BAB IV UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN MASYARAKAT
JIKA TIDAK MENERIMA PENETAPAN YANG DILAKUKAN PEMERINTAH
A. Keberatan
Wajib Pajak PBB memiliki hak untuk mengajukan keberatan atas penetapan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh fiskus apabila ia tidak setuju dengan
besanya penetapan pajak tersebut. Keberatan yang diajukan oleh waijb pajak pada dasarnya mengandung arti wajib pajak membantah atau tidak sependapat atau isi
SPPT atau SKP PBB yang diterbitkan oleh KPPBBKPP Pratama, karena tidak atau kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Keberatan atas penetapan pajak
merupakan hak wajib pajak yang dijamin oleh undang-undang dalam rangka memberikan keadilan pemenuhan kewajiban pajak. Adanya hak mengajukan
keberatan membuat terjadinya kesimbangan antara wajib pajak dan fiskus serta menjamin wajib pajak terhindar dari kesewenangan Fiskus. Lembaga keberatan yang
diberikan kepada wajib pajak membuat penetapan pajak yang dilakukan oleh fiskus bulum final dan masih menjadi tanggung jawab pajak. Dengan demikian penetapan
pajak masih dapat ditinjau kembali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bukti bahwa penetapan pajak tersebut adalah tidak benar.
Hak untuk mengajukan keberatan ini harus dilakukan oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan tentang keberatan PBB diatur dalam Pasal
15 dan 16 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB. Sebagai aturan pelaksanaannya, mulai tahun 2000 diberlakukan Keputusan Jenderal Pajak Nomor
106
Universitas Sumatera Utara
Kep–59PJ.62000 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan yang berlaku sejak tanggal ditetapkan, yaitu tanggal 10 Maret
2000, hanya saja mengingat banyaknya perkembangan dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir, khususnya berkaitan dengan Reorganisasi Direktur Jenderal Pajak
dengan dihapuskanya kantor Pelayanan PBB dan disatukan dengan kedalam KPP Pratama, serta dalam rangka memberikan kepastian hukum dan meningkatkan
pelayanan kepada wajib pajak, Direktorat Jenderal Pajak perlu memandang perlu mengatur kembali tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan menerbitkan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-25PJ2009 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan, yang mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan, yaitu 16 maret 2009. Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-25 PJ2009 mulai berlaku, Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor 59PJ2000 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, kecuali untuk keberatan yang diajukan sebelum berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor Per-25PJ 2009.
62
1. Alasan Pengajuan Keberatan
Sesuai dengan Pasal 15 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB, Wajib Pajak dapatmengajukan keberatan pada Direktur Jenderal
Pajak atas : a.
Surat Pemberitahuan tentang Pajak Terutang SPPT; dan atau b.
Surat Ketetapan Pajak SKP PBB.
63
62
Marihot P. Siahaan, Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia, Teori dan Praktek, Yokyakarta, Graha Ilmu, 2009, Hal. 405.
63
Undang–undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB, Pasal 15 Ayat 1
Universitas Sumatera Utara
Keberatan terhadap SPPT dan SKP PBB harus diajukan masing–masing dalam satu surat keberatan tersendiri untuk setiap tahun pajak. Wajib pajak dapat
mengajukan keberatan atas SPPT atau SK PBB dalam hal: a.
Wajib Pajak menganggap luas objek bumi dan atau bangunan atau NJOP bumi dan bangunan yang tercantum dalam SPPT atau SKP PBB tidak
sebagaimana mestinya tidak sesuai dengan keadaannya sebenarnya, dan atau b.
Terdapat perbedaan penafsiran peraturan perundang–undangan PBB antara wajib pajak dengan fiskus, misalnya:
1 Penetapan Subjek pajak sebagai wajib pajak;
2 Objek pajak yang seharunya tidak kenakan PBB;
3 Penerapan nilai Jual Kena Pajak NKJP, standart Investasi Tanaman
SIT Run Of Mine ROM Free on Board FOB, atau Free On Rail For 4
Penentuan saat pajak terutang; dan atau 5
Tanggal jatuh tempo. 2. Tata Cara Pengajuan Keberatan
Keberatan dapat diajukan secara perseorangan atao kolektif untuk SPPT,
atau perseorangan harus memenuhi persyaratan di bawah ini: a.
Satu surat Keberatan untuk satu SPPT atau SKP PBB b.
Diajukan secara tertulis dalan bahasa Indonesia. c.
Keberatan diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak dan Pajak dan disampaikan kepada KPP Pratama yang wilayah kerjanya meliputi objek
pajak, atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan KP2KP dalam wilayah KPP Pratama yang bersangkutan baik secara
alngsung atau melalui Pos dengan bukti pengiriman surat. Dalam hal diajukan melalui KP2KP, berkas keberatan harus diteruskan oleh KP2KP ke KPP
Universitas Sumatera Utara
Pratama dalam jangka waktu paling lama tiga hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya berkas keberatan.
d. Pengajuan Keberatan dilampiri dengan asli SPPT atau SKP PBB yang
diajukan keberatan. e.
Dalam pengajuan Keberatan dikemukakan jumlah PBB yang turutang menurut perhitungan wajib pajak disertai dengan alasan yang mendukung
pengajuan keberatannya. f.
Keberatan diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP PBB, kecuali apabila wajib pajak atau kuasanya dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaanya diluar kekuasaannya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi waktu yang
cukup kepada wajib pajak untuk mempersiapkan surat keberatan berserta alasannya. Apabila ternyata batas waktu tuga bulan tersebut tidak dapat
dipenuhi oleh wajib pajak karena keadaan diluar kekuasaanya Force majeur misalnya wajib sedang sakit atau kena musibah atau bepergian keluar negeri
dalam jangka waktu tiga bulan tersebut, maka tenggang waktu tersebut masih dapat dipertimbangkan untuk diperpanjang oleh Direktur Jenderal Pajak. Hal
ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian batasan waktu wajib pajak mempergunakan haknya. Apabila wajib pajak dalam jangka waktu tiga bulan
sejak menerima surat ketetapan pajak tidak mengajukan keberatan wajib pajak dianggap menerima penetapan pajak yang dilakukan oleh Direktur Jenderal
Pajak
Universitas Sumatera Utara
g. Surat keberatan ditanda tangani oleh wajib pajak, dan dalam hal surat
keberatan ditandatangi oleh bukan wajib pajak, berlaku ketentuan berikut ini: 1.
Harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus, untuk wajib pajak orang pribadi dengan PBB yang terutang lebih banyak dari Rp, 2.000.000,00
atau wajib pajak badan atau;
2. Harus dilampiri dengan Surat Kuasa, untuk wajib pajak orang pribadi
dengan PBB yang terutang paling banyak Rp. 2.000.000l,00
h. Dalam hal wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan dalam SKP PBB
yang dikeluarkan dalam hal SPOP tidak disampaikan oleh subjek pajak dalam jangka waktu paling lama 30 hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh
subjek pajak dan ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, wajib pajak yang bersangkutan harus dapat
membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak secara jabatan. Apabila wajib pajak tidak dapat membuktikan ketidakbenaran SKPPBB secara jabatan itu,
maka keberatannya ditolak. i.
Pengajuan keberatan dapat disampaikan langsung ke KPP Pratama setempat atau dikirim melalui Pos dengan surat tercatat. KPP Pratama setelah
menerima surat keberatan dari wajib pajak memberikan tanda terima. Tanda penerimaan Surat keberatan yaang diberikan oleh Pejabat Direktorat Jenderal
Pajak dalam hal ini pegawai KPP Pratama yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman Surat keberatan melalui Pos tercatat dan sejenisnya
merupakan tanda bukti penerimaam surat keberatan bagi kepentingan wajib pajak.
Pengajuan keberatan dilakukan secara kolektif harus memenuhi persyaratan dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
a Satu Pengajuan keberatan dilakukan untuk beberapa SPPT tahun pajak
yang sama. b
Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia. c
PBB yang terutang untuk setiap SPPT paling banyak Rp. 2.000.000,00. d
Keberatan diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak dan disampaikan kepada KPP Pratama yang wilayah kerjanya meliputi letak Objek pajak,
atau KP2KP dalam, wilayah KPP Pratama yang bersangkutan baik secara langsung atau melalui pos dengan bukti pengiriman surat. Dalam hal ini
diajukan melalui KP2kp, berkas keberatan harus diteruskan oleh KP2KP ke KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama tiga hari kerja terhitung
sejak tanggal diterimanya brkas keberatan.
e Keberatan diajukan melalui kepala desalurah setempat.
f Pengajuan keberatan dilampiri dengan asli SPPT yang diajukan keberatan
g Dalam pengajuan keberatan dikemukakan jumlah PBB yang terutang
menurut penghitungan wajib pajak desertai dengan alasan yang mendukung pengajuan keberatan.
h Keberatan diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak diterimanya
SPPT, kecuali apabila wajib pajak melalui kepala desalurah setempat dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena
keadaan diluar kekuasaannya.
i Pengajuan keberatan dapat disampaikan langsung ke KPP Pratama
setempat atau dikirim melalui pos dengan surat tercatat. KPP Pratama setelah menerima surat keberatan dari wajib pajak memberikan tanda
terima. Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh pejabat Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini pegawai KPP Pratama yang
ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman surat keberatan melalui pos tercatat atau sejenisnya merupakan tanda bukti penerimaan surat keberatan
bagi kepentingan wajib pajak.
Tanda bukti penerimaan surat keberatan sangat diperlukan untuk memenuhi ketentuan formal. Diterima atau tidaknya hak mengajukan surat
keberatan dimaksud, tergantung pada dipenuhinya ketentuan batas waktu pengajuan keberatan, yang dihitung mulai dari saat diterimanya surat keberatan
tersebut oleh Direktorat Jenderal Pajak. Tanggal penerimaan surat keberatan yang dijadikan dasar untuk memproses surat keberatan adalah:
a. Tanggal terima surat keberatan, dalam hal disampaikan secara langsung oleh
wajib pajak atau kuasanya kepada petugas TPT atau petugas yang ditunjuk; atau
Universitas Sumatera Utara
b. Tanggal tanda pengiriman surat keberatan, dalam hal disampaikan melalui pos
dengan bukti pengiriman surat.
Untuk memperkuat alasan pengajuan keberatan, pengajuan keberatan desertai dengan:
a. Fotocopy identitas wajib pajak, dan fotocopy identitas kuasa wajib pajak
dalam hal dikuasakan; b.
Fotocopy bukti kepemilikan tanah; c.
Fotocopy Izin Mendirikan Bangunan IMB, dan atau d.
Fotocopy bukti pendukung lainnya. Pengajuan keberatan yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
diatas, dianggap bukan sebagai surat keberatan sehingga tidak dapat dipertimbangkan. Dalam hal pengajuan keberatan tidak dapat diperimbangkan,
Kepala KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama sepuluh hari kerja sejak tanggal penerimaan surat keberatan, harus memberitahukan secara tertulis disertai
alasan yang mendasari kepada: a.
Wajib pajak atau kuasanya dalam hal pengajuan keberatan dilakukan secara perseorangan; atau
b. Kepala desalurah setempat dalam hal pengajuan keberatan dilakukan secra
kolektif.
Dalam hal pengajuan keberatan tidak dapat dipertimbangkan karana masih terdapat syarat yang belum dipenuhi, wajib pajak masih dapat mengajukan
keberatan mengenai kembali sepanjang memenuhi jangka waktu: a.
Tiga bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP PBB dalam hal pengajuan kebertan dilakukan secara perseorangan, kecuali apabila wajib
pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi kareana keadaan diluar kekuasaannya; atau
b. Tiga bulan sejak diterimanya SPPT dalam hal pengajuan keberatan dilakukan
secara kolektif, kecuali apabila wajib pajak melalui kepala desalurah setempat dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaannya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk keperluan pengajuan keberatan, wajib pajak dapat meminta keterangan secara tertulis mengenai dasar pengenaan dan atau penghitungan PBB
yang terutang kepada kepala KPP Pratama. Hal ini diperlukan oleh wajib pajak agar dapat mengajukan keberatan secara benar dan mendalam tentang alasan
keberatan dan dapat melampirkan data pendukung yang sesuai dengan pengajuan keberatan dimaksud. Kepala KPP Pratama harus memberi keterangan yang
diminta oleh wajib pajak dalam jangka waktu paling lama sepuluh hari kerja sejak surat permintaaan wajib pajak diterima. Jangka waktu pemberian keteranan oleh
kepala KPP Pratama atas permintaan wajib tidak menunda jangka waktu pengajuan keberatan.
3. Pejabat Yang Berwenang Menyelesaikan Permohonan Keberatan
Sesuai dengan ketentuan Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang PBB, yang berwenang untuk memberikan keputusan atas
keberatan yang diajukan oleh wajib pajak adalah Direktur Jenderal Pajak. Hanya untuk efektivitas penyelesaian pengajuan permohonan keberatan wajib pajak yang
meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia, maka kewenangan dimaksud telah didelegasikan kepada pejabat vertikal ditingkat bawah. Sesuai dengan Pasal 7 ayat
1 dan 2 keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor kep-59PJ.62000 pejabat yang berwenang untuk memberikan keputusan adalah:
64
a. Kepala KPPBBDKPP Pratama atas nama Direktur Jenderal Pajak berwenang
memberikan keputusan atas pengajuan keberatan dengan jumlah pajak yang terutang tidak lebih besar dari Rp. 500.000.000,00; dan
64
Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor : Kep-59PJ.62007, ayat 1 dan 2
Universitas Sumatera Utara
b. Kepala kantor wilayah Direktorat Jenderal pajak atas nama Direktur Jenderal
Pajak berwenang memberikan keputusan atas pengajuan keberatan dengan jumlah pajak yang terutang lebih besar dari Rp. 500.000.000,00.
Arestasi atau kewenangan untuk menyelesaikan permohonan keberatan yang diajukan oleh wajib pajak yang sebelumnya diatur dalam Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-59PJ.62000 diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-25PJ2009, dimana Kepala KPP Pratama
tidak lagi diberi kewenangan untuk memberikan keputusan keberatan. Hal ini disesuaikan dengan reorganisasi di Derektorat Jenderal Pajak dimana pejabat
yang menerbitkan SPPT atau SKP PBB tidak boleh memberikan keputusan apabila ada sengketa pajak terhadap ketetapan pajak yang ditertibkannya, dalam
hal ini pengajuan keberatan PBB. Untuk menjaga independensi dari pejabat pajak, maka pejabat yang memberikan keputusan keberatan harus berbeda dengan
pejabat yang menerbitkan SPPT atau SKP PBB. Dengan demikian saat ini yang berwenang untuk memberikan keputusan keberatan adalah Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak atau langsung dilakukan oleh Direktur Pajak sendiri.
Sesuai dengan Pasal 8 peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 25PJ2009 pejabat yang berwenang untuk keputusan keberatan adalah:
a. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kanwil DJP atas nama
Direktur Jenderal Pajak berwenang memberikan keputusan atas pengajuan keberatan dengan PBB yang terutang paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 Satu
milyar lima ratus juta rupiah.
b. Direktur Jenderal Pajak berwenang memberikan keputusan atas pengajuan dalam hal PBB yang terutang lebih banyak dari Rp. 1.500.000.000,00 Satu milyar lima
ratus juta rupiah.
Universitas Sumatera Utara
Apabila kewenangan memberikan keputusan keberatan berada pada Kepala Kanwil DPJ, Kepala KPP Pratama meneruskan berkas pengajuan
keberatan kepada kepala Kanwil DJP dalam jangka waktu paling lama: a.
Sepuluh hari kerja sejak tanggal penerimaan surat keberatan dalam hal penelitian dilaksanakan oleh Kanwil DJP; atau
b. Dua bulan sejak tanggal penerimaan surat keberatan dalam hal penelitian
dilaksanakan oleh KPP Pratama, disertai laporan hasil penelitian keberatan.
Dalam hal kewenangan memberikan keputusan keberatan pada Direktur Jenderal Pajak, Kepala KPP Pratama meneruskan berkas pengajuan
keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama sepuluh hari kerja sejak tanggal penerimaan surat keberatan. Ketentuan tentang
jangka waktu meneruskan permohonan keberatan yang disampaikan ke KPP Pratama harus diperhatikan oleh Kepala KPP Pratama yang bersangkutan agar
permohonan keberatan wajib pajak dapat diproses sebagaimana mestinya. 4. Ketentuan Penyelesaian Keberatan
Setiap permohonan yang diteriman oleh Direktur Jenderal Pajak yang ditunjuk harus diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan
penyelesaian keberatan yang harus diikuti oleh Direktur Jenderal Pajak adalah sebagai mana dibawah ini:
a. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak
tanggal surat keberatan diterima, memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. Dalam pelaksanaan pemberian keputusan keberatan, Kepala Kanwil
DJP atau Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak terhitung tanggal penerimaan surat keberatan harus memberikan suatu
keputusan atas pengajuan keberatan dari wajib pajak. Undang-undang PBB memberikan jangka waktu yang cukup panjang bagi fiskus untuk memberikan
keputusan keberatan. Adanya pembatasan jangka waktu keputusan keberatan memberi keseimbangan dan keadilan bagi wajib pajak dan fiskus tentang
Universitas Sumatera Utara
batasan waktu masing-masing pihak dalam menggunakan hak dan kewenangannya.
b. Keputusan keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
menolak, atau menambah besarnya jumlah PBB yang terutang. c.
Apabila jangka waktu 12 bulan terhitung sejak tanggal surat keberatan telah terlampaui dan keputusan belum diterbitkan, pengajuan keberatan dianggap
dikabulkan dan diterbitkan keputusan sesuai dengan pengajuan wajib pajak dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung sejak jangka waktu
dimaksud berakhir. Ketentuan ini di maksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak, yaitu apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak
tanggal diterimanya surat keberatan, Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan maka keberatan tersebut
dinyatakan sesuai hukum diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum baik bagi wajib pajak
maupun fiskus dalam rangka tertib administasi.
d. Dalam hal keputusan keberatan menyebabkan perubahan data dalam SPPT
atau SKP PBB, KPP menerbitkan SPPT atau SKP PBB baru berdasarkan keputusan keberatan tanpa merubah saat jatuh tempo pembayaran.
e. SPPT atau SKP PBB tersebut tidak bisa di ajukan keberatan.
f. Dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima oleh
KPP Pratama, wajib pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sepanjang surat keputusan belum di terbitkan. Hal ini
merupakan hak wajib pajak yang harus diperhatikan oleh fiskus, oleh karena itu fiskus juga harus mempertimbangkan alasan tambahan yang diajukan oleh
wajib pajak sehingga dapat mengambil keputusan dengan akurat atas pengajuan keberatan wajib pajak. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa alasan
tambahan ini harus diajukan oleh wajib pajak sebelum keputusan keberatan diberikan oleh fiskus. Apabila alasan dikemukakan setelah terbitnya
keputusan maka alasan tambahan tersebut tidak perlu diperhatikan oleh fiskus.
Keputusan atas pengajuan ditetapkan berdasarkan hasil penelitian dikantor dan apabila diperlukan, dapat dilanjutkan dengan penelitian dilapangan.
Penelitina dilakukan berdasarkan surat tugas dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian. Dalam hal ini dilakukan penelitian dilapangan, pejabat
serendah-rendahnya setingkat eselon III dalam praktik adalah kepala KPP Pratama atau Kepala Bidang Pengurangan, keberatan, dan banding pada kantor
wilayah DJP atau kepala Subdirektorat Jenderal Pajak terlebih dahulu
Universitas Sumatera Utara
memberitahukan secara tertulis waktu pelaksanaan penelitian dilapangan kepada wajib pajak.
Dalam hal kewenangan keputusan berada pada Kepala Kanwil DJP, penelitian dilaksanakan oleh petugas pajak sebagaimana dibawah ini:
a. Petugas pada Kanwil DJP dalam hal letak objek pajak berada dalam satu
kabupatenKota dengan tempat kedudukan Kanwil DJP. b.
Petugas pada kanwil DJP dalam hak letak obej pajak berada titik dalam satu Kabupaten kota dengan tempat kedudukan kanwil DJP dan keberatan
diajukan secara perseorangan. Pembagian Kewenangan pelaksanaan penelitian oleh Kanwil DJP atau KPP Pratama ditetapkan dengan keputusan
Kepala Kanwil DJP.
c. Petugas pada KPP Pratama dalam hal letak objek pajak berada tidak dalam
satu kabupaten kota dengan tempat kependudukan kanwil DJP dan keberatan diajukan secara kolektif.
5. Jenis Keputusan Keberatan Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagaian, menolak,atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang, selain itu keputusan keberatan juga dapat berupa tidak dapat diterima.
Dasar pemeberhentian Keputusan keberatan adalah sebagaimana dibawah ini. a.
Keberatan diterima seluruhnya apabila databukti-bukti yang disampaikan dalam pengajuan keberatan tersebut selruhnya terbukti kebenarannya. Dalam
hal diatas pajak yang terutang adakan diadakan pembetulan, sesuai dengan data objek yang disampaikan.
b. Keberatan diterima sebagaian apabila databukti-bukti yang disampaikan
dalam pengajuan keberatan tersebut hanya sebagain saja yang terbukti kebenarannya. Dalam hal ini besarnya pajak yang terutang akan disesuaikan
menurut keadaan yang sebenarnya dan dan pada SPPT dan atau SKP PBB diadakan pembetulan seperlunya.
c. Keberatan ditolak apabila apabila data bukti diajukan oleh wajib pajak tidak
memenuhi persyaratan dan atau tidak terbukti kebenarannya apabila dibandingkan dengan databukti-bukti yang diperoleh dari SPOP atau
instansipihak lain yang terkait.
d. Jumlah pajak yang terutang ditambah apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
terhadap objek pajak ternyata diperoleh terbukti adanya data baru yang tadinya belum terungkap atau belum dilaporkan menunjukkan bahwa data
Universitas Sumatera Utara
objek paja yang tertera pada SPPT atau SKP PBB ternyata lebih kecil dari yang sebenarnya, sehingga besarnya pajak pada SPPT atau SKP PBB lebih
dari kecil yang seharusnya terutang. Atas keputusan keberatan yang diterbitkan wajib pajak diminta untuk melakukan pembayaran kekurangan
pajak apabila ternyata berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat kekurangan pembayaran pajak
e. Keberatan tidak dapat diterima apabila permohoan keberatan yang diajukan
oleh wajib pajak tidak memenuhi ketentuan formal yang telah ketentuan formal yang telah ditentukan Misalnya permohona diajukan lebih dari tiga
bulan sejak diterimanya SPPT atau SKP PBB tanpa menunjukkan adanya keadaan fors majeur
6. Pelaksanaan Keputusan Keberatan Keputusan keberatan disampaikan kepada wajib pajak untuk dapat
dilaksanakan, apabila wajib pajak yang bersangkutan tidak sependapat dengan surat keputusan yang diterbitkan oelh kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal
Pajak atau kepala KPPBB, wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan keberatan yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal atau yang ditunjuk bukanlah keputusan Final, tetapi wajib pajak masih diberikan upaya hukum untuk memperoleh penyelesaian sengketa pajak
oelh perasilan pajak yang bersifat independen. Untuk memberikan kepastian hukum, apabila dikemudian hari diketahui adanya kesalahan atau kekeliruan
dalam keputusan keberatan, Kepala Kanwil DJP atau direktur Jenderal Pajak dapat melakukan perbaikan atau perbaikan atau pembetulan atas kesalahan atau
kekeliruan tersebut dengan menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. 7. Pengajuan Keberatan dan Kewajiban Perpajakan
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak pelaksanaan penagihan pajak. Mengingat keputusan atas pengajuan keberatan
yang dilakukan oleh wajib pajak adalah maksimal 12 bulan sejak diterimanya
Universitas Sumatera Utara
permohonan keberatan, maka dimungkinkan keputusan dimaksud diterbitkan setelah lewa jatuh tempo Pembayaran SPPT atau SKP PBB. Karena itu walau pun
wajib pajak mengajukan permohonan keberatan, kewajiban pembayaran tetap harus dilaksnakannya. Apabila sampai dengan jatuh tempo pembayaran Pajak
ternyata tidak melunasi hutang pajak sebagaimana mestinya walaupun pengajuannya keberatan belum diputuskan, maka kepada wajib pajak tersebut
akan dikenakan sanksi keterlamapatan pembayaran pajak dan kepadanya dapat dilakukan tindakan Penagihan pajak secara aktif oleh fiskus. Apabila ternyata
keberatan wajib pajak dikabulkan terdapat kelebihan pembayaran pajak terutang maka kelebihan pembayaran pajak tersebut akan dikembalikan kepada wajib
pajak. 8. Imbalan Bunga Apabila Permohonan Keberatan Dikabulkan Sebagian
Seluruhnya. Apabila pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya
sementara wajib pajak telah melunasi PBB Terutang dalam SPPT atau SKP PBB sebelum Surat Keputusan keberatan diterbitkan, akan terdapat kelebihan
pembayaran pajak. Kelebihan pembayaran PBB tersebut tetap merupakan hak wajib pajak dan harus dikembalikan kepada wajib pajak. kelebihan Pembayaran
pajak dimaskud dikembalikan kepada wajib pajak dengan ditambah imbalan bungan 2 sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 Bulan dihitung sejaka
tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan siterbitkannya kelebihan pembayaran pajak sampai dengan siterbitkannya
keputusan keberatan. Hal ini memberikan kepastian bahwa atas pembayaran pajak
Universitas Sumatera Utara
yang telah dilakukan yang ternyata tidak merupkan pajak terutang tetap menjadi hak wajib pajak dan akan dikembalikan kepada wajib pajak. Untuk tidak
merugikan wajib pajak maka kepada wajib pajak diberikan imbalan bunga atas kelebihan pembayaran pajak yang telah dilakukannya.
B. Banding