Kontrak Tenaga Kerja Dalam Perspektif Ekonomi Islam
74
harus ditentukan, misalnya harian, bulanan atau tahunan. Selain itu, upah kerjanya juga harus ditetapkan.
a. Bentuk kerja
Tiap pekerjaan yang halal maka hukum mengontraknya juga halal. Di dalam ijarah tersebut harus tertulis jenis atau bentuk pekerjaan yang
harus dilakukan seorang ajir. Jenis pekerjaan harus dijelaskan, sehingga tidak kabur, karena transaksi ijarah yang masih kabur hukumnya adalah
fasid rusak
9
Dalam melaksanakan perjanjian kerja, PT. Permata Indonesia menjelaskan bentuk dan jenis pekerjaan yang akan diberikan kepada
tenaga kerja outsourcing, hal tersebut termuat dalam klausul perjanjian kerja waktu tertentu. Adapun bentuk dan jenis pekerjaan yang tenaga
kerja terima merupakan sondingan dari perusahaan pengguna jasa. b.
Waktu kerja Dalam praktek outsourcing masalah waktu sangat diperhatikan juga,
sebagaimana telah di atur dalam Keputusan mentri tenaga kerja dan transmigrasi RI Kep. 100MENVI2004, pasal 3 ayat 2 Tentang
pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu, disebutkan bahwa jangka waktu dalam perjanjian kerja waktu tertentu paling lama tiga tahun.
Sebagaimana transaksi ijarah harus disebutkan jangka waktu pekerjaan
9
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, h. 230
75
itu yang dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu. Selain itu, harus ada juga perjanjian waktu
bekerja bagi ajir. Adapun waktu yang diterapkan oleh PT. Permata Indonesia yaitu selama 7 bulan.
Dalam Islam apabila pekerjaan yang memang harus disebutkan waktunya tetapi tidak terpenuhi maka pekerjaan tersebut menjadi tidak
jelas dan tentu saja hukumnya menjadi tidak sah. Apabila waktu kontrak sudah ditentukan misalnya dalam jangka waktu 1 tahun atau 1 bulan,
maka tidak boleh salah seorang diantara kedua belah pihak membubarkannya, kecuali apabila waktunya telah habis. Begitu pula
tidak boleh seseorang bekerja untuk selamanya tampa waktu yang jelas dengan perkiraan gaji yang juga tidak jelas.
10
c. Upah kerja Dibahas di sub bab tersendiri.
2. Hubungan Kerja
Hubungan kerja dalam outsourcing terjadi terhadap tiga objek yaitu pihak perusahaan outsourcing sebagai vendor atau pensuplai dan penyedia
tenaga kerja. Dalam penyediaan jasa pekerja alih daya outsourcing, ada dua tahapan perjanjian yang dilakukan harus dilakukan, yaitu:
a. Perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan
penyedia pekerja
10
http:www.angelfire.comiddialogisperlakuan.html
76
b. Perjanjian perusahaan penyedia pekerja dengan karyawan
Dengan adanya dua perjanjian kerja tersebut, maka hubungan hubungan kerja yang terjadi adalah adalah walaupun karyawan sehari-hari bekerja di
perusahaan pemberi pekerjaan, ia tetap berstatus sebagai karyawan perusahaan penyedia pekerja. Sedangkan pemenuhan hak-hak karyawan
seperti perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul tetap merupakan tanggung jawab perusahaan
penyedia jasa pekerja.
11
Islam menempatkan majikan dan pekerja dalam kedudukan yang setara, keduanya saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Karena itu,
konsep Islam tentang hubungan kerja majikan-pekerja adalah konsep penyewaan ijarah. Konsep penyewaan meniscayakan keseimbangan
antara kedua belah pihak, sebagai musta’jir penyewa dan mu’jir pemberi sewa. Penyewa adalah pihak yang menyerahkan upah dan mendapatkan
manfaat, sedangkan mu’jir adalah pihak yang memberikan manfaat dan mendapatkan upah.
12
Antara musta’jir dan mu’jir terikat perjanjian selama waktu tertentu sesuai kesepakatan. Selama waktu itu pula, kedua belah pihak menjalankan
kewajiban dan menerima hak masing-masing. Dalam akad Ijarah ini,
11
Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, h. 13
12
Safari Ar Rizki, Tenaga kerja dan Upah Dalam Islam ,Artikel di akses pada 30 Juli 2010 pada http:ekisonline.comindex.php?option=com
77
musta’jir tidak dapat menguasai mu’jir, karena status mu’jir adalah mandiri,
dan hanya diambil manfaatnya saja. Berbeda dengan jual beli, ketika akad selesai maka pembeli dapat menguasai sepenuhnya barang yang dibelinya.
Dalam outsourcing terdapat dua kali bentuk ijarah, yaitu: Pertama
, Ijarah dalam arti sewa-menyewa yang terjadi pada perusahaan otsourcing
dengan perusahaan penggunanya dimana perusahaan penyewa ataupun mengambil manfaat dari barang baik berupa computer atau barang
modern dan tenaga kerja yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan pengguna untuk meningkatkan produktifitas perusahaan.
Kedua , Ijarah dalam arti upah mengupah yang terjadi antara karyawan
dengan perusahaan outsourcing, yakni perusahaan outsourcing memanfaatkan keahlian dari karyawan untuk pekerjaannya. Maka karyawan
juga berhak untuk mendapat upah dari kerja yang telah dilaksanakan. Dan kerja yang dilakukan oleh karyawan adalah mempunyai waktu yang telah
ditentukan oleh perusahaan outsourcing.
13
Kontak kerja antara pengusaha dan pekerja adalah kontrak kerja sama yang harusnya saling menguntungkan. Pengusaha diuntungkan karena
memeroleh jasa dari pekerja untuk melaksanakan pekerjaan tertentu yang dibutuhkan pengusaha. Sebaliknya, pekerja diuntungkan karena
memperoleh penghasilan dari imbalan yang diberikan pengusaha karena
13
M. Syafi’I, Outsourcing Tenaga Kerja Perspektif Ijarah, skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 70
78
memberikan jasa kepada pengusaha. Karena itulah, hubungan ketenagakerjaan di dalam pandangan Islam adalah hubungan kemitraaan
yang harusnya saling menguntungkan tidak boleh satu pihak menzalimi dan merasa dizalimi oleh pihak lainnya.
3. Penyelesaian Perselisihan
Dalam pelaksanaan kegiatan alih daya, berbagai potensi perselisihan mungkin timbul, misalnya berupa pelanggaran peraturan perusahaan oleh
karyawan maupun adanya perselisihan antara karyawan outsourcing dengan karyawan lainnya. Menurut pasal 66 ayat 2 hurup c UU No.13 Tahun
2003, penyelesaian yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja. Jadi, walaupun yang dilanggar oleh karyawan alih
daya adalah peraturan perusahaan pemberi pekerjaan, yang berwenang menyelesaikan perselisihan tersebut adalah perusahaan penyedia jasa
pekerja.
14
Pada dasarnya peraturan pemerintah, baik UUK maupun Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No PER-02MEN1993 Tentang kesepakatan kerja
waktu tertentu, tidak mengatur secara terperinci mengenai penyelesaian perburuhan untuk tenaga kerja waktu tertentu. Mekipun demikian jika
ditinjau lebih jauh, suatu tenga kerja waktu tertentu dengan kata lain tenaga kerja kontrak melakukan suatu pekerjaan di suatu perusahaan berdasarkan
14
Iftida Yasar, Merancang Perjanjian Kerja Outsourcing, h. 48
79
kontrak kerja yang telah dibuat dan ditandatangani oleh tenaga kerja kontrak tersebut serta pihak perusahaan yang mempekerjakannya. Sementara itu,
jika terjadi suatu perselisihan, penyelesaian perselisihan yang dapat dilakukandiambil oleh tenaga kerja kontrak tersebut adalah penyelesaian
perselisihan perburuhan sebagaimana yang tercantum dalam kontrak tersebut.
15
Penyelesaian perselisihan yang diterapkan oleh PT. Permata Indonesia, sebagaimana yang termuat dalam klausul perjanjian, yaitu perselisihan yang
timbul sebagai akibat perjanjian akan diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat, sedangkan apabila perselisihan tidak dapat diselesaikan
secara musyawarah maka masing-masing pihak sepakat untuk menyelesaikannya di pengadilan negeri setempat dan masing-masing pihak
memilih kediaman hukum yang tetap di kepaniteraan Pengadilan Negeri. Sebagaimana dalam Islam, penyelesaian perselisihan pada prinsipnya
boleh dilaksanakan melalui tiga jalan, yaitu a.
Jalan perdamaian shulhu Jalan pertama yang dilakukan apabila terjadi perselisihan dalam
suatu akad adalah dengan menggunakan jalan perdamaian shulhu antara kedua belah pihak. Dalam fiqih pengertian shulhu adalah suatu
15
Hukumonline.com, 53 Tanya Jawab Seputar Tenaga Kerja untuk karyawan dan perusahaan
, penyunting, Yoga Anggoro Jakarta: Visimedia, 2009, cet. 1., h.86
80
jenis akad untuk mengakhiri perlawanan antara dua orang yang saling berlawanan, atau untuk mengakhiri sengketa.
b. Jalan arbitrase tahkim
Istilah tahkim
secara literal berarti mengangkat sebagai wasit atau juru damai. Sedangkan secara terminologis tahkim berarti pengangkatan
seorang atau lebih, sebagai wasit atau juru damai oleh dua orang atau lebih yang bersengketa, guna menyelesaikan perkara yang mereka
perselisihkan secara damai yang ditunjuk langsung oleh dua orang yang bersengketa.
c. Jalan peradilan al-Qadha
Al -qadha secara harfiah berarti antara lain memutuskan atau
menetapkan. Menurut istilah fiqih kata ini berarti menetapkan hukum syara’ pada suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikannya
secara adil dan mengikat. Orang yang berwenang menyelesaikan perkara pada pengadilan semacam ini dikenal dengan qadhi hakim.
4. Berakhirnya Akad
PKWT berakhir pada saat berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam klausul perjanjian kerja.
16
Menurut UUK pasal 61 ayat 1 perjanjian kerja berakhir sebagai berikut:
a. Pekerja meninggal dunia
16
Hukumonline.com, 53 Tanya Jawab Seputar Tenaga Kerja untuk karyawan dan perusahaan
, h. 73
81
b. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
c. Adanya putusan pengadilan danatau putusan atau penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap
d. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
Jika salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu
PKWT, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena hal-hal yang di atas, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar
ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar uah pekerjaburuh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja pasal 62 UUK.
17
Sebab-sebab berakhirnya perjanjian kerja sebagaimana yang tertuang dalam UUK pasal 61 ayat 1 diterapkan juga dalam perjanjian kerja waktu
tertentu di PT Permata Indonesia. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa masalah perburuhan dalam ekonomi Islam diatur oleh hukum-hukum
“kontrak kerja” Ijaroh. Pada prinsipnya Ijarah merupakan akad yang mengikat lazim kedua
belah pihak yang melakukannya. Artinya ketika akad terjadi, masing-masing
17
Hukumonline.com, 53 Tanya Jawab Seputar Tenaga Kerja untuk karyawan dan perusahaan
, h. 77
82
pihak harus menunaikan kewajiban dan menerima hak masing-masing serta tidak boleh membatalkannya fasakh kecuali ada hal-hal yang menurut
ketentuan hokum syara’ dapat dijadikan alasan pembatalan.
18
Adapun hal- hal yang bisa menyebabkan batalnya akad ijarah yaitu:
a. Salah satu pihak meninggal dunia
Mengenai kematian ini, terdapat perbedaan pendapat diantara para fukoha mengenai masalah apakah kematian pihak-pihak yang
melakukan akad mengakibatkan berakhirnya akad. Dalam akad sewa menyewa yang merupakan akad yang mengikat secara pasti dua belah
pihak, penyewa atau yang menyewakan, menurut pendapat ulama-ulama madzhab hanafi mengakibatkan berakhirnya akad. Dengan alasan bahwa
objek sewa menyewa adalah manfaat barang sewa yang terjadinya sedikit-sedikit sejalan dengan waktu yang dilalui. Manfaat barang yang
ada setelah meninggalnya pemilik bukan lagi menjadi haknya sehingga akad tidak berlaku lagi terhadapnya. Berbeda dengan ulama syafi’iyah
memandang manfaat barang sewa semuanya telah ada ketika akad diadakan, tidak terjadi sedikit-sedikit, sehingga kematian salah satu
pihak tidak membatalkan akad.
19
Karena dalam outsourcing yang menjadi objek adalah pekerja maka apabila si pekerja meninggal dunia
18
AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h. 127
19
Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Dalam Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007, Ed. 1, cet. 3, h. 93
83
maka putus akadnya karena yang disewa adalah jasa si pekerja dan hal itu tidak bisa di gantikan.
b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad Ijarah telah berakhir.
c. Berakhir dengan iqalah yaitu pembatalan akad atas dasar kesepakatan
antara kedua belah pihak. d.
Terjadinya kerusakan pada barang sewaan, seperti rumah terbakar atau mobil hilang.
e. Menurut ulama Hanafiyah apabila ada udzur dari salah satu pihak.
Udzur-udzur yang dapat membatalkan akad Ijarah itu, menurut ulama Hanafiyah adalah salah satu pihak mengalami kepailitan dan berpindah
tempatnya penyewa, misalnya seseorang digaji untuk menggali sumur di suatu desa, sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke desa
lain. Akan tetapi menurut jumhur ulama, udzur yang boleh membatalkan akad Ijarah itu hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau
manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir.
20
Sebagaimana yang diterapkan oleh PT. Permata Indonesia dalam hal pemutusan perjanjian kerja yaitu apabila si pekerja
melakukan hal-hal yang dapat merugikan perusahaan atau melanggar apa-apa yang telah dibuat dalam perjanjian kerja tersebut.
20
AH. Azharudin Lathif, Fikh muamalah., h. 128
84