UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan diameter 10-20 cm, berduri lunak, berwarna hijau, mempunyai
akar tunggang yang berwarna coklat Dalimartha, 2003.
2.1.3 Kandungan Kimia dan efek farmakologis
Kandungan kimia daun dan bunga tumbuhan sukun mengandung saponin, flavonoid dan tanin, buahnya mengandung tanin, glikosida dan
saponin, sedangkan kulit batangnya mengandung flavonoid. Bunga dan daun sukun mengandung asam amino esensial seperti histidin, isoleusin,
lisin, metionin, triptofan, valin serta mengandung flavonoid, fitosterol, saponin, polifenol dan tannin Depkes RI, 1997; Umar et al., 2007;
Dalimartha, 2003. Khasiat yang bisa diambil dari tanaman ini antara lain untuk
mengobati penyakit liver, hepatitis, sakit gigi, pembesaran limpa, jantung, ginjal, dan sebagai obat penyembuh penyakit kulit, seperti gatal-gatal,
bengkak, borok, dan infeksi kulit lainnya. Bagian bunga dapat digunakan sebagai obat sakit gigi. Bahkan, masyarakat Ambon memanfaatkan kulit
batangnya untuk obat mencairkan darah bagi wanita yang baru 8-10 hari melahirkan. Di Trinidad dan Bahama, dekokta dari daun sukun dipercaya
dapat menurunkan tekanan darah dan menghilangkan asma. Kunyahan daun sukun muda dikatakan dapat menetralkan racun dalam makanan.
Khasiat lain yang bisa diambil dari tanaman ini adalah untuk mengurangi udema karena dalam tanaman ini mengandung flavonoid yang sangat
efektif sebagai antiinflamasi Depkes RI, 1997; Heyne, 1987; Abdassah, Sumiwi dan Hendrayana, 2009.
2.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa fenol terbesar yang terdapat di alam. Senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan kuning
yang ditemukan pada tumbuhan. Flavonoid memiliki 15 atom karbon, terdiri dari 2 cincin benzena yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6.
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki gugus hidroksil yang tidak tersubstitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etil asetat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atau campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstraksi flavonoid dari jaringan tumbuhan. Flavonoid mengandung sistem aromatik
yang terkonyugasi sehingga menunjukan pita serapan pada daerah UV-VIS Markham, 1970.
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran dari flavonoid yang berbeda golongan dan jarang sekali dijumpai hanya
flavonoid tunggal. Flavonoid pada tumbuhan terdapat dalam berbagai bentuk struktur molekul dengan beberapa bentuk kombinasi glikosida.
Golongan senyawa ini memiliki struktur yang hampir seragam sehingga tidak terlalu sulit ditetapkan Harborne, 1987.
Gambar 2. Struktur dasar flavonoid Harborne, 1987
Metode standar penetapan flavonoid adalah dengan melakukan hidrolisis dan refluks terlebih dahulu kemudian beberapa kali partisi.
Kurva baku yang digunakan umumnya adalah flavonoid rutin atau kuersetin Azis, Rahayu dan Teruna, 2011.
Rutin 3,3’,4’,5,7−pentahydroxyflavone−3−rhamnoglucoside
adalah flavonoid jenis flavonol yang terdiri dari flavonol dan kuersetin
rutinose dan disakarida rhamnosa dan glukosa. Rutin hampir tidak larut
dalam air dan sangat tidak stabil sehingga membatasi aplikasinya di bidang industri, tetapi rutin memiliki kelarutan yang tinggi dalam metanol
Sun,Jiang Pan, 2011.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 3. Struktur rutin Sun,Jiang Pan, 2011.
2.3 Siklodekstrin
Siklodekstrin merupakan oligosakarida siklik yang mengandung setidaknya enam unit D-+-glukopiranosa yang terikat oleh ikatan
glukosida α 1, 4. Ada tiga jenis siklodekstrin alami yaitu α-siklodekstrin,
- siklodekstrin dan -siklodekstrin yang masing-masing strukturnya terdiri
dari 6, 7 dan 8 unit D-+ glukopiranosa, yang masing-masing memiliki perbedaan, yaitu berbeda ukuran dan kelarutannya. Siklodekstrin berupa
bubuk kristal putih, praktis tidak berbau, memiliki rasa sedikit manis, beberapa turunan siklodekstrin terjadi sebagai bubuk amorf Raymond,
Sheskey Quinn, 2009.
Gambar 4. Struktur siklodekstrin A, bentuk steroid molekul -siklodeskstrin B Loftsson and Brewster, 1996
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan jumlah unit D-+glukopiranosa yang dimilikinya, ada tiga jenis siklodekstrin, yaitu Raymond, Sheskey Quinn, 2009:
1 α-siklodekstrin disebut juga alfadex, alfa-sikloamilosa, alpha-dekstrin,
sikloheksaamilosa atau siklomaltoheksosa yang mengandung 6 unit D-+
glukopiranosa. 2
-siklodekstrin disebut juga betadex, beta sikloamilosa, beta dekstrin, sikloheptaamilosa atau siklomaltohepisosa yang mengandung 7 unit D-
+glukapiranosa. Berat molekul 1135 dengan rumus empiris C
42
H
70
O
35
. Titik lebur yaitu 225-265
o
C. Kelarutannya yaitu larut dalam 1:200 propilen glikol, larut dalam 1:50 air suhu 20
o
C, larut dalam 1:20 air suhu 50
o
C, praktis tidak larut aseton, etanol 95 dan metilen klorida. -siklodekstrin berfungsi sebagai peningkat kelarutan karena
mengandung struktur tipe kerucut terpotong. Permukaan luar bersifat hidrofilik sehingga mudah larut dalam air karena terdapat gugus hidroksil
sedangkan bagian kerucut dalam bersifat hidrofobik sehingga molekul tamu terperangkap di dalam rongga siklodekstrin karena terdapat gugus
oksigen eter glikosidik di O-4 dan gugus hidrogen yang terikat pada C-3 dan C-
5 dimana obat dapat berikatan sebagian atau seluruhnya dengan - siklodekstrin tanpa ikatan kovalen, interaksi untuk kompleksasi
siklodekstrin umumnya van der waals, hidrofobik, hidrogen dan hidroksil Radi, 2010; Sinko, 2006.
3 –siklodekstrin disebut juga gamma-dekstrin atau siklooktaamilosa yang
mengandung 8 unit D-+glukapiranosa.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1. Karakteritik siklodekstrin Aleem, 1988 Karakteristik
α-cd -cd
-cd Unit glukosa
6 7
8 Berat molekul
972 1135
1297 kelarutan
g100ml 14,5
1,85 23,2
diameter Å 4,7-5,3
6-6,5 7,5-8,5
volume rongga Å
174 262
472
bentuk kristal
dari air Lempengan
heksagon al
Parallelogram monoklo
nik Prisma
kuadrat ik
kristal air 10,2
13,2-14,5 8,13-17,7
Pka 25°C 12,3312
12,202 12,081
2.4 Kompleks Inklusi