UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak
Data hasil pemeriksaan fraksi etil asetat daun sukun terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. Hasil Karakterisasi Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Jenis Karakterisasi
Hasil Parameter spesifik
a. Organoleptik Bentuknya padat, bewarna
coklat kehijauan, bau aromatik dan rasa tawar.
b. Kadar flavonoid 32,79
Parameter non spesifik a. Susut pengeringan
bb 4,79
b. Kadar air bb 3,3119
c. Kadar abu total bb
0,99
Fraksi Etil Asetat daun sukun yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong, yang diperoleh
dengan cara melakukan ekstraksi daun sukun tua dan kering menggunakan etanol 70, ekstrak etanol dipartisi dengan n-heksana
selanjutnya fase air dipartisi dengan etil asetat sehingga diperoleh fraksi
etil asetat daun sukun Umar et al, 2007.
Sebelum dilakukan formulasi terlebih dahulu fraksi etil asetat daun sukun dikarakterisasi. Tujuan karakterisasi sebagai penjamin mutu
produk akhir suatu obat, ekstrak atau produk ekstrak yang konstan Azis, Rahayu dan Teruna, 2011; Rohyami, 2000; Depkes, 2000
Untuk menjamin mutu dari ekstrak tanaman obat, perlu dilakukan penetapan standar mutu spesifik dan non-spesifik agar nantinya ekstrak
terstandar dan dapat digunakan sebagai senyawa aktif yang dapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dipertanggungjawabkan. Parameter spesifik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian organoleptik dan pengujian kadar total
flavonoid dalam fraksi etil asetat daun sukun. Parameter organoleptik bertujuan memberikan pengenalan awal bahan secara objektif berupa
bentuk warna, bau, dan rasa yang dapat dipengaruhi oleh penyimpanan sehingga mempengaruhi khasiatnya Depkes 2000. Secara organoleptik,
fraksi etil asetat daun sukun berwarna coklat kehijauan, bau aromatik dan
rasa tawar.
Pada penelitian ini penentuan kadar total flavonoid menggunakan standar rutin. Hal ini dikarenakan golongan flavonoid yang tersebar di
alam sebagian besar adalah golongan flavon dan flavonolol, salah satunya rutin Markham, 1970.
Tujuan penentuan senyawa kimia penanda dari suatu ekstrak tanaman adalah untuk mengetahui senyawa kimia spesifik yang terdapat
di dalam ekstrak tersebut baik secara kualitatif maupun kuantitatif Azis,
Rahayu dan Teruna, 2011; Rohyami, 2000.
Spektrum penyerapan flavonoid terdiri dari dua pita serapan. Pita I memiliki range antara 300-380 nm yang berhubungan dengan cincin B
dengan A max sekitar 350-370 nm, sedangkan pita II berada pada range 240-280 nm yang berhubungan dengan cincin A-C dengan A max
sekitar 260-270 nm Cvetkovic, Markovic, Radovanovic, Cvetkovic 2,
2011.
Panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu pada 257,3 nm dan 358,2 nm lampiran 5. Pengukuran dilakukan pada panjang
gelombang 358,2 nm. Tujuan pengambilan panjang gelombang ini agar tidak terganggu oleh absorbansi polimer yang terdapat pada range 240
– 260 nm. Panjang gelombang maksimal polimer ß-siklodesktrin adalah
240,3 nm sehingga jika dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 257,3 nm dikhawatirkan bukan hanya absorbansi flavonoid yang terbaca.
Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi y = - 0,0154 + 0,0307x dengan nilai R = 0,9998, yang menunjukkan garis regresi linear, data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8. Berdasarkan kurva
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kalibrasi di atas di peroleh kadar total flavonoid dari fraksi etil asetat
daun sukun sebesar 32,79 , yang dapat dilihat pada lampiran 9.
Parameter nonspesifik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah susut pengeringan, kadar air dan kadar abu total. Penetapan susut
pengeringan bertujuan untuk mengetahui rentang batas maksimal banyaknya senyawa yang hilang pada proses pengeringan Depkes,
2000. Kadar susut pengeringan pada fraksi etil asetat daun sukun adalah 4,79. Hasil susut pengeringan masih memenuhi syarat yaitu 10
Anonim, 2000. Kadar air bertujuan untuk mengetahui batasan minimal besarnya
kandungan air di dalam bahan Depkes, 2000. Kadar air pada fraksi etil asetat daun sukun adalah 3,3119 . Hasil kadar air yang diperoleh telah
memenuhi syarat sebagai bahan baku obat yang berasal dari alam yaitu 10 dan diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan mikroba di
dalam fraksi etil asetat daun sukun Kepmenkes, 1994. Penetapan kadar abu total bertujuan untuk menentukan
karakteristik sisa kadar abu non-organik setelah pengabuan, dimana kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan yang terdiri dari
garam organik dan garam non-organik Depkes, 2000. Besarnya kadar abu total dalam serbuk fraksi etil asetat daun sukun mengindikasikan
bahwa fraksi etil asetat daun sukun memiliki kandungan mineral yang rendah. Kadar abu total ekstrak sebesar 0,99 , untuk perhitungan dapat
dilihat pada lampiran 4.
4.2 Hasil Pencampuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-