2.4 Karakteristik Rumah Tangga Petani Padi
Rumah tangga petani padi merupakan suatu unit kelembagaan yang setiap saat mengambil keputusan produksi, konsumsi, curahan tenaga kerja dan
reproduksi. Rumah tangga petani padi dapat dipandang sebagai satu kesatuan unit ekonomi yang relevan untuk analisis pengambilan keputusan baik keputusan
produksi, konsumsi maupun tenaga kerja dan mempunyai yang ingin dipenuhi dari sumberdaya yang dimiliki Purwita dkk, 2009.
Pendapatan merupakan salah satu faktor penting yang diduga sebagai determinan dalam keberagaman konsumsi pangan. Pendapatan dikaitkan dengan
daya beli pangan yang biasanya didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi rumah tangga untuk memperoleh bahan pangan berdasarkan besarnya alokasi
pendapatan untuk pangan, harga pangan yang dikonsumsi, dan jumlah anggota rumah tangga Hardinsyah, 2007 dalam Arbaiyah, 2013.
Tingkat pendapatan menentukan jenis dan jumlah pangan yang akan dibeli serta seberapa besar dari pendapatan yang akan dikeluarkan untuk membeli
pangan. Daya beli keluarga sangat berpengaruh dalam pemenuhan konsumsi pangan yang bergizi. Keluarga dengan pendapatan yang terbatas, kurang mampu
memenuhi kebutuhan makanan yang diperlukan tubuh, dan pasti mempengaruhi tingkat keberagaman konsumsi pangan. Pengeluaran keluarga juga penting untuk
diperhitungkan, karena pengeluaran keluarga dianggap sebagai proksi dari pendapatan yang dapat berpengaruh pada tingkat konsumsi pangan suatu keluarga
Afandi, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Prabawa 1998 dalam Herdiana 2009 mengungkapkan bahwa setinggi apapun tingkat pendapatan yang diperoleh seorang kepala rumah tangga
dalam rumah tangganya, pada akhirnya kesejahteraan mereka akan ditentukan oleh perdapatan perkapita. Besarnya pendapatan perkapita selain ditentukan oleh
total pendapatan yang diterima, juga ditentukan oleh jumlah anggota rumah tangga.
Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi pendapatan perkapita, pengeluaran dan konsumsi pangan. Rumah tangga dengan banyak anak dan jarak
kelahiran antar keluarga yang sangat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup
untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota rumah tangga tetapi hanya mencukupi sebagian dari anggota rumah tangga Martianto dan Ariani 2004.
Jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat kecukupan energi dan ketahanan pangan. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga
maka semakin rendah tingkat kecukupan energi dan semikin rendah peluang rumah tangga menjadi tahan pangan Sukandar dkk, 2006.
Menurut BPS 2001 dalam Arbaiyah 2013, besarnya keluarga atau rumah tangga menyatakan seluruh anggota yang menjadi tanggungan dalam keluarga
tersebut yang dapat memberi indikasi beban rumah tangga. Semakin tinggi besaran keluarga berarti semakin banyak anggota keluarga yang selanjutnya akan
meningkatkan berat beban rumah tangga tersebut dalam memenuhi kebutuhannya. Ketahanan pangan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh modal sosial yang
ada dimasyarakat yakni terkait dengan interaksi sosial yang dilakukan anggota
Universitas Sumatera Utara
keluarga. semakin tinggi tingkat intensitas anggota rumah tangga dalam berinteraksi sosial maka ketahanan pangan rumah tangga semakin kuat Suandi,
2007. Selain Pendapatan dan jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan
menpunyai peran penting dalam tingkat ketahanan pangan. Hasil penelitian Megawangi 1994 dalam Herdiana 2009 mengatakan bahwa rumah tangga yang
kepala keluarganya memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung lebih miskin dibandingkan dengan rumah tangga yang kepala keluarganya memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh farida 2009 mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan didalam keluarga maka tingkat
ketahanan pangan menjadi lebih baik.
2.5 Kerangka Konsep