Hasil Penelitian Gambaran Karakteristik Anak Obesitas di Kelas 4-6 SD di SDN III Cirendeu

b. Orang tua gemuk

Keterlibatan faktor genetik dalam meningkatkan faktor risiko kegemukan dan obesitas diketahui berdasarkan fakta adanya perbedaan kecepatan metabolisme tubuh antara satu individu dan individu lainnya. Individu yang memiliki kecepatan metabolisme lebih lambat memiliki risiko lebih besar menderita kegemukan dan obesitas Wahyu, 2009. Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan faktor genetik bahwa anak yang memiliki orang tua gemuk lebih banyak sebesar 71,4, sedangkan anak yang memiliki orang tua tidak gemuk sebesar 28,6. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Faizah 2004 tentang faktor risiko obesitas pada murid sekolah dasar usia 6-7 tahun di semarang rmemperlihatkan berat badan ayah p0,001 tinggi badan ayah p=0,01 berat badan ibu p0,001 dan tinggi badan ibu p=0,003 yang artinya ada hubungan bermakna dari faktor genetik terhadap obesitas. Sejalan dengan penelitian Sartika 2011 yang meneliti tentang Faktor risiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia dengan menggunakan uji bivariat menunjukkan bahwa anak yang memiliki ayah obesitas memiliki peluang obesitas sekitar 1,2 kali dibandingkan dengan anak yang memiliki ayah yang tidak obesitas. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Hamel 2013 yang meneliti tentang analisis riwayat orang tua sebagai faktor risiko obesitas pada anak SD di kota Manado yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara riwayat orang tua obesitas dengan kejadian obesitas pada anak menggunakan uji chi-square didapatkan prevalensi obesitas pada anak SD di kota Manado tahun 2013 padaorang tua obesitas ayah 27 orang 19,9 dan Ibu 31 orang 22,8. Menurut Hidayati 2006, bila kedua orang tua obesitas, 80 anaknya menjadi obesitas, bila salah satu orang tua obesitas kejadian obesitas menjadi 40 dan apabila kedua orang tua tidak obesitas prevalensi menjadi 14. Perubahan lingkungan gizi dalam kandungan menyebabkan gangguan perkembangan organ-organ tubuh terutama kerentanan terhadap pemprograman janin yang nantinya berpengaruh pada diet dan stres, lingkungan merupakan predisposisi timbulnya berbagai penyakit dikemudian hari. Pada faktor genetik kegemukan dapat diturunkan dari generasi ke generasi di dalam sebuah keluarga. Orang tua yang gemuk cenderung memiliki anak yang gemuk pula. Faktor genetik ikut berperan dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran norma yang akan diturunkan kepada bayi selama dalam kandungan.

2. Pola aktivitas

Aktifitas fisik merupakan olah raga serta kegiatan lainnya yang melibatkan gerakan tubuh dan dilakukan sebagai bagian dari bermain, bekerja, berkendaraan aktif, mengerjakan tugas-tugas rumah dan rekreasi WHO, 2015. Penelitian Nurmalina 2011 mengenai aktivitas fisik terbagi menjadi tiga golongan yaitu aktivitas fisik ringan seperti berjalan, duduk, nonton TV, main komputer kemudian aktivitas sedang dimana aktivitas sedang disini termasuk aktivitas yang membutuhkan tenaga dan gerakan otot seperti joging, berenang, bersepeda, berlari kecil, dan bermain musik selanjutnya aktifitas berat yang mana aktivitas berat disini biasanya berhubungan dengan kegiatan yang membutuhkan energi tinggi dan kekuatan seperti bermain sepak bola, aerobik, bela diri, badminton, bola basket dan permainan bola lainnya yang membutuhkan kekuatan dan membuat keringat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola aktivitas dengan persentase terbanyak adalah responden yang melakukan aktivitas rendah atau melakukan sedikit gerakan dimana yang hanya memerlukan energi sedikit seperti berjalan, joging, bersepeda sebanyak 51,4. Berdasarkan penelitian Oktariza 2011 mengenai pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada murid SD 2 Palembang yang menunjukkan nilai OR=2,4 dimana aktivitas fisik mempengaruhi kejadian obesitas pada murid sekolah dasar, kelopok murid yang memiliki aktivitas fisik ringan kemungkinan menderita obesitas 2,4 kali dibandingkan kelompok murid yang memiliki aktivitas fisik berat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ruiz, et al 2006 bahwa aktivitas fisik yang lebih berat pada anak usia 9-10 tahun di Eropa memberikan efek dalam mencegah terjadinya kegemukan dibandingkan dengan anak yang beraktivtas lebih ringan. Penelitian Vogels, et al 2006 menjelaskan terkait rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya obesitas selama masa anak-anak usia 7-12 tahun di Belanda. Pola aktivitas yang minim berperan besar dalam peningkatan risiko kegemukan dan obesitas pada anak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang meneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi obesitas pada anak TK providensia Manado yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik responden yang mengalami obesitas paling banyak dalam kategori rendah dengan persentase 56,7 dan hasil uji statistik nilai p value= 0,04 yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik responden dengan obesitas Rumajar et al, 2015. Obesitas lebih mudah diderita oleh anak yang kurang beraktivitas fisik maupun olahraga yang disebabkan oleh jumlah kalori yang dibakar lebih sedikit dibandingkan kalori yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehingga berpotensi menimbulkan penimbunan lemak berlebih di dalam tubuh Wahyu, 2009.

3. Pola Makan

Pola makan berperan besar dalam peningkatan risiko terjadinya kegemukan dan obesitas pada anak Anonymous, 2004. Hasil penelitian ini menunjukkan pola makan yang kurang dengan persentase 48,6 sedangkan responden dengan pola makan berlebih atau banyak mengkonsumsi makanan jung food maupun fast food dengan persentase 51,4. Penelitian Badjeber et.all 2012, meneliti tentang konsumsi fast food sebagai faktor risiko terjadinya gizi lebih pada siswa SD Negeri 11 Manado mengatakan bahwa beberapa faktor penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan berlebih mengandung kalori tinggi yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan seperti fast food minuman soft drink, dan