Rukun dan Syarat upah Ujrah

21 5. Berakhirnya dengan akad iqalah yaitu pembatalan akad atas dasar kesepakatan antara kedua belah pihak. 13

E. Perbedaan Tingkat Upah

Dalam kehidupan ini, banyak kita jumpai perbedaan tingkat upah. Pebedaan upah bisa kita lihat antara pekerja intelektual dan pekerja kasar, antara pekerja- pekerja terampil dan pekerja tidak terampil. Adakalanya perbedaan upah itu sangat mencolok sekali. Ada upahnya hanya cukup untuk hidup, ada yang memungkinkan suatu kahidupan yang menyenangkan dan ada pula yang memungkinkan suatu kehidupan yang mewah. Ada beberapa faktor penting yang menjadi sumber dari perbedaan upah, yaitu: 1. Perbedaan jenis pekerjaan 2. Perbedaan kemampuan, keahlian, dan pendidikan 3. Pertimbangan bukan keuangan dalam memilih pekerjaan. 14 4. Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja. 15 Dalam beberapa hal, hukum Islam mengakui adanya perbedaan upah diantara tingkat pekerja. Karena adanya perbedaan kemampuan serta bakat yang 13 AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h. 127-128 14 Payaman P. Simajuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta :LPFE UI, 1998, cet ke-2., h. 38 15 Payaman P. Simajuntak, Ibid., Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. h. 52 22 mengakibatkan perbedaan penghasilan dan hasil material. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran surat An-Nissa: ☺ ☺ ⌧ ☺ ءﺎ ا ٢ : Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. karena bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” Q.S An-Nissa ayat 4 : 32 Berdasarkan ayat di atas bahwa penentuan upah pekerja didasarkan atas kemampuan atau profesionalisme 16 dan Pendekatan Al-Quran dalam hal penentuan upah berdasarkan pertimbangan dan bakat ini merupakan salah satu sumbangan terpenting bagi kemajuan peradaban manusia. 17 16 Abdul Hamid Mursi, SDM Produktif: Pendekatan dan Sains, Jakarta: Gema Insani Press, 1987, h. 156 17 M.A Manan, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 2000, h. 118 23 Islam menawarkan suatu penyelesaian yang sangat baik atas masalah upah dan menyelamatkan kepentingan kedua belah pihak, kelas pekerja dan para majikan tanpa melanggar hak-hak yang sah dari majikan. Seorang majikan tidak dibenarkan bertindak kejam terhadap kelompok pekerja dengan menghilangkan hak sepenuhnya dari bagian mereka. Upah ditetapkan dengan cara yang paling tepat tanpa harus menindas pihak manapun. Setiap pihak memperoleh bagian yang sah dari hasil kerja sama mereka tanpa adanya ketidakadilan terhadap pihak lain. Prinsip pemerataan terhadap semua makhluk tercantum dalam surat Al-Baqarah : ☺ ☺ ةﺮ ا ٢٧٩ : ٢ Artinya : ”Kamu tidak Menganiaya dan tidak pula dianiaya.Q.S Al-Baqarah 2 : 279 Dalam perjanjian tentang upah kedua belah pihak diperingatkan untuk bersikap jujur dan adil dalam semua urusan mereka, sehingga tidak terjadi tindakan aniaya terhadap orang lain juga tidak merugikan kepentingannya sendiri. Penganiayaan terhadap para pekerja berarti bahwa mereka tidak dibayar secara adil dan bagian yang sah dari hasil kerja sama sebagai jatah dari hasil kerja mereka tidak mereka peroleh, sedangkan yang dimaksud dengan penganiayaan terhadap majikan yaitu mereka dipaksa oleh kekuatan industri untuk membayar upah para pekerja melebihi dari kemampuan mereka. Oleh karena itu, Al-Quran memerintahkan kepada majikan untuk membayar para