Faktor-faktor yang Menimbulkan Religiusitas Dimensi-Dimensi Religiusitas

2.1.2. Faktor-faktor yang Menimbulkan Religiusitas

Menurut Siti Partini pembentukan dan perubahan sikap keberagamaan dipengaruhi oleh dua faktor Ramayulis, 2004: 1. Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan mengolah atau menganalisis pengaruh yang datang dari luar, termasuk disini minat dan perhatian. 2. Faktor eksternal, berupa faktor di luar diri individu yaitu pengaruh lingkungan yang diterima

2.1.3. Dimensi-Dimensi Religiusitas

Glock Stark menyatakan dalam Djamaludin Ancok Fuad Nashori, 1995 bahwa ada lima dimensi keberagamaan, yaitu keyakinan ideologis, penghayatan atau pengalaman eksperiensial, peribadatan atau praktek beragama ritualistik, pengetahuan agama intelektual, dan pengamalan konsekuensi. 1. Dimensi Keyakinan Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin- doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi seringkali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama. 2. Dimensi Praktik Beragama Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang-orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua kelas penting, yaitu : ritual dan ketaatan. Pertama, ritual. Mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakan. Kedua, ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dari kontemplasi personal yang relatif spontan, informal, dan khas pribadi. 3. Dimensi Pengalaman Dimensi ini berkaitan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural. Seperti yang telah kita kemukakan, dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi dan sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan atau suatu masyarakat yang melihat komunikasi walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir dengan otoritas transendental. 4. Dimensi Pengetahuan Agama Dimensi pengetahuan agama mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan mengenai dasar- dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. 5. Dimensi Konsekuensi Atau Pengamalan Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi yang telah dibahas diatas. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana seharusnya berpikir dan bertindak dalam kehidupan seseorang, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata berasal dari agama.

2.1.4. Fungsi Religiusitas