Kesimpulan KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

disimpulkan Ho 6 ditolak, maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara demografi berdasarkan jenis kelamin dari variabel self-control dengan intensitas penggunaan internet. 7. Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan melalui analisis regresi, menunjukan nilai F hitung pada demografi berdasarkan usia dari variabel self- control dengan intensitas penggunaan internet menunjukkan angka sebesar -2.42 pada signifikansi 0.867 sedangkan F tabel 4.00 dan dapat disimpulkan Ho 7 ditolak, maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara demografi berdasarkan usia dari variabel self-control dengan intensitas penggunaan internet.

5.2. Diskusi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara self-control dengan intensitas penggunaan internet pada remaja akhir. Karena kesimpulan dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa self-control memiliki hubungan negatif dengan intensitas penggunaan internet dan memberikan sumbangan dalam mempengaruhi penggunaan internet, maka hal ini seharusnya dapat dijadikan tolak ukur terhadap upaya dalam mengendalikan diri agar terhindar dari penggunaan internet yang berlebihan. Dari gambaran umum responden berdasarkan usia 18-22 tahun, terlihat bahwa yang paling banyak menggunakan internet adalah responden yang berusia 19 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil survey tentang penggunaan internet, yaitu pengguna internet di Indonesia ternyata sebagian besar cenderung berusia muda. Hasil penelitian Yahoo dan Taylor Nelson Sofres Indonesia menunjukkan pengakses terbesar di Indonesia adalah mereka yang berusia antara 15-19 tahun. Menurut Subramanian Kompas, 20 Maret 2009, menyatakan bahwa dari 2.000 responden yang mengikuti survei tentang penggunaan internet, didapat hasil sebanyak 64 persen adalah anak muda”. Hal ini sesuai dengan gambaran umum responden berdasarkan usia antara 18-22 tahun, yang paling banyak menggunakan internet adalah usia 19 tahun dengan persentase 43. Dalam kategorisasi intensitas penggunaan internet, remaja dalam penelitian ini memiliki tingkat intensitas penggunaan internet yang tinggi, karena masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Selain itu pada periode ini rasa ingin tahu dan kebutuhan akan informasi mengenai diri sendiri, masyarakat dan lingkungan mulai meningkat. Masa remaja juga dikenal sebagai masa peralihan dalam mencari identitas diri dan perkembangan kehidupan sosialnya juga ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Dalam usaha untuk memperluas pergaulannya dengan teman sebayanya, remaja menggunakan internet untuk berbagai macam hal, misalnya saja untuk bermain game-online dengan teman-temannya, atau yang lagi trend sekarang adalah membuka facebook serta twitter. Tetapi ada juga remaja yang menggunakan internet untuk keperluan dalam mencari tugas-tugas online yang diberikan oleh dosen mereka, seperti mendownload jurnal, membuka situs tentang pendidikan dan lain sebagainya. Menurut Suller dalam Erdi, 2004, pengguna internet dibedakan menjadi 2, yaitu: pengguna internet yang sehat dan pengguna internet yang tidak sehat. Pengguna internet yang sehat yaitu orang yang menggunakan internet secara wajar untuk berhubungan dengan teman melalui komunikasi elektronik atau menggunakan internet sebagai sarana mencari informasi yang dibutuhkan artinya golongan ini mampu memadukan kehidupan nyata dengan dunia cyberspace. Sedangkan pada pengguna internet yang tidak sehat yaitu pada golongan ini individu-individu memisahkan antara kehidupan nyata dengan dunia cyberspace, artinya aktivitas cyberspace menjadi dunia tersendiri, tidak dibicarakan dengan orang lain dalam kehidupannya. Menurut Ghufron 2004, setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur dan mengarahkan perilaku yaitu kontrol diri. Kontrol diri pada satu individu dengan individu lain tidaklah sama, ada yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Dalam penelitian ini self-control hanya memberikan sumbangan sebesar 35, itu artinya masih ada 65 faktor-faktor psikologi lain yang lebih berpengaruh terhadap penggunaan internet, seperti aspek kebutuhan berafiliasi, relasi atau hubungan dengan teman sebaya, dan aspek lainya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Widiana dkk, Fakultas Psikologi UAD dan UGM 2004 tentang Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet. Dari penelitian tersebut mengemukakan bahwa hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi r sebesar –0,2030 xyp=0,046. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kontrol diri dengan kecenderungan kecanduan internet. Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah kecenderungan kecanduan internet. Kontrol diri memberikan sumbangan efektif sebesar 4.12 terhadap kecenderungan kecanduan internet skripsi psikologi indonesia, 2010. Selain itu terdapat juga hasil penelitian ilmiah yang dilakukan Novefri 2009 mengenai Perbedaan kebutuhan berafiliasi ditinjau dari tipe kepribadian pada remaja pecandu internet. Hasilnya terdapat perbedaan, perbedaan dilihat dari tipe kepribadiannya, remaja introvert lebih suka menutup diri dan juga