Banding UPAYA HUKUM YANG DILAKUKAN MASYARAKAT

yang telah dilakukan yang ternyata tidak merupkan pajak terutang tetap menjadi hak wajib pajak dan akan dikembalikan kepada wajib pajak. Untuk tidak merugikan wajib pajak maka kepada wajib pajak diberikan imbalan bunga atas kelebihan pembayaran pajak yang telah dilakukannya.

B. Banding

1. Ketentuan Banding Pajak Bumi dan Bangunan Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya apabila wajib pajak merasa tidak puas atas jawaban keputusan keberatan yang diterbitkan oleh fiskus, wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan banding. Semula ketentuan tentang banding PBB diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB. Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 ketentuan Pasal 17 ini dihapuskan, karena itu pengajuan banding tidak lagi didasarkan pada Undang–undang PBB. Untuk mencegah kefakuman dasar hukum, maka Undang– undang Nomor 12 Tahun 1994 mengubah Pasal 23 sehingga berbunyi: “Terhadap hal–hal yang tidak diatur secara khusus dalam Undang–undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang nomor 69, Tambahan Lembaran Negara 3566 serta peraturan perundang–undangan lainnya” Dalam pelaksanaan pemungutan pajak di Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Karena ketentuan dalam Undang-Undang KUP sebagaimana Dimaksud dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 beserta dengan semua perubahannya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang PBB pengajuan banding PBB mengikuti ketentuan tentang banding yang diatur dalam Undang-Undang KUP, yaitu ketentuan dalam Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang KUP yang menyatakan bahwa wajib pajak dapat mengajukan banding kapada badan peradilan terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Selanjutnya sesuai dengan Pasal 27 ayat 3 diatur bahwa permohonan banding diajukan secara tertulisa dalam Bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu tiga bulan sejak surat keputusan keberatan diterima, dengan dilampiri salinan surat keberatan tersebut. Adanya ketentuan tentang banding ini memberikan kesempatan kepada wajib pajak yang kurang puas terhadap keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan yang diajukan untuk mengajukan banding kebadan peradilan pajak. 2. Lembaga yang Berwenang Menyelesaikan Permohonan Banding. Pada waktu undang-undang PBB diberlakukan, lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan permohonan banding yang diajukan oleh wajib pajak adalah Majelis Pertimbangan Pajak MPP. Hanya pada dasarnya MPP bukanlah badan peradilan pajak yang independen, karena dibawah pemerintah. Untuk itu pada Tahun 1997 Pemerintah bersama DPR membentuk badan peradilan pajak yang independen dengan membuat Undang-Undang Nomor 17 Tahun Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak. Lembaga ini menyelesaikan Permohonan Banding, baik untuk pajak pusat maupun pajak daerah termasuk banding dibidang PBB. Universitas Sumatera Utara Dalam perkembangan sistem perpajakan Indonesia, Pemerintah bersama dengan DPR memandang perlu membentuk suatu lembaga peradilan khusus dibidang pajak. Hal ini diwujudkan dengan dibentuknya Pengadilan Pajak berdasarkan Undang–Undang Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak yang disahkan dan mulai berlaku pada tanggal 12 April. Dengan demikian mulai tanggal 12 April 2002 wajib pajak yang tidak puas dengan Keputusan keberatan PBB yang dikeluarkan oleh Pejabat Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang dapat mengajukan permohonan banding kepada Pengadilan Pajak. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang–Undang Nomor 14 Tahun 2002 yang dimaksud dengan banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan olehwajib pajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yan berlaku. Yang dimaksud dengan keputusan adalah suatu penetapan tertulis dibidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam rangka pelaksanaan Undang- undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 65 3. Pengadilan Pajak Pengadilan Pajak merupakan badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari keadilan terhadap sengeketa Pajak. Sengketa Pajak merupakan sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak 65 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Pasal 1 angka 6 dan angka 4. Universitas Sumatera Utara dengan pejabat yang berwenang Fiskus sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan Perundang–undangan perpajakan, termasuk gugatan hak atas pelaksanaan penagihan pajak berdasarkan undan-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 66 Pengadilan Pajak yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 merupakan badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud dalam undan-undang KUP dan Undang-undang tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang nomor 24 Tahun 2002, Pengadilan Pajak dibentuk dengan berkedudukan di Ibukota negara Republik Indonesia. Sidang Pengadilan Dilakukan ditempat kedudukannya apabila dipandang perlu dapat dilakukan ditempat lain. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan untuk memperlancar dan mempercepat penanganan sengketa pajak, sesuai dengan prinsip penyelesaian perkara yang dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sidang Peradilan pajak pada prinsipnya dilaksanakan secara terbuka, namun dalam hal tertentu dan khusus guna menjaga kepentingan pemohon banding atau tergugat, sidang dapat dinyatakan tertutup. Adapun pembacaan putusan hakim Pengadilan Pajak dilaksanakan dalam sidang yang terbuka untuk umum. 66 Ibid. Universitas Sumatera Utara Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memerikasa dan memutuskan sengketa pajak. Pengadilan Pajak dalam hal banding hanya memeriksa dan memutus sengketa atas keputusan keberatana, kecuali ditentukan orang lain oleh perundang–undangan yang berlaku. Sengketa pajak yang menjadi objek pemeriksanaan adalah sengketa yang dikemukakan pemohon bandin dalam keberatana yang seharusnya diperhitungkan dandiputuskan dalam keputusan keberatan. Selain itu Pengadilan pajak dapat pula memeriksa memutus permohonan banding atas keputusanketetapan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang sepanjanga peraturan perundanga-undangan yang terkait mengatur demikian. Pengadilan Pajak merupakan tingkat pertama dan terakhir dalam memeriksa dan memutuskan sengketa pajak. Sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir, pemeriksaan sengketa pajak hanya dilakukan oleh pengadilan pajak. Oleh karenanya putusan Pengadilan Pajak tidak dapat diajukan ke Pengadilan Hukum, Peradilan Tata Usaha Negara, atau badan Peradilan lain, kecuali putusan berupa “tidak dapat diterima” yang menyangkut kewenangankompetensi, untuk keperluan pemeriksaan sengketa pajak, pengadilan pajak dapat memanggil atau meminta data atau keterangan yang berkaitang dengan sengketa pajak dari Pihak ketiga sesuai denga peraturan perundang–undangan yang berlaku. Biaya untuk mendatangkan pihak ketiga ditanggung oleh para pihak yang bersengkat yang mengusul didatangkannya pihak ketiga tersebut. 4. Tata Cara Pengajuan Banding Universitas Sumatera Utara Banding dapat diajukan oleh wajib pajak, ahli warisnya seorang pengurus, atau kuasa hukumnya. Apabila selama proses banding permohon banding meninggal dunia, banding dapat dilajutkan oleh ahli warisnya, atau pengampunya dalam bidang pailit. Apabila proses banding dengan pemohon banding melakukan penggabungan, peleburan, pemecahan, pemekaran usaha atau likuidasi, permohoan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima pertanggung jawaban karena penggabungan, peleburan, pemecahanpemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud. Pengajuan banding kepada pengadilan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak harus memenuhi persyaratan sebagaimana dibawah ini: a. Banding diajukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak dengan surat banding dalam bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak b. Banding diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal diterimanya keputusan banding, kecuali diatur lain dalam peraturan Perundang–undangan perpajakan. Jangka waktu tida bulan dihitung dari tanggal keputusan keberatan PBB diterima sampai dengan tanggal surat banding dikirim oleh pemohon. Sebagai cantoh, apabila keputusan keberatan PBB yan dibanding diterima tanggal 10 Agustus 2006, maka batas terkahir pengiriman Surat banding adalah 9 November 2006. c. Batas waktu pengajuan banding diatas tidak mengikata apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan pemohon banding. Pada prinsipnya jangka waktu pengajuan Tiga bulan sejak diterimanya keputusan PBB yang dibanding dimaksudkan agar pemohon banding mempunyai waktu yang cukup memadai untuk mempersiapkan banding beserta alansa-alasan pendukung. Apabila ternyata jangka waktu dimaksud tidak dipenuhi oleh pemohona banding karena keadaan diluar kekuasaannya Force Majeur, jangka waktu dimaksud dapat dipertimbangkan oleh hakim tunggal atau majelis Hakim Pengadilan Pajak. d. Terhadap Keputusan PBB diajukan satu surat banding. e. Banding dijakukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan dicantumkan tanggal diterimanya surat keputusan keberatan PBB yang dibanding. f. Pada surat banding dilampirkan salinan keputusan keberatan PBB yang dibanding. g. Selain dari persyaratan sebagaimana dimaksud diatasm, dalam hal banding diajukan terhadap besarnya jumlah pajak yang terutang, banding diajukan Universitas Sumatera Utara terhadap besarnya jumlah pajak yang terutang, banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50. Apabila ternyata surat banding yang diajukan oleh pemohon banding masih belum lengkap, pemohon banding dapat melengkapi surat bandingnya untuk memenuhi ketentuan yang berlaku sepanjang masih dalam jangka waktu yang ditentukan. Dalam hal ini yang ditetapkan sebagai tanggal penerimaan surat banding adalah tanggal diterimanya surat atau dokumen susulan dimaksud. Apabila dipandang perlu, karena alasan tertentu, terhadap banding telah diajukan, pemohon banding dapat mengajukan surat pernyataan pencabutan kepada pengadilan pajak. Banding yang dicabut oleh pemohon banding dihapus dari daftar sengketa pada Pengadilan Pajak dengan dua cara yaitu: a. Melalui penetapan Pengadilan Pajak, dalam hal surat pernyataan pencabutan banding diajukan diajukan sebelum sidang dilaksanakan; atau b. Melalui putusan majelis atau hakim tunggal melalui pemeriksaan, dalam hal pernyataan pencabutan banding diajukan dalam sidang atas persetujuan terbanding. Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan tidak dapat diajukan kembali pemohon banding. 5. Putusan Banding Oleh Pengadilan Pajak Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuktian, berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan hakim. Keyakinan hakim didasarkan pada penilaian pembuktian dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Universitas Sumatera Utara perpajakan. Putusan Pengadilan Pajak atas pengajuan banding yang dilakukan olerh wajib pajak atau penanggung pajak dapat berupa: a. Menolak; b. Mengabulkan sebagaian atau seluruhnya; c. Menambah pajak yang harus dibayar; d. Tidak dapat diterima; e. Membetulkan kesalahan tulis atau kesalahan hitung dan atau; f. Membatalkan. Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Terhadap putusan Pengadilan Pajak tidak dapat lagi diajukan gugatan, banding atau kasasi. Sebagai putusan akhir dan mempunyai kekutatan hukum tetap, atas putusan Pengadilan Pajak tidak dapat diajukan gugatan ke peradilan umum, peradilan tata usaha negara, atau badan peradilan lain, kecuali putusan berupa ”tidak dapat diterima” yang menyangkut kewenangankompotensi. Pihak-pihak yang bersengketa yang tidak puas dengan keputusan yang diambil oleh majelis hakim Pengadilan Pajak dapat mengajukan peninjauan kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung. Putusan pemeriksaan dengan cara biasa diatas banding dimabil oleh majelis atau hakim tunggal Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 12 bulan sejak surat banding diterima. Contoh penghitungan jangka waktu 12 bulan dalam pengambilan putusan oleh majelis hakim Pengadilan Pajak pada tanggal 5 April 2005, maka putusan harus diambil oleh majelis hakim Pengadilan Pajak adalah sebagai berikut: banding terima oleh Pengadilan Pajak pada tanggal 4 April 2006. dalam hal-hal khusus, jangka waktu 12 bulan dimaksud dapat diperpanjang paling lama tiga bulan. Yang dimaksud dengan “dalam hal-hal khusus” antara Universitas Sumatera Utara lain: Pembuktian sengketa rumit, pemanggilan saksi merupakan waktu yang cukup lama, dan kondisi sejenis. 6. Putusan Pengadilan Banding Putusan Pengadilan Pajak langsung dapat dilaksanakan dengan tidak memerlukan lagi keputusan pejabat yang berwenang kecuali peraturan perundang–undangan mengatur lain. Pada dasarnya putusan Pengadilan Pajak langsung dapat dilaksanakan keculi putusan menyebabkan kelebihan pembayaran pajak. Misalnya putusan putusan pengadilan Pajak menyebabkan PBB menjadi lebih dibayar. dalam hal ini Kepala KPPBBKPP Pratama setempat masih harus menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak SPMKP yang diperlukan oleh wajib pajak untuk dapat memperoleh kelebihan pembayaran pajak dimaksud. Salinan Keputusan atau salinan penetapan Pengadilan Pajak dikirim kepada pihak Kepada wajib pajak atau penanggung pajak yang mengajukan banding kepada fiskus yang menjadi terbanding dengan Surat oleh sekretarisPanitera Pengadilan Pajak dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal Putusan Pengadilan Pajak Putusan Banding diucapkan. Putusan Pengadilan Pajak harus dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang fiskus dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejaka tanggal diterima putusan. Pejabat yang tidak melaksanakan Putusan Pengadilan Pajak dalam jangka waktu yang ditentukan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan kepegawaian yang berlaku. 7. Pengajuan Banding dan Kewajiban Perpajakan Universitas Sumatera Utara Pengajuan Permohonan baik tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian keberatan, kewajiban perpajakan tidak harus apabila wajib pajak menggunakan hak perpajakannya. Dengan demikian walaupun wajib pajak telah mengajukan banding dan sedang menunggu jawaban atas pengajuan tersebut, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang dan harus mengikuti proses penagihan pajak yang dilakukan oleh fiskus. Dengan kata lain jatuh tempo pembayaran PBB adalah tetap sesuai dengan jangka waktu paling lama lima bulan sejak diterimanya SPPT atau sejak satu bulan diterimanya SKP PBB oleh wajib pajak; tidak ada perpanjangan jatuh tempo hanya karena wajib pajak beralasan sedang mengajukan banding. 9. Imbalan Bunga Apabila Permohonan Banding Dikabulkan Sebagian atau Seluruhnya. Pengajuan banding yang dikabulkan oleh Pengadilan Pajak apabila wajib pajak telah melunasi PBB terutang dalam SPPT atau SKP PBB sebelum putusan banding diterbitkan. Kelebihan Pembayaran PBB tersebut tetap merupakan hak wajib pajak dan harus dikembalikan kepada wajib pajak. Apabila Pengadilan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan banding yang mengakibatkan terjadinya kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan kepada wajib pajak dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 Bulan, dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan Pembayaran pajak sampai dengan diterbitkannya putusan banding. Hal ini Universitas Sumatera Utara memberikan kepastian bahwa atas pembayaran pajak yang telah dilakukan wajib pajak yang ternyata tidak merupakan pajak terutang tetap menjadi hak wajib pajak dan akan dikembalikan kepada wajib pajak. Untuk tidak merugikan wajib pajak maka kepada wajib pajak diberikan imbalan bunga atas kelebihan pembayaran pajak yang telah dilakukannya.

C. Pengurangan