tersedia keesokan harinya dikarenakan bahan baku dipesan langsung dengan menggunakan lokomotif yang biasanya menarik rangkaian BBM dari Dipo BBM
Pertamina Labuan yang berdekatan dengan Stasiun Labuan.
1. Reorder Point Tahun 2008
= =
x 1 + 37.376 = 16.435,4806 x 1 + 37.376
= 53.811,4806 = 53.811 liter.
2. Reorder Point Tahun 2009
= x 1 + 36.303
= 16.217,6194 x 1 + 36.303 = 52.520,6194 = 52.521 liter.
3. Reorder Point Tahun 2010
= x 1 + 42.831
= 16.674,4167 x 1 + 42.831 = 59.505,4167 = 59.505 liter.
3.2.7 Persediaan Maksimal Maximum Inventory
Persediaan Maksimal merupakan persediaan yang paling banyak yang boleh ada di gudang. Maximum Inventory
diperlukan uantuk menghindari jumlah persediaan yang berlebihan di gudang, sehingga tidak menimbulkan biaya yang lebih besar untuk penyimpanan persediaan
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Besarnya persediaan maksimal atau maximum inventory yang ada di gudang dapat dicari dengan menjumlahkan kuantitas persediaan menurut EOQ dengan jumlah
persediaan pengaman safety stock.
1. Maximum Inventory Tahun 2008
= +
=
37.376 + 562.564 = 599.940 liter.
2. Maximum Inventory Tahun 2009
= +
=
36.303 + 554.759 = 591.062 liter.
3. Maximum Inventory Tahun 2010
= +
=
42.831 + 565.031 = 607.862 liter.
3.2.8 Biaya Total Persediaan Total Inventory Cost
Perhitungan Biaya Total Persediaan menurut metode EOQ Economic Order Quantity
pada PT. Kereta Api Persero Medan adalah sebagai berikut:
1.
Total Inventory Cost tahun 2008
=
= =
= Rp. 36.285.395,2965
Universitas Sumatera Utara
2.
Total Inventory Cost tahun 2009
=
= =
= Rp. 35.781.959,4195
3.
Total Inventory Cost tahun 2010
=
= =
= Rp. 38.139.560,6523
Sebagai perbandingan, maka Biaya Total Persediaan menurut perusahaan adalah sebagai berikut:
1. =
=
493.064,4167 x 64,5 + 12 x 1.725.000 = 31.802.654,8772 + 20.700.000
= Rp. 52.502.654,8772
=
=
486.528,5833 x 64,5 + 12 x 1.700.000 = 31.381.093,6229 + 20.400.000
= Rp. 51.781.093,6229
=
=
500.232,50 x 67,5 + 12 x 1.795.000 = 33.765.693,75 + 21.540.000
= Rp. 55.305.693,75
Universitas Sumatera Utara
Adapun perbandingan perusahaan dengan
menurut metode dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.6 Perbandingan Perusahaan Dengan
menurut Metode .
Tahun TIC Perusahaan
TIC EOQ Selisih
2008 Rp. 52.502.654,8772
Rp. 36.285.395,2965 Rp. 16.217.259,5807 2009
Rp. 51.781.093,6229 Rp. 35.781.959,4195 Rp. 15.999.134,2034
2010 Rp. 55.305.693,75
Rp. 38.139.560,65 Rp. 17.166.133,1
Jumlah Rp.159.589.442,2501 Rp. 110.206.915,366 Rp. 49.382.526,8841
Dari tabel dapat dilihat bahwa Total Inventory Cost menurut metode EOQ lebih baik dari metode yang digunakan oleh perusahaan, karena terbukti lebih optimal.
Pada tahun 2008, penghematan yang dapat dilakukan adalah sebesar Rp. 16.217.259,5807 yang diperoleh dari selisih biaya total persediaan menurut
perusahaan tahun 2008 dengan biaya total persediaan menurut metode EOQ tahun 2008. Penghematan pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 berturut-turut sebesar Rp.
15.999.134,2034 dan Rp. 17.166.133,10. Jadi, jumlah biaya total persediaan yang dapat dihemat pada tahun 2008 hingga 2010 yaitu sebesar Rp. 49.382.526,8841.
3.3 Hubungan antara