Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,

22 harga jual komoditas kentang. Harga kentang di tingkat produsen di tiga provinsi dipengaruhi olehtingkat inflasi.

2.2 Landasan Teori

Unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani adalah tingkat pendapatan petani. Walaupun demikian tidak selalu upaya peningkatan pendapatan petani secara otomatis diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani juga tergantung pada nilai pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani serta faktor-faktor nonfinansial seperti faktor budaya. Perbedaan tingkat pendapatan menimbulkan perbedaan-perbedaan pola distribusi pendapatan, termasuk pola konsumsi rumah tangga dan penguasaan modal bukan tanah. Sebagai contah, rumah tangga petani kecil atau buruh tani keran pendapatannya relatif kecil untuk konsumsi rumah tangga hanya mampu untuk membeli kebutuhan pokok saja, misalnya beras dan lauk pauk sekedarna. Sedangkan petani bertanah luas karena pendapatannya besar, disamping membeli barang-barang konsumsi rumah tangga, juga mampu membeli barang-barang sekunder, seperti membeli barang-barang perlengkapan rumah tangga, alat transportasi, alat-alat hiburan dan masih mempunyai sisa untuk ditabung atau diinvestasikan dalam barang- barang modal. Barang-barang modal tersebut dapat berupa tanah, traktor atau modal untuk usaha diluar usaha sector pertanian Djiwandi, 2002. Pendapatan rumah tangga mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap analisis kategori pengeluaran. Sumber penghasilan rumah tangga berupa pendapatan Universitas Sumatera Utara 23 meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan anggota rumah tangga. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi. Sumber penghasilan rumah tangga berupa pendapatan digunakan untuk membeli dan memproduksi barang dan jasa yang dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan anggota rumah tangga. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain pendidikan, perumahan, kesehatan, dll. Pendapatan rumah tangga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota rumah tangga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Pengeluaran rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga yaitu semua nilai barang jasa yang diperoleh, dipakai atau dibayar oleh rumah tangga tetapi tidak untuk keperluan usaha dan tidak untuk menambah kekayaan atau investasi. Secara umum kebutuhan konsumsi rumah tangga berupa kebutuhan pangan dan non pangan, dimana kebutuhan keduanya berbeda. Pada kondisi pendapatan yang terbatas lebih dahulu mementingkan kebutuhan konsumsi pangan, sehingga dapat dilihat pada kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah sebagian besar pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun demikian seiring pergeseran peningkatan pendapatan, proporsi pola pengeluaran untuk pangan akan menurun dan meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan non pangan Supriyana, 2000. Secara umum besaran konsumsi rumah tangga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran makanan dan bukan makanan berupa kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, bahan bakar dan tabungan. Tingkat pengeluaran pada kedua kelompok untuk masing-masing pada luas lahan yang berbeda. Pada umumnya, Universitas Sumatera Utara 24 besarnya nilai pengeluaran rumah tangga di perdesaan bervariasi sesuai dengan besarnya pendapatan yang mereka peroleh. Fenomena ini akan terjadi bila pendapatan rendah akan lebih mengutamakan kebutuhan subsistemnya, terutama kebutuhan pengeluaran bahan makanan dibanding lainnya. Berbeda halnya bila pendapatan yang diperoleh semakin tinggi akan terjadi pergeseran antara kebutuhan bahan makanan dengan kebutuhan bahan bukan makanan Purwita dkk, 2009. Faktor-faktor yang ikut menentukan pola konsumsi keluarga antara lain tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga atau tanggungan, pendidikan formal kepala keluarga. Untuk mendukung pernyataan tersebut, telah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dan pola konsumsi keluarga. Teori Engel’s menyatakan bahwa: “semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga semakin rendah persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan”. Berdasarkan teori klasik ini, maka keluarga bisa dikatakan lebih sejahtera bila persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dari persentase pengeluaran untuk bukan makanan. Di Negara-negara maju, persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran biasanya berada dibawah 50. Sementara di Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, pengeluaran untuk pangan masih merupakan bagian terbesar lebih 50. Bagi Indonesia nampaknya masih berada diatas angka tersebut. Umumnya rumah tangga berpendapatan rendah di Indonesia membelanjakan sekitar 60-80 dari pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Sementara itu, data Kor Survei Ekonomi Nasional menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara 25 pengeluaran untuk makanan mencapai 61,1 dan untuk non makanan sebesar 35,9. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga belum baik. Seiring dengan adanya perkembangan dan kebudayaan manusia, kemajuan ilmu dan teknologi, kebutuhan manusia itu terus meningkat sehingga selain kebutuhan dasar, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan tambahan yang sangat banyak macam dan ragamnya. Keragaman kebutuhan ini ditentukan oleh berbagai faktor, seperti faktor kebudayaan, tempat, status seseorang dalam masyarakat, selera, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, adat istiadat, dll Todaro, 1995. Nilai tukar petani didefinisikan sebagai pengukur kemampuan tukar barang barang produk pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang dan jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan kebutuhan dalam memproduksi hasil pertanian. Dengan demikian NTP diperoleh dari persentase rasio indeks harga yang diterima petani It dengan indeks harga yang dibayar petani Ib. It mencakup sektor tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat, sedangkan Ib mencakup kelompok konsumsi rumahtangga dan biaya produksi dan penambahan barang modal Departemen Pertanian, 2004 . Indeks harga yang diterima petani It adalah perbandingan antara harga yang diterima petani pada tahun berlaku dengan harga tersebut pada tahun dasar. Sedangkan perbandingan antara harga yang dibayarkan petani pada tahun berlaku dengan harga yang dibayarkan petani pada tahun dasar merupakan indeks harga yang dibayarkan petani Ib. NTP ditentukan oleh interaksi antara empat unsur harga yang Universitas Sumatera Utara 26 terpisah, yaitu harga output pertanian, harga input pertanian, harga luaran sektor industri perkotaan non pertanian, dan harga masukan sektor non pertanian. Pemerintah dapat mempengaruhi keempat harga-harga di atas dengan tujuan yang sangat khusus. Jika campur tangan pemerintah ini dikombinasikan, maka akan terbentuklah nilai tukar sektor pertanianpedesaan terhadap sektor perkotaan atau industri. Oleh karena itu, nilai tukar petani dapat dipakai sebagai petunjuk tentang keuntungan di sektor pertanian dan kemampuan daya beli barang dan jasa dari pendapatan petani. Jika seandainya campur tangan pemerintah ini tidak ada, maka nilai tukar akan ditentukan oleh kekuatan pasar Hendayana , 1995. Berbagai fenomena perubahan situasi yang terjadi baik yang bersifat alami seperti gejolak produksi pertanian maupun gejolak yang terjadi akibat adanya distorsi pasar seperti penerapan kebijaksanaan yang disengaja, baik di sektor pertanian dan non- pertanian, ditingkat mikro maupun makro, akan mempengaruhi harga-harga yang pada gilirannya akan mempengaruhi nilai tukar petani dan akan menjadi masukan penting bagi penyusunan program kebijaksanaan ke arah pembentukan nilai tukar yang diinginkan. Keadaan ini dapat mengindikasikan bahwa kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah dari awal yang terkait dengan input produksi usahatani sampai pada pemasaran hasil produk pertanian seperti kebijaksanaan harga input dan output, subsidi, modalperkreditan dan lainnya akan mempengaruhi nilai tukar petani secara langsung maupun tidak langsung Elizabeth dan Darwis , 2000 . Pencapaian angka NTP ideal sebenarnya bukan angka absolute, angka NTP tetap pun misalkan lebih besar dari 100 bisa tetap baik tiap bulan tetapi harus diikuti oleh Universitas Sumatera Utara 27 kenaikan harga komoditas pertanian. Dan kenaikan harga komoditas pertanian bukan dipicu oleh produksi turun tetapi karena permintaan konsumsi dalam negeri yang tinggi. Ada hubungan timbal balik antara kenaikan harga dengan inflasi, sehingga harga perlu dijaga dan perlu dilakukan upaya efektif untuk menekan fluktuasi harga komoditas pertanian. Kenaikan harga komoditas hasil pertanian merupakan kompensasi yang seharusnya diperoleh petani sebagai produsen Muchjidin Rachmat, PSEKP 2011. Fluktuasi nilai tukar petani akan menunjukkan fluktuasi kemampuan pembayaran ataupun tingkat pendapatan riil petani. Kegiatan pertanian tentu saja tidak lepas dari kegiatan di luar sektor pertanian, dengan demikian nilai tukar petani juga dipengaruhi oleh peran dan perilaku di luar sektor pertanian. Perbaikan dan peningkatan nilai tukar petani yang mengindikasikan peningkatan kesejahteraan petani akan terkait dengan kegairahan petani untuk berproduksi. Hal ini akan berdampak ganda, tidak saja dalam peningkatan partisipasi petani dan produksi pertanian dalam menggairahkan perekonomian pedesaan, penciptaan lapangan pekerjaan di pedesaan dan menumbuhkan permintaan produk non pertanian, tetapi juga diharapkan akan mampu mengurangi perbedaan menciptakan keseimbangan pembangunan antar daerah, maupun antar wilayah serta optimalisasi sumber daya nasional. Keragaman penerimaan, pengeluaran dan nilai tukar petani antar daerah dan waktu dipengaruhi oleh mekanisme pembentukan dalam sistem nilai tukar petani yang berbeda antar daerah dan antar waktu sebagai akibat dari keragaman sistem pembentukan penawaran dan penerimaan. Dari sisi penerimaan petani, keragaman antar daerah dan Universitas Sumatera Utara 28 waktu terjadi berkaitan dengan keragaman sumberdaya dan komoditas yang diusahainya serta diversivikasi sumber pendapatan lain. Keragaman pengeluaran petani terkait dengan keragaman pola konsumsi petani antar daerah dan waktu Supriyati, 2004. Angka NTP yang tercipta menggambarkan kesejahteraan makin baik bila posisi daya tukar tinggi atas barang konsumsi dan faktor produksi, faktor pemicunya adalah produktivitas yang stabilmeningkat dan permintaan tinggi. Keadaan nilai tukar sektor pertanian yang tidak menguntungkan perlu diatur kembali agar sektor pertanian dapat melaksanakan peranannya dengan sebaik-baiknya. Arah pengaturannya ialah merangsang produksi, meningkatkan pendapatan rill dan taraf hidup produsen dan menimbulkan alokasi sumber daya yang menunjang pembangunan pertanian Soekirman, 1991.

2.3 Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Analisis Perhitutungan Biaya Sumberdaya Domestik Komoditi Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

2 102 247

Akses Pangan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Studi Kasus Di Desa Sempung Polding Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi

2 48 112

Analisis Model Pengelolaan Usaha Padi Sawah Berdasarkan Kepemilikan Lahan ( Studi Kasus: Desa Sukamandi Hilir,Kec.Pagar Merbau,Kab.Deli Serdang )

0 58 112

Beberapa Faktor-Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Toba Samosir

0 29 113

Analisis Luas Lahan Mininmum Untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah Studi Kasus : Desa Cinta Damai.Kecamatan Percut Sei Tuan.Kabupaten Deli Serdang

16 122 101

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

Tinjauan Program Penyuluhan Pertanian Petani Padi Sawah Di Wkpp Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

11 126 106

Hubungan Tingkat Kosmopolitan Dengan Sikap Petani Padi Sawah Terhadap Kelompok Tani Di Kabupaten Deli Serdang. (Studi Hasil : Kelompok Tani Kampung Baru, Tani Jaya, Hotma Jaya, Desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubuk Pakam)

3 44 87

Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah Di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

3 60 99

Nilai Tukar Petani Padi Sawah di Sentra Produksi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Purwabinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat)

1 10 198