dikonsumsi oleh manusia, secara kualitatif dapat diperkirakan dari nilai energi kal yang dikandungnya. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein
yang ada di dalam bahan makanan Almatsier, 2009.
2.3 Pengeluaran Rumah Tangga
Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran kesejahteraan penduduk. Pengeluaran rumah tangga terdiri
atas dua kelompok yaitu pengeluaran untuk makanan pangan dan bukan makanan nonpangan. Pengeluaran pangan adalah jumlah uang yang akan
dibelikan untuk dikonsumsi pangan, sedangkan pengeluaran nonpangan adalah jumlah uang yang dibelanjakan untuk keperluan selain pangan seperti pendidikan,
listrik, air, komunikasi, transportasi, tabungan, biaya produksi pertanian dan non pangan lainya kartika, 2005.
Tingkat kebutuhanpermintaan terhadap kedua kelompok tersebut pada dasarnya berbeda-beda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kebutuhan makanan
didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan.
Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan
untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan BKP Kota Medan, 2010
Pengeluaran pangan terdiri dari padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan
lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan
Universitas Sumatera Utara
minuman jadi, minuman alkohol, tembakau dan sirih. Sedangkan pengeluaran non pangan terdiri dari perumahan, barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya
kesehatan, pakainan, alas kaki dan tutup kepala, barang tahan lama, pajak dan asuransi, keperluan pesta dan upacara BPS, 2013.
Tingkat antara pengeluaran pangan dan bukan pangan juga digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan
rumah tangga. Dari tingkat pengeluaran pangan dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran pangan berarti tingkat kesejahteraan atau ketahanan
pangan rumah tangga semakin rendah atau rentan Purwantini dan Ariani, 2008. Teori Engel’s menyatakan bila persentase makanan terhadap total
pengeluaran lebih dari 80 persen maka tingkat kesejahteraan rendah. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga maka semakin rendah
persentase pengeluaran konsumsi makanan. Berdasarkan Teori Engel’s, Maka suatu rumah tangga bisa dikatakan sejahtera apabila persentase pengeluaran
terhadap makanan jauh lebih kecil dari pada persentase pengeluaran bukan makanan. Sijirat, 2004.
Menurut Hildawati 2008 dalam penelitiannya pada kelompok nelayan, bahwa pengeluaran rumah tangga perkapita perbulan mempengaruhi tingkat
konsumsi energi dan protein rumah tangga nelayan. Rumah tangga yang memliki pengeluaran perkapita perbulan lebih tinggi mempunyai peluang 6,1 kali lebih
tinggi tingkat konsumsi energinya dan 8,3 kali lebih tinggi tingkat konsumsi proteinnya dibandingkan dengan rumah tangga yang tingkat pengeluaran
perkapita perbulanya lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Karakteristik Rumah Tangga Petani Padi