Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi

42

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi

Menurut penelitian Ariani Handewi 2003, bahwa ketahanan pangan dapat diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman dikonsumsi oleh masyarakat untuk dapat dijadikan sebagai modal beraktivitas sehari-hari sepanjang waktu. Oleh karena itu, ketahanan pangan tidak bisa hanya ditinjau dari tingkat nasional saja tetapi juga tingkat rumah tangga. Ketahanan pangan rumah tangga petani padi pada penelitian ini diukur melalui klasifikasi silang antar dua indikator ketahanan pangan keluarga, yaitu tingkat pengeluaran pangan keluarga dan kecukupan konsumsi energi rata-rata keluarga kkal. Berdasarkan kedua indikator terdapat 4 pengelompokkan ketahanan pangan rumah tangga, yaitu tahan pangan, rentan pangan, kurang pangan, serta rawan pangan. Ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan makanan untuk semua anggota rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani padi sebanyak 59,2 tergolong jelek dengan kelompok rentan pangan 44,7, kurang pangan 5,3, rawan pangan 9,2. Rumah tangga pada kelompok rentan pangan sebanyak 44,7, dimana rumah tangga memiliki tingkat pengeluaran pangan yang tinggi dan konsumsi energi rumah tangga cukup. Hal ini berarti sebagian rumah tangga petani padi harus mengeluarkan sejumlah uang yang lebih banyak untuk memperoleh pangan Universitas Sumatera Utara untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka. Rumah tangga yang rentan pangan dari sisi ekonomi kurang baik yang diindikasikan oleh tingkat pengeluaran pangan yang tinggi dan pendapatan rumah tangga yang rendah. Sesuai dengan Purwantini dan Ariani2008, indikator dalam menentukan tingkat ketahanan pangan rumah tangga dapat digunakan tingkat pengeluaran pangan, jika tingkat pengeluaran pangan tinggi makan tingkat ketahanan pangan menjadi rendah atau rentan. Dari kenyataan ini dapat disarankan pada rumah tangga yang rentan pangan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga sehingga dapat meningkatkan status rumah tangga dari kategori rentan pangan ke tahan pangan. Rumah tangga dengan kelompok tahan pangan sebanyak 40,8, dimana tingkat pengeluaran pangan rendah ≤60 dan konsumsi energi rumah tangga cukup. Suatu rumah tangga dikatakan sejahtera apabila presentase pengeluaran pangan terhadap makanan jauh lebih kecil dari pada presentase pengeluaran bukan makanan Sijirat, 2004 Rumah tangga dengan kelompok kurang pangan sebanyak 5,3, dimana tingkat pengeluaran pangan yang rendah dan konsumsi energinya masih kurang. Tingkat pengeluaran yang rendah bukan disebabkan pendapatan yang cukup, akan tetapi karena besarnya pengeluaran non pangan. Pengeluaranan non pangan yang besar disebabkan karena tingginya biaya pendidikan anaka-anak yang melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi. Konsumsi energi yang masih belum cukup disebabkan kurangnya pengetahuan gizi dan kurang diperhatikan susunan menu yang dikonsumsi. Untuk itu bagi rumah tangga Universitas Sumatera Utara dengan kategori kurang pangan perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan pangan dan gizi. Rumah tangga kelompok rawan pangan sebanyak 9,2 dari seluruh rumah tangga petani padi, hal ini terjadi karena tingkat pengeluaran pangan yang tinggi sedangkan konsumsi energi yang masih kurang. Tingginya pengeluaran pangan mengindikasikan bahwa rumah tangga petani padi mempunyai tingkat kesejahteraan yang masih rendah. Rumah tangga petani padi masih mengeluarkan bagian yang lebih besar untuk konsumsi pangan serta kurangnya pengetahuan gizi sehingga yang terpenting bagaimana rumah tangga bisa makanan tanpa mementingkan kebutuhan gizi masih kurang. Rumah tangga dengan status rawan pangan yang kesejahteraanya masih rendah disarankan meningkatkan untuk meningkatkan pendapatan agar dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga dan dapat mengkonsumsi pangan yang lebih baik dan memiliki kualitas lebih menganekaragaman jenis makanan dan mutu pangan. Ketahanan pangan berdasarkan pendapatan kepala keluarga, rata-rata pendapatan berada pada kategori rendah dibawah UMK. Dengan ini ada kecenderungan antara ketahanan pangan dengan pendapatan kepala keluarga, angka rentan pangan,kurang pangan, dan rawan pangan lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan diatas UMK.. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Khumaidi 1994, bahwa pada umumnya masyarakat yang berpendapatan rendah hanya mampu membeli bahan makanan yang harganya murah meskipun mutunya rendah, asalkan banyak dan menyenangkan. Bahkan mereka tidak dapat makan Universitas Sumatera Utara daging, telur, ikan atau minum susu setiap hari namun hanya sesekali saja dalam sebulan maupun setahun. Sesuai dengan penelitian Aritonang 2000, kemampuan rumah tangga dalam menjangkau pangan dipasar tergantung oleh daya beli atau penghasilan, kemampuan ekonomi rumah tangga yang umumnya saling berkaitan dengan status sosial dan penilaian rumah tangga dalam memilih makanan. Pada umumnya jika penghasilan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung meningkat pula. Namun pengeluaran yang lebih banyak tidak menjamin keberagaman makanan yang dikonsumsi. Suhardjo, 2009. Menurut Prabawa 1998 dalam Herdiana 2009, setinggi apapun tingkat pendapatan yang diperoleh seorang kepala keluarga dalam rumah tangga, pada akhirnya kesejahteraan mereka akan ditentukan oleh pendapatan perkapita. Besarnya pendapatan perkapita selain ditentukan oleh pendapatan total pendapatan yang diterima, juga ditentukan oleh jumlah anggota rumah tangga. Ketahanan Pangan berdasarkan Pendidikan Kepala keluarga dapat dilihat bahwa semakin tinggi pendidikan kepala keluarga tidak berpengaruh besar dalam ketahanan pangan rumah tangga, dimana tingkat SMA berada pada kelompok rentan pangan46,3 dan tahan pangan 42,9. Sesuai dengan Alderman Gracia 1994 dalam Antang 2002, menyatakan bahwa tingkat pendidikan ayah tidak mempunyai pengaruh yang besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan ibu dalam ketahanan pangan rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan Ketahanan pangan berdasarkan jumlah anggota rumah tangga , semakin kecil jumlah anggota rumah tangga semakin Universitas Sumatera Utara tinggi angka tahan pangan. Sesuai dengan sukandar dkk2006 bahwa jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh nyata dalam kecukupan energi dan ketahanan pangan. Peluang rumah tangga untuk menjadi tahan pahan apabila jumlah anggota keluarga rendah sehingga angka tingkat kecukupan energi semakin tinggi. 5.2 Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani Padi Konsumsi pangan merupakan sejumlah makanan dan minuman yang dimakan, diminum masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan. Menurut Baliwati 2004, masalah gizi merupakan gangguan pada segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi erat kaitannya dengan masalah pangan. Masalah gizi dalam masyarakat dapat diketahui melalui pengukuran konsumsi pangan. Pengukuran konsumsi pangan sangat penting untuk mengetahui kenyataan makanan yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur dan menenukan faktor diet yang dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan gizi. Konsumsi energi dan protein keluarga dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode Food List yang kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan protein keluarga yang dihitung berdasarkan Angka Kecukupan Gizi AKG 2013 yaitu umur dan jenis kelamin. Metode yang dilakukan selama satu hari sebenarnya kurang tepat untuk mengambarkan jumlah pangan yang dilihat dari tingkat kecukupan energi. Namun setidaknya ini dapat Universitas Sumatera Utara memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung asupan zat gizi keluarga dalam sehari Supariasa,2002 Hasil penelitian tingkat kecukupan konsumsi energi berdasarkan jumlah anggota rumah tangga dapat dilihat bahwa jumlah anggota rumah tangga semakin kecil maka angka tingkat kecukupan energi keluarga tinggi, dimana tingkat kecukupan energi berada pada kelompok cukup 84,1 dan tingkat kecukupan protein rumah tangga petani padi berada pada kategori kurang sebanyak 98,7. Rata-rata tingkat kecukupan energi rumah tangga petani padi adalah 85,5 termasuk dalam kategori cukup. Setiap bahan pangan memiliki sumbangan terhadap energi dan protein berbeda. Beras merupakan satu-satunya pangan pokok sekaligus sumber energi utama yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani padi. Akan tetapi, jumlah yang dikonsumsi masih kurang dan belum mencapai AKG yang dianjurkan. Rendahnya konsumsi energi rumah tangga dapat dipengaruhi oleh pendapatan kepala rumah tangga yang rendah sedangkan pengeluaran terhadap rokok besar sebanyak 55,51. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saliem dan Ariningsih 2008 menunjukkan bahwa pengeluaran rokok pada rumah tangga rawan pangan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga tahan pangan. Ini mengindikasikan bahwa rumah tangga rawan pangan telah mengalihkan pendapatannya yang terbatas untuk membeli rokok dibandingkan dengan kebutuhan pangan untuk ketahanan pangan keluarga. Pengeluaran rokok masyarakat yang cukup besar sebenarnya mempunyai opportunity cost yang dapat Universitas Sumatera Utara digunakan untuk membeli kebutuhan yang lebih esensial seperti makanan bergizi untuk keluarganya. Pada penelitian ini yang terbesar selain tembakau dan sirih adalah padi padian, sehingga dari sisi konsumsi padi-padian juga memiliki energi terbesar. Disamping itu umbi-umbian seperti ketela pohon dan ketela rambat hanya dikonsumsi sesekali sebagai makanan selingan. Gula juga memiliki energi yang tinggi dan semua rumah tangga petani padi mengkonsumsi gula sebagai pemanis minuman. Rata-rata tingkat kecukupan protein rumah tangga petani yaitu 98,7 termasuk dalam kategori kurang. Konsumsi protein rumah tangga petani belum mencapai angka kecukupan yang dianjurkan. Faktor daya beli merupakan alasan utama dalam kurangnya konsumsi protein rumah tangga. Keterbatasan pendapatan rumah tangga membuat keptusan untuk membeli pangan sumber hewani yang mahal sperti daging sapi atau ikan segar amat sulit. Jenis protein yang sering dikonsumsi oleh rumah tangga petani padi adalah protein yang berasal dari hewani yaitu telur yang harganya relatif terjangkau. Sedangkan untuk protein nabati yaitu tempe dan tahu dikarenakan makanan yang murah dan mudah didapatkan. Protein didapatkan dari lauk pauk yang dikonsumsi rumah tangga petani padi yang terdiri dari protein hewani dan nabati. Sumber pangan nabati yang biasa dikonsumsi rumah tangga petani padi berasal dari kacang-kacangan dari hasil olahanya, antara lain tahu dan tempe. Tahu dan tempe merupakan sumber protein dengan harga murah dan mudah didapatkan dipasar atau diwarung, mudah diolah Universitas Sumatera Utara dan rasanya enak dan menjadi pilihan yang mudah bagi rumah tangga petani padi. Protein hewani berasal dari telur, ikan dan daging ayam. Dalam penelitian ini daya beli untuk konsumsi protein yang berasal dari hewani kurang dikarenakan pendapatan sehingga belum mencapai angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Menurut Martianti dan Ariani 2004, jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi pendapatan, pengeluaran, dan konsumsi pangan. Rumah tangga dengan banyak anak serta pendapatan yang kurang akan mengalami kesulitan dalam hal mencukupi pangan seluruh anggota rumah tangga. Di samping itu, menurut Khumaidi 1994, rendahnya tingkat konsumsi energi dan protein penduduk menunjukkan bahwa penduduk dalam mengonsumsi pangan hanya untuk pemuasan rasa lapar dan haus tanpa memperhatikan pemenuhan akan zat gizi yang diperlukan tubuh, yang juga dapat dilihat dari ketidakberagaman pangan yang dikonsumsi oleh penduduk. Universitas Sumatera Utara 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN