194,72. Pada tahun ini nilai tukar petani tanaman pangan dan perikanan berada dibawah 100 persen yang artinya masih mengalami defisit
dimana harga yang dibayarkan petani lebih besar daripada harga yang diterima
petani.
Pada tahun 2012 nilai tukar petani subsektor tanaman pangan, holtikultura , perkebunan dan peternakan masing-masing berada diatas 100 namun pada
subsektor perikanan masih berada dibawah 100 yaitu sebesar 99,15. Pada
Universitas Sumatera Utara
89
subsektor holtikultura mengalami penurunan yang signifikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 108,68. Hal ini berarti indeks harga yang diterima
petani holtikultura jauh lebih besar daripada indeks harga yang dibayar petani.
Pada tahun 2013 nilai tukar petani semua subsektor mengalami penurunan yaitu pada subsektor tanaman pangan menjasi sebesar 99,46, subsektor holtikultura
sebesar 103,4, subsektor perkebunan 96,96, subsektor peternakan sebesar 104,2 dan pada subsektor perikanan sebesar 97,89. Dapat dilihat bahwa nilai tukar
petani pada subsektor tanaman pangan dan perikanan merupakan yang terendah. Dari tahun ketahun nilai tukar petani kedua subsektor ini masih sering berada
dibawah 100. Perkembangan nilai tukar petani Provinsi Sumatera Utara selama kurun 2009-
2013 cenderung berfluktuasi, dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan signifikan menjadi 103,42, dimana pada tahun 2011 rata-rata petani Sumatera Utara
mengalami surplus yakni penerimaan pendapatan petani pengeluaran biaya. Dengan kata lain, selama tahun 2011, petani Sumatera Utara sudah jauh lebih
sejahtera dibandingkan 3 tahun sebelumnya. Akan tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 99,49 defisit yakni penerimaan pendapatan
petani pengeluaran petani.
Universitas Sumatera Utara
90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN