Landasan Hukum Upah Perspektif Ekonomi Islam

18 sunnah Nabi yang suci. Semua ulama bersepakat tidak seorang ulama pun yang membantah kesepakatan ijma’ ini. 10 Lebih jauh lagi, ujrah disyariatkan oleh karena manusia membutuhkannya. Mereka membutuhkan rumah untuk tempat tinggal, mereka membutuhkan binatang untuk dijadikan kendaraan dan angkutan, begitu juga manusia membutuhkan berbagai peralatan untuk digunakan dalam kebutuhan hidup dan lain sebagainya. Dan semua itu bisa dijangkau dengan memperoleh upah.

C. Rukun dan Syarat upah Ujrah

Menurut ulama Hanafiyah, rukun ijarah itu hanya satu, yaitu ijab ungkapan menyewakan dan qabul persetujuan terhadap sewa-menyewa. Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa rukun Ijarah upah itu ada empat, yaitu: 1. Orang yang berakad 2. Sewaimbalan 3. Manfaat 4. Shighat ijab-qabul. 11 Adapun syarat-syarat akad ijarah adalah sebagai berikut: 10 Imam Taqiyuddin Abu Baker Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, terj oleh K.H Syarifuddin Anwar dan K.H Misbah Mustafa, Surabaya: CV. Bina Iman, 1994, cet 1, h. 694 11 AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h. 122 19 1. Untuk kedua orang yang berakad al-muta’aqidain, menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabillah, disyaratkan telah baligh dan berakal. Oleh sebab itu, apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan orang gila, menyewakan harta mereka atau diri mereka sebagai buruh, menurut mereka ijarah-nya tidak sah. Akan tetapi ulama Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa kedua orang yang berakad itu tidak harus mencapai usia baligh. 2. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad ijarah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah. 3. Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara sempurna, sehingga tidak muncul perselisihan dikemudian hari. Apabila manfaat yang akan menjadi objek ijarah itu tidak jelas, maka akadnya tidak sah. Kejelasan manfaat itu dapat dilakukan dengan menjelaskan manfaatnya, dan penjelasan berapa lama manfaat di tangan penyewa. 4. Objek ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’. 5. Upahsewa dalam akad ijarah harus jelas, tertentu dan sesuatu yang bernilai harta. 12 12 AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h.123 20

D. Berakhirnya akad Ujrah

Pada prinsipnya ijarah merupakan akad yang mengikat lazim kedua belah pihak yang melakukannya. Artinya ketika akad terjadi, masing-masing pihak harus menunaikan kewajiban dan menunaikan kewajiban dan menerima hak masing-masing serta tidak boleh membatalkannya fasakh kecuali ada hal-hal yang menurut ketentuan hukum syara’ dapat dijadikan alasan pembatalan. Adapun hal-hal yang bisa menyebabkan batalnya akad ijarah yaitu : 1. Salah satu pihak meninggal dunia. 2. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah telah berakhir. Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu jasa seseorang, maka ia berhak menerima upah. Kedua hal ini disepakati oleh seluruh ulama. 3. Terjadinya kerusakan pada barang sewaan, seperti rumah terbakar atau mobil hilang 4. Menurut ulama Hanafiyah apabila ada udzur dari salah satu pihak. Udzur- udzur yang dapat membatalkan akad ijarah itu, menurut ulama Hanafiyah adalah salah satu pihak mengalami kepailitan dan berpindah tempatnya penyewa, misalnya seseorang digaji untuk menggali sumur di suatu desa, sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke desa lain. Akan tetapi menurut jumhur ulama, udzur yang boleh membatalkan akad ijarah itu hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir. 21 5. Berakhirnya dengan akad iqalah yaitu pembatalan akad atas dasar kesepakatan antara kedua belah pihak. 13

E. Perbedaan Tingkat Upah

Dalam kehidupan ini, banyak kita jumpai perbedaan tingkat upah. Pebedaan upah bisa kita lihat antara pekerja intelektual dan pekerja kasar, antara pekerja- pekerja terampil dan pekerja tidak terampil. Adakalanya perbedaan upah itu sangat mencolok sekali. Ada upahnya hanya cukup untuk hidup, ada yang memungkinkan suatu kahidupan yang menyenangkan dan ada pula yang memungkinkan suatu kehidupan yang mewah. Ada beberapa faktor penting yang menjadi sumber dari perbedaan upah, yaitu: 1. Perbedaan jenis pekerjaan 2. Perbedaan kemampuan, keahlian, dan pendidikan 3. Pertimbangan bukan keuangan dalam memilih pekerjaan. 14 4. Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja. 15 Dalam beberapa hal, hukum Islam mengakui adanya perbedaan upah diantara tingkat pekerja. Karena adanya perbedaan kemampuan serta bakat yang 13 AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h. 127-128 14 Payaman P. Simajuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta :LPFE UI, 1998, cet ke-2., h. 38 15 Payaman P. Simajuntak, Ibid., Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. h. 52